Di Gunung Ijen, Kutemukan Arti Sahabat dan Harga sebuah Pengalaman

Kawah Ijen
Ingin kenali sifat sahabatmu, ajak ia naik gunung. Niscaya karakter aslinya akan terungkap!.
Gunung Ijen yuniarinukti.com

Saya tidak tau kalimat ini berasal dari mana, dan siapa yang pertama menyampaikan. Yang pasti ini benar adanya. Saya pernah merasakan banget saat naik gunung Welirang beberapa tahun lalu bersama teman-teman.

Cewek-cewek naik gunung? Apa nggak merepotkan?

Itu juga saya mikir. Tapi saya komitmen, kok, untuk mandiri. Apapun terjadi, saya akan menyelesaikan permasalahan sendiri. Galau, sih, sebab saya belum pernah sekalipun tau bagaimana kehidupan di gunung.

Namun kegalauan saya ditepis teman-teman, mereka meyakini saya pasti bisa menakhlukkan gunung setinggi 3.156 meter di atas laut (mdpl). Kakak-kakak lelaki saya juga turut mendukung agar saya berangkat. Mereka juga memberi banyak wejangan agar saya begini begitu.

“Selama di gunung nggak boleh ngomong aneh-aneh. Pikiran jangan kosong. Banyak sholawat, nikmati saja setiap langkah. Jangan pernah meninggalkan teman. Kalau ada yang capek, berhenti, tungguin. Jangan banyak ngeluh”

Nasehat itu saya pegang benar-benar. Saya abaikan ucapan orang lain yang mengatakan,

“ngapain sih naik gunung, mau traveling aja kok menyusahkan diri sendiri”

Menyusahkan diri? Sungguh saya nggak ngerti apa maksudnya. Bagi saya keikutsertaan saya ke gunung ingin mendapatkan pengalaman. Titik.

Mahalnya harga sebuah pengalaman

Ekspetasi saya, naik gunung kegiatan memanjat tebing menggunakan tali karmantel. Yang kayak di iklan-iklan itu, lho. Tapi saya salah. Namanya naik gunung, ya naik, dengan cara jalan kaki dari lereng sampai puncaknya.

Ah, cuma jalan aja. Enteng !

Aih, kata-kata seperti inilah yang dilarang banget diucapkan oleh kakak saya ketika naik gunung. Bahkan kalau perlu selama hidup jangan pernah menyepelekan sesuatu. Pesannya, jangan sombong di gunung!

Para pendaki gunung Ijen

Memang jalan kaki itu gampang. Semua orang pasti bisa. Tapi dengan medan menanjak disertai suhu yang ekstrem, tidak semua orang mampu melaluinya.

Walaupun ‘hanya’ jalan kaki, saat inilah sejatinya kita sedang mengenal perjalanan hidup. Jalanan mulus, berkerikil, berbatu hingga terjal semua kita temui di gunung. Tinggal bagaimana kita mampu menyelesaikan perjalanan sampai puncak. Hingga kemudian kembali turun lagi ke bawah.

Setiap langkah, pengalaman demi pengalaman saya pungut satu-satu dan menjadikannya sebuah pelajaran hidup. Bagaimana menyiasati emosi di tengah kondisi teman-teman yang mulai menguras batin.

Saat menulis ini saya teringat teori Triune yang dikenalkan oleh Paul D. MacLean yang menyatakan otak manusia dibagi menjadi 3; Otak Reptil, Otak Mamalia, dan Neo Cortex. Dalam keadaan tertekan, takut, dan terancam, reaksi otak ini membuat manusia tidak bisa berpikir jernih sehingga timbul sifat egois, pemarah, manja, dan lain sebagainya.

Hal-hal seperti itulah yang terjadi ketika sedang di gunung. Kondisi dingin, lapar, takut, capek membuat siapa saja mudah berbuat seewenang-wenang. Mereka sulit menerima keadaan, bahwa teman lain kondisinya juga sama sulitnya. Bahkan ada teman yang nangis-nangis maksa minta pulang. Sungguh mustahil banget. Malam-malam pula! Namun dengan segala cara, rayuan, penjelasan, akhirnya keadaan sulit itu dapat dilalui.

Tapi jika teringat nasehat kakak, saya lebih baik guyon dengan teman-teman agar suasana rombongan selalu riang. Untuk membujuk rasa lelah, saya menyapa pendaki dan ngobrol-ngobrol singkat. Biar saja dikata Sok Kenal Sok Dekat. Bukan urusan cinta ini, haha.

Tapi yang paling saya senangi ketika bertemu dengan penambang belerang yang susah payah memanggul beban puluhan atau mungkin ratusan kilogram. Beratnya ransel saya, tak seberat beban di pundak mereka. Meski begitu wajahnya tetap semangat dan tak menyerah.

Mendaki Gunung Ijen

Lepas dari gunung Welirang, saya makin suka traveling yang sifatnya tantangan. Terutama pegunungan. Misalnya ke Bromo motoran berdua saja dengan suami.

Berada di kawah Ijen

Beberapakali ke Bromo naik motor, banyak sekali pengalaman mengesankan. Mulai dari kehabisan bensin di tengah kaldera, dorong-dorongan motor di lautan pasir jam 2 pagi, hingga ditahan penduduk agar saya tidak melanjutkan perjalanan naik di wilayah Pasrepan – Pasuruan karena banyak terjadi begal. Jadilah sampai Shubuh saya numpang di salah satu warung di Pasar Pasrepan. Kecuali jika saya jalan beramai-ramai, mungkin warga tidak akan menahan.

Hingga suatu ketika, saya penasaran ingin mendaki Gunung Ijen dan melihat fenomena api biru. Seperti Bromo, waktu untuk eksplore Ijen cukup dilakukan sehari. Nggak terlalu mengganggu pekerjaan lah.

Meski berkali-kali ke Bromo motoran, saya belum pernah mencoba ke Ijen. Berbeda denga Bromo, Ijen terlalu jauh dari Surabaya. Gunung Ijen yang berbatasan antara Banyuwangi dan Bondowoso tidak mungkin banget dikejar pakai motor.

Banyak saran agar ke Ijennya naik mobil bersama rombongan saja. Tidak mungkin selama 8 jam nyetir motor sendiri, kemudian lanjut mendaki gunung setinggi 2.386 mdpl selama 3-4 jam. Terlalu menguras tenaga. Dan lagi harus jalan malam untuk mengejar momen blue fire.

Alternatif terbaik adalah ikut open trip. Lebih menghemat biaya. Sambil mengumpulkan tenaga, selama perjalanan bisa tidur di mobil, hehe. Keuntungan ikut open trip akan ada tim pemandu yang sekaligus bertanggung jawab terhadap rombongannya selama pendakian.

Saran yang bagus sekali. Ah, kenapa tidak dari dulu saya berpikiran begitu.

Padahal nggak sulit mendapatkan info open trip ke Kawah Ijen. Sambil leyeh-leyeh nonton YouTube, tinggal buka Traveloka Xperience aja bisa. Berbagai aneka kebutuhan aktifitas traveling dan gaya hidup disajikan lengkap di sana. Rasa-rasanya hidup makin sempurna aja..

Paket Tur Ijen dan Baluran Traveloka Xperience

Beli Paket Tur melalui Xperience Traveloka

Sejak Traveloka melengkapi produknya dengan fitur Xperience, kebutuhan aktifitas liburan dan gaya hidup dapat kita dapatkan secara instan. Tidak saja di dalam negeri, ribuan pilihan pengalaman wisata di seluruh dunia pun bisa kita jangkau melalui ujung jari.

Keunggulan fitur Traveloka Xperience menurut saya adalah:

Fitur Traveloka Xperience
Transaksi praktis Traveloka
Pesan Tur praktis melalui Xperience Traveloka
Traveloka Xperience bebas praktis

Saya pun mencari informasi open trip di kategori Tur. Berbagai pilihan destinasi populer di Indonesia dan tempat-tempat petualangan di Luar Negeri terhampar penuh pesona.

Di Banyuwangi, misalnya. Pilihan tripnya bermacam-macam. Seperti kita tau Banyuwangi kaya destinasi menarik. Pantai, gunung, pulau, desa wisata, hingga hutan di sana ada semua. Sampai bingung saya milih paket yang mana, haha..

Akhirnya saya tetap pada pilihan Kawah Ijen dan Taman Nasional Baluran. Harga Tournya Rp. 400.000,- dengan durasi Tur 1 hari.

Sengaja saya mengambil destinasi Ijen dan Baluran supaya sekali jalan 2 destinasi terlampaui. Harga tersebut sudah termasuk fasilitas makanan khas lokal dan minum, tiket masuk, pemandu wisata, dan sewa masker gas. Praktisnya, kami, para peserta, dijemput di area Banyuwangi jam 12 malam.

Asiknya, saya berhasil ngomporin teman dekat hingga akhirnya saya berangkat ke Banyuwangi bersama 3 teman lain. Hore! Walaupun seandainya pergi sendiri pun saya tak masalah, toh ini trip, pasti tidak jalan sendirian.

Ke kawah Ijen bersama sahabat

Aktifitas seru Traveloka Xperience

Traveloka Xperience memberi saya banyak sekali info aktifitas liburan dan gaya hidup Asia Tenggara. Ada 12 pengalaman wisata yang bisa kita jelajahi manfaatnya, yaitu:

Produk Traveloka Xperience

Atraksi, menyediakan segala macam tiket rekreasi obyek wisata di seluruh dunia dengan mudah.

Bioskop, membeli tiket judul film di bioskop termasuk bebas memilih jam tayang dan nomer kursi.

Event, mainkan jari untuk berburu tiket konser, pameran, dan konferensi melalui aplikasi

Hiburan, karaoke ria bersama sahabat lebih mudah didapatkan secara online.

Olahraga, tempat mendapatkan tiket renang, yoga, fitness dan gym secara mudah

Spa & Kecantikan, kini ke salon tak perlu antri. Dapatkan pilihan spa dan kecantikan dengan harga menawanf3715a

Taman Bermain, mengenalkan wahana dan sarana belajar pada anak pun, bisa transaksi melalui aplikasi.

Transportasi, jelajah pulau, antar jemput dalam dan luar kota hingga perjalanan di luar negeri bisa sebelum keberangkatan.

Tur, temukan paket wisata destinasi populer di dalam dan luar negeri secara instan.

Pelengkap Perjalanan, temukan berbagai manfaat saat traveling seperti jasa fotografer, sewa modem di mana pun berada

Makanan & Minuman, membeli oleh-oleh dan menikmati makanan khas daerah cukup menggunakan voucher.

Kursus & Workshop, ingin mengikuti kursus dan workshop, temukan infonya dan pesan vouchernya melalui aplikasi.

Traveloka Xperience memberikan pengalaman transaksi yang praktis dan menyenangkan. E-voucher yang dikirim via email memberikan kemudahan pengalaman tanpa cemas dengan bantuan customer service 24 jam.

Kalau teman-teman masih bingung cara transaksi di Traveloka Xperience, saya buatkan infografis sederhana. Semoga dapat membantu menjawab pertanyaan teman-teman.

Infografis Traveloka Xperience

Begini rasanya #XperienceSeru bersama sahabat

Setelah 8 jam perjalanan Surabaya – Banyuwangi, bumi Ijen menyapa saya dan teman-teman dengan gerimis manis yang pelan-pelan berubah menjadi hujan. Suasana gelap dan pekat menambah klop beratnya kami untuk memulai perjalanan menyapa Kawah Ijen.

Karena sudah jam 1 malam, kami memutuskan nekat menginjakkan tanah yang dipenuhi genangan-genangan air.

Baru juga beberapa langkah, kebersamaan kami terpecah karena beberapa ada yang pingin pipis. Sebetulnya bukan pipisnya yang masalah, tapi antrian toiletnya itu mencapai 40-an orang. Byuh!

Sementara kami sudah diburu waktu mengejar blue fire yang menurut info dari tour leader muncul antara jam 4-5 pagi.

Jam 2 kurang beberapa menit, kami mulai melakukan pendakian Ijen. Perjalanannya seru banget, apalagi di awal-awal medan yang konturnya datar. Meskipun jaket kami basah, itu tak membuat semangat kami luruh.

Sambil berjalan, kami disapa para penarik gerobak yang menawarkan jasa naik ke kawah. Dengan membayar sekian ratus ribu rupiah, pendaki cukup duduk di atas gerobak. Mereka biasa disebut sebagai sopir Taksi Ijen.

Taksi Ijen

Meski kami tidak menggunakan jasanya, bapak-bapak itu baik sekali. Malah ngajak bercanda kami. Obrolan akrab itu membawa cerita banyak tentang si bapak. Tentang pekerjaannya, tempat tinggalnya dan kehidupan rutin penduduk Banyuwangi.

Medan Ijen yang tadinya bersahabat, lama-lama saya rasakan semakin berat. Teman jalan yang tadinya semangat, satu persatu hilang tak bersuara. Bahkan saya dan teman-teman juga sibuk dengan kepayahan sendiri.

Bahkan ada dua kenalan trip memilih balik ke mobil karena merasa tak mampu melanjutkan perjalanan. Padahal sudah setengah jalan. Sedihnya, rayuan maut kami tak mampu menahannya.

Menjelang tikungan yang naik tajam, tanpa aba-aba, tubuh saya yang oleng. Badan keringat dingin, kepala pusing, mata berkunang-kunang dan perut seperti dililit sesuatu. Berbagai upaya saya lakukan, namun tak membuat keadaan membaik.

Kepalang tanggung. Perjalanan sudah jauh. Konon info yang saya dengar puncak kawah tinggal sedikit lagi. Namun dalam kondisi seperti ini saya juga tak mampu memaksakan. Akhirnya saya jujur ke teman-teman kondisi saya drop.

Melihat saya muntah-muntah dan lemas, teman-teman berjibaku melakukan pertolongan. Sialnya, satu-satunya gazebo, tempat longgar, sudah dipenuhi pendaki. Sambil duduk di atas batu, teman-teman mengoleskan minyak kayu putih, balsam, untuk menghangatkan tubuh saya.

Kondisi seperti ini bukan pertama kali saya rasakan. Kata teman-teman, ini terjadi karena kondisi cuaca yang dingin dan angin. Ditambah lagi perut kondisi kosong. Untuk memulihkan, saya diberi cokelat. Rasa manis dipercaya menambah stamina. Alhamdulillah, upaya itu berhasil membuat kondisi saya membaik.

Karena waktu blue fire sudah mulai, kami melanjutkan perjalanan kembali. Ternyata benar, setelah melewati tanjakan tinggi, jalanan mulai datar. Artinya tanda-tanda puncak sudah kian dekat.

Segera kami berbagi tugas. Saya dan teman jalan cepet mengejar blue fire, sementara 2 teman yang lain jalan semampunya. Bukan mau egois, supaya di antara kami bisa menangkap momen blue fire. Terus nanti fotonya dibagi grup.

Sayangnya, walaupun sudah jalan cepat, saat tiba di atas, langit sudah mulai terang. Gagal deh dapat blue fire, hiks.

Tapi gapapa, kami sudah berusaha keras. Meskipun hanya bisa berkata wah, wih, wow melihat potret api biru di kamera rombongan trip yang lain.

Di puncak kawah, suhunya dingin banget. Kebetulan saat itu ada rombongan Bapak TNI, Polisi, dan elemen masyarakat sedang melakukan upacara bendera di atas kawah. Kibaran bendera merah putih membuat nasionalisme saya bergetar. Iringan lagu Indonesia Raya pun turut membuat suasana kawah Ijen milik orang Indonesia termasuk bule, hehe.

Jam 6 tepat semua pengunjung disarankan untuk turun sebab badai dan hujan semakin lebat, yang dipastikan membahayakan pengunjung. Bahkan saking dinginnya telapak tangan saya jadi keriput.

Taman Nasional Baluran

Setelah dari Ijen, rombongan open trip dilanjutkan ke Taman Nasional Baluran di Situbondo. Saking panasnya hutan Baluran, kami menyebut trip ini traveling meriang. Lha gimana, habis kedinginan, lalu kepanasan, haha.

Tidak mendapat blue fire, kami puas di Baluran. Suasana hutan yang kering sensasinya seolah berada di tempat antah berantah. Kata orang sih katanya seperti di Afrika. Ya seneng lah saya, wong belum pernah ke Afrika, haha..

Savana Taman Nasional Baluran

Semoga #XperienceSeru traveling di gunung membuka wawasan kita semua bagaimana bersikap terhadap teman, sahabat, dan alam untuk kebaikan bersama. Salam anak gunung!

You Might Also Like

6 Comments

  1. Dwi Puspita

    Mumpung posisi masih 20 km dari Ijen mau banget deh mampir ke Ijen sebelum balik ke Surabaya. Kemarin kepikiran mau ke Taman Nasional Baluran juga buat foto-foto layaknya di padang Savana

  2. Nining

    ini tripnya komplit ua sampe ke Baluran juga, aku dulu naik ke Ijen dadakan selepas plg kerja dr Banyuwangi jd dadakan gk bawa oersiapan apapun. Fenomena bluefire pun aku baru tau stlh naik di atas wkwkwk duduls

  3. Uly

    Pengen banget nih main ke sini blom kesampean juga..

  4. Dian

    Waahh
    Mbak yuni keren, aku masih belum berani naik gunung mbakk. ..

    Masih takut, hehehe..

    Btw, pake Traveloka Xperience ini bikin urusan liburan jadi gampang ya mbak

  5. Amir

    Menarik sekali. Ada becak gunung juga ternyata. Naik turun pasti berat

  6. Lucky Caesar Direstiyani

    Mantaaap mbaak yun, salam untuk anak gunung super kece 😁😁😁 belum pernah ke ijeen nih mbak, semogaa bsa segera merealisasikan dalam waktu dekat ini. Apalagi bsa lebih mudah pakai traveloka xperience ya, mantullll 😁😁😁

Leave a Reply