Wisata sejarah Lorong Blothong di Banyumas – Purwokerto
Selain terkenal dengan Soto Sambal Kacang, Purwokerto juga memiliki cagar budaya terowongan yang merupakan bekas peninggalan Belanda. Lokasinya berada di tengah kampung padat penduduk dan dikenal sebagai wisata sejarah Lorong Blothong Banyumas.
Saat berkunjung ke Lorong Blothong, saya agak terheran-heran dengan miniatur lokomotif berwarna hijau di bagian loket masuk lorong. Itu kan lorong, apa hubungannya dengan kereta api?
Tanya sana-sini, ternyata lokomotif itu adalah gambaran sebuah kereta lori yang digunakan untuk mengangkut tebu pada jaman dulu. Oalaah.. baru ngeh, deh. Saya kira untuk tempat selfie-selfie, walaupun keberadaan miniatur lori itu memang sengaja dibuat untuk area berfoto, hehe.
Menuju lokasi wisata sejarah Lorong Blothong di Banyumas – Purwokerto agak unik. Harus melalui jalanan kampung desa Kalibagor, kecamatan Kalibagor dan lokasinya tepat di belakang ex pabrik gula Kalibagor yang dipenuhi dengan mural aneka rupa. Cakep, deh!
Sebentar.. Perlu saya garis bawahi dulu bagian penyebutan kota Purwokerto ini. Karena saya beberapa kali cerita Lorong Blothong sama teman, mereka bertanya lokasi tepatnya. “Purwokerto apa Purwakarta?” Soalnya nih di Purwakarta juga ada obyek wisata Goa Jepang Belanda. Jawabannya beda ya teman-teman. Purwokerto di Jawa tengah, Purwakarta ada di provinsi Jawa Barat. Biar paham kunjungi Purwakarta naik kereta supaya jelas beda keduanya.
Meskipun Purwokerto dan Purwakarta hanya beda huruf vokalnya, tapi keduanya sama-sama memiliki destinasi terowongan atau goa peninggalan Belanda. Plis jangan pening membedakannya, haha.
Rute Kereta Api ke Purwakarta dan Purwokerto
Karena perbedaan jarak antara Purwakarta dan Purwokerto sangat jauh, saya buatkan catatan sendiri, deh, di sini. Penting sekali karena menyangkut rute dan pemilihan akses kereta api. Fatal banget soalnya. Salah pilih kereta, akibatnya nyasar ke mana-mana. Parahnya lagi, dua kota berkonsonan PWKT ini tidak sejurusan.
Jangan sampai kejadian lah ya..
Jadi gini. Purwakarta itu salah satu Kabupaten di Jawa Barat yang mana dari Surabaya, rutenya melalui jalur utara. Naiknya harus dari stasiun Pasar Turi.
Sebagai informasi, Kereta api jurusan Surabaya Bandung ada 5 kereta yaitu KA Argo Wilis, KA Turangga, KA Pasundan, KA Mutiara Selatan dan KA Harina.
Dari 5 kereta di atas, hanya Harina saja yang melalui stasiun Pasar Turi dan melewati stasiun Purwakarta. Kereta lainnya jalan dari jalur selatan via Stasiun Gubeng dan tidak melalui Purwakarta. Nah, lo!
Sementara Kabupaten Purwokerto berada di Jawa Tengah. Dari Surabaya, kereta api yang dilewati adalah jalur selatan. Sehingga bila teman-teman salah beli tiket kereta, dipastikan jadwalnya akan amburadul.
Sampai di sini sudah paham ya. Jangan kliru lagi Purwakarta sama Purwokerto!
Wisata sejarah Lorong Blothong di Banyumas – Purwokerto
Nah sekarang kita lanjut bahas Lorong Blothong di Banyumas – Purwokerto.
Destinasi wisata ini terbilang gres, dan baru dikenalkan tahun 2019. Atas keinginan warga setempat, lorong ini digadang-gadang menjadi destinasi wisata di kawasan Kalibagor.
Antusiasme warga boleh juga, lho. Disamping mengenalkan Lorong Blothong, mereka juga mengenalkan ketrampilan payung kertas kepada pengunjung. Jika mau, wisatawan diajak melukis payung secara berkelompok.
Seru, sih. Kreasi payung yang kita buat boleh dibawa pulang buat kenang-kenangan.
Sebagai peninggalan Belanda, fungsi lorong ini dulunya sungai bawah tanah untuk pembuangan limbah tebu pabrik gula Kalibagor.
Kekokohan Lorong Blothong Kalibagor yang berusia 180 tahun
Setelah sempat mangkrak dan dipenuhi tanah serta sampah, masyarakat swadaya membersihkan Lorong Blothong.
Mereka merasa memiliki lorong ini karena lokasinya berada di tengah kampung. Jika dihitung, saat ini, bangunan terowongan berusia 180 tahun. Dibangun oleh Pemerintah Belanda pada tahun 1839. Harapan terbesar menambah destinasi wisata sejarah di Banyumas, khususnya desa Kalibagor.
Ketika saya menelusuri Lorong Blothong yang tingginya 1,5 meter, air sungainya jernih sekali. Sensasinya mak nyes saat bersentuhan dengan kulit. Bersih, tak ada satupun sampah.
Sebelum menelusuri lorong, pengelola menganjurkan kami memakai topi plastik dari bola mainan anak-anak. Topi ini untuk melindungi kepala dari antukan atap terowongan. Gak lucu dong kalau kepala dilawankan sama beton, haha.
Selama berjalan di dalam lorong, hanya terdengar suara kecipakan air. Untung saja ada penerangan lampu kecil di sana sehingga perasaan saya nggak kacau-kacau amat. Punya phobia gelap gini susah. Oya dilengkapi pengharum ruangan segala di lorong. Lucu juga idenya, haha..
Cuman kasihan yang punya tubuh tinggi di atas 150 meter, mereka harus sedikit nunduk untuk bisa mencapai ujung lorong. Ya nggak jauh banget sih, panjang lorong sekitar 80 meter. Lebar lorong 2 meter.
Oya, pada masa kependudukan Jepang, Lorong Blothong digunakan warga setempat sebagai tempat perlindungan ketika ada sinyal bahaya. Tapi sekarang, setelah melewati proses penggalian dan pemugaran, lorong ini jadi destinasi cantik yang layak dikunjungi.
Jika ada kesempatan berkunjung ke Purwokerto, jangan lupa mampir wisata sejarah Lorong Blothong di Banyumas ya teman-teman. Bayar masuknya Rp. 5 ribu saja. Dapat bonus sambutan ramah warga setempat dan suguhan tempe mendoan hangat plus cabe ijo. Muanteb tenan, toh! Bayar sendiri tapi, hehe..
Fanny F Nila
waaah lucuuuuk bangetml. td aku pikir masuk k dlm bakal gelap, trus kuatir airnya gmn. ternyata kliatan terang dan air bersih ya mba. ptg ituuu. aku suka kuatir kalo msk k tempat gelap2 berair gini :D. tkut ga sengaja keinjek binatang.
Yustrini
Wow ternyata di balik ex pabrik gula ada tempat wisata ya. Malah nggak tahu saya yang orang Sokaraja.