Berburu Diskon di Pekan Raya Jakarta JIExpo Kemayoran
Keuntungan mudik lebaran bulan Juni buat saya adalah bisa berburu diskon di Pekan Raya Jakarta JIExpo Kemayoran. Sebetulnya even Jakarta Fair ini even tahunan, tetapi antusiasme pengunjungnya nggak pernah surut!
Di PRJ saya paling suka membeli chiki. Hmm, hanya di PRJ aja saya bisa nemu chiki yang dibungkus-bungkus isi 7 harga sepuluh ribuan, hehe..
Selain chiki, saya perhatikan banyak sekali produk yang dijual paketan. Harganya murah-murah pula. Trus biasanya ada bundling hadiah. Jiwa istri bangetlah PRJ ini..
Berburu Diskon di Pekan Raya Jakarta JIExpo Kemayoran
6 Juni 2019, untuk kedua kalinya saya mengunjungi Pekan Raya Jakarta atau PRJ. Kunjungan yang pertama kalau nggak salah 2 atau 3 tahun yang lalu. Lucunya, saya masih hapal brand-brand apa saja termasuk letak stand-standnya, haha… Ada sih yang berubah, tapi gak banyak. Terutama sponsornya.
Saya nggak tau, lokasi PRJ pada hari biasa digunakan untuk apa. Tapi menurut saya, walaupun nggak ada PRJ, sepertinya stand ini digunakan terus, deh.
Harga Tiket Masuk Pekan Raya Jakarta
Walaupun selalu penuh sesak, sejatinya harga tiket masuk Pekan Raya Jakarta ngggak murah lho. Setiap tahun sepertinya selalu mengalami kenaikan.
Berikut ini harga tiket masuk Jakarta Fair 2019:
Hari | HTM | Jam Operasional |
Senin | Rp. 25.000 | 15.30 – 22.00 |
Selasa – Kamis | Rp. 30.000 | 15.30 – 22.00 |
Jumat | Rp. 40.000 | 15.30 – 23.00 |
Sabtu – Minggu – Hari Libur Nasional |
Rp. 40.000 | 10.00 – 23.00 |
30 Mei – 3 Juni 2019 |
Rp. 40.000 | 10.00 – 23.00 |
4 Juni 2019 | Rp. 40.000 | 10.00 – 18.00 |
5 Juni 2019 | Rp. 40.000 | 14.00 – 23.00 |
6 – 9 Juni 2019 | Rp. 40.000 | 10.00 – 23.00 |
Begitulah, sekitar jam 5 sore lebih kami berangkat ke Jakarta Fair naik motor. Kayaknya udah kesorean, sehingga menjelang kawasan PRJ udah masuk waktu maghrib. Mampirlah dulu kami di masjid Al Hidayah Dirgantara di Kemayoran yang belakangan saya ketahui didirikan oleh Yayasan Amal Bakti Muslim pada tahun 1991 yang dilengkapi bukti tanda tangan mantan Presiden RI ke 2, Bapak Soeharto. Rasanya bangga, betapa jaman dulu masjid ini rame banget kali ya.
Menuju arena PRJ kami tidak sulit mencari parkiran motor. Banyak bagian-bagian lengang. Tapi ya gitu tarif parkirnya mencekat leher. Dari rumah saya menyiapkan duit 5 ribu buat parkir, lha kok sama Masnya diminta 15 ribu, bhuahaha..
Grundel lah saya. Tiket parkir motor aja 15 ribu, belum harga tiket masuknya.
“Sabar ya. Ini Jakarta, bukan Surabaya” puk puk Mas Rinaldy. Haha, kena ucapan gitu gak jadi marah saya..
Karena harga tiketnya lumayan buat 2 orang, sebelum berangkat ke PRJ saya berharap banget ada promo aplikasi e-wallet atau apalah supaya bayar masuknya lebih hemat.
Alhamdulillah doa saya terkabul. Sebelum membeli tiket, saya dihadang mbak-mbak DANA agar saya menginstal aplikasi untuk mendapatkan cashback tiket 50%. Minat saya makin menggebu ketika ada iming-iming tambahan khusus pengguna pertama DANA yang mendapatkan cashback lagi sekian persen yang kalau dihitung-hitung tiket masuk PRJ jatuhnya cuma Rp. 7.500,- saja!
Lumayan, sisa cashbacknya saya gunakan buat beli pakaian dalam, eits, hehe..
Karena maksimal cashback hanya 20 ribu saja, jadi kami membeli tiket dengan akun DANA masing-masing. Yang harusnya berdua total Rp. 80 ribu, kami hanya bayar Rp. 27.500 saja. Rupanya Mas Rinaldy pengguna MTix, jadi nggak dihitung pengguna pertama.
Segala macam Diskonan di Pekan Raya Jakarta
Bagian menarik datang ke PRJ adalah tiketnya berupa lembaran besar, dibaliknya terdapat kupon-kupon yang bisa ditukar dengan produk gratis atau diskonan.
Tapi kali ini saya tidak terlalu tertarik, saya lebih memanfaatkan diskonan DANA 30% ketika membeli sesuatu, hehe.. Yang gratis paling se-cup kopi, tapi kan saya gak terlalu ngopi.
Sudah masuk di dalam PRJ, hal pertama yang saya lakukan adalah masuk ke dalam gedung yang ada Ramayana, Gramedia, Matahari, dll.
Habisnya bingung mulai dari mana duluan. Parahnya, saya baru tau besoknya kalau di PRJ ada taman lampion dan mainan salju, konsepnya seperti Jatim Park punya.
Perjalanan kami terhenti di hall otomotif yang sekarang lagi ngetrend penjualan sepeda listrik. Mobil juga ada, motor tidak terlalu jor-joran sih standnya.
Selanjutnya jalan di sepanjang koridor yang di kanan kiri terdapat stand-stand minuman kemasan. Di area ini SPG-SPG buanyak sekali. Tiap jalan 5 langkah ditawari produk.
Rata-rata harga minuman dijual paket harga 10 ribu isi 4. Sebut saja Teh Pucuk, Le Mineralle, Fruit Tea, dan lain-lain.
Semuanya laku dan laris. Termasuk murah lah ya. Padahal biasanya kalau even begitu harga minuman digenjot. Andaikan di sana disediakan troli, mungkin saya akan membeli 2-3 paket. Karena berat, saya hanya beli 1 paket Teh Pucuk 1,5L isi 2 harga Rp. 15 ribu dapat bonus gelas plastik sama 1 botol teh 330 ml.
Perjalanan saya selanjutnya menikmati area tengah yang penuh dengan keramaian. Duh, semuanya menarik dan beli-able banget. Pengennya borong semua. Tapi trus mikir dua kali, gimana bawa pulang ke Surabayanya..
Beli chiki 10 ribu isi 7 beli 2 pack aja, tas udah gembul. Padahal mau beli paketan Mie Sedap, Kopi Kapal Api, aneka biscuit, detergent, sandal, sepatu, dan banyak lagi yang lainnya…
Haduuh, kenapa sih PRJ gak diadakan juga di Surabaya. Kasih namanya PRS alias Pekan Raya Surabaya gitu lho, hehe..
Menuju malam, perut krucukan. Saya rasa sih bukan karena lapar. Tapi karena pengin beli Indomie siap saji yang ramenya bikin ngelus lidah.
Karena sudah ngiler akut, saya yakin memesan 2 porsi mie. Sayangnya gak jadi, habis Masnya ngasih tau kalau waktu tunggu sajinya 50 menit.
He? Judulnya Mie Instan tapi kudu nunggu masak hampir sejam! Duh, Mas.. bayekku selak ngiler. Batal deh makan mienya.
Sebagai gantinya saya beli baxo cup yang rasanya lebih mirip mie gelas. Pembedanya hanya tambahan 4 biji bakso. Sama tambahan kuah yang banyaknya hampir sak liter, haha.. ojo percoyo kelebaianku
Kekenyangan makan bakso, kami jalan lagi ke dalam gedung lihat-lihat arena teknologi yang penuh dengan brand smartphone dan provider. Dari sekian stand, saya mampir ke alat olahraga dan mencoba gratis fiturnya.
Keceriaan arena Pekan Raya Jakarta
Sebagai info saja, lokasi Pekan Raya Jakarta luas banget. Untuk bisa mengelilingi semua area dibutuhkan manajemen waktu yang tepat supaya tidak saling tindih.
Kenapa begitu? Karena jam buka PRJ mulai jam 15.00 hingga 23.00 yang mana bagi saya waktu segitu termasuk mepet sekali dibanding banyaknya stand yang ada. Hall area DKI Jakarta saja saya gak masuk.
Sebagai gambaran, saya datang jam 18.00. Selama di dalam saya jalan aja, gak terlalu memperhatikan produk sehingga banyak stand yang skip. Eh, tau-tau sudah ada pengumuman waktu menunjukkan pukul 22.30 sekaligus pengusiran secara halus.
Hikmahnya, semakin sedikit saya mampir ke stand, semakin sedikit pula rupiah yang saya keluarkan. Sedangkan ekspetasi saya adalah membeli segala hal yang murah, karena saya sudah siap dengan resikonya. Alhamdulillah ya saldo dompet aman, haha..
Saran saya, untuk dapat puas menikmati seluruh pameran Jakarta Fair pilih waktunya yang weekend. Mahal dikit, tapi durasinya panjang.
Sedihnya itu saya tidak naik kereta keliling, tidak sempat melihat panggung utama, melewatkan arena mainan, makan tidak nyaman karena tempat duduknya tidak kondusif. Tapi, saya dapat sandal idaman yang harganya jauh dari bayangan saya! Ini yang lebih membahagiakan saya..
Lapar Mata di Jakarta Fair: Sandal Carvil 79 ribu
Serius, kalau dipikir lagi saya benar-benar menghindari membeli sandal dan sepatu di PRJ. Yah, walaupun ada perasaan pengin.
Sedari rumah bayangan sandal dan sepatu murah sudah menari-nari di pelupuk. Namun saya enyahkan kuat-kuat TIDAK AKAN masuk ke dalam stand sandal. Sekalipun hanya melihat-lihat.
Pengalaman sebelumnya, area sandal sungguh memukau perhatian. Label harganya semacam memanggil-manggil agar segera diadopsi.
Nyatanya saya berhasil keluar dari kerumunan sandal dan sepatu tanpa melihat semenit pun. Yeay! Eh, sempat melirik dikit, ding, hehe
Menjelang pintu keluar, kami leyeh-leyeh sebentar di dekat pintu. Sambil makan chiki dan minum-minuman. Nahasnya, di hadapan saya adalah setumpuk sandal dan sepatu Ramayana punya.
“Eh, itu sepatu apaan ya 150 ribu dua pasang? Beli yuk kita kembaran!” Mulai deh Mas Rinaldy memicu aura-aura agar saya mendekati bagian alas kaki.
Saya sudah tidak minat lihat. Males, ah. Saya suruh aja dia lihat sendiri. Tapi dianya ngelak.
Beberapa saat kemudian menjelang pulang, saya memastikan melihatkan sepatu kepada suami. Sekedar melihatkan saja, nggak lebih.
Eh, lha kok sekonyong-konyong mata saya menangkap jejeran sandal Carvil idaman sejak lama dengan harga yang fantastis. 79 ribu saja!
Tau nggak sih, sandal itu beberapa kali saya lihat di Department Store di Surabaya harganya sekitar 160-180 ribuan. Lha kok ini murah sangat..
Seperti sihir, saya lantas mendekati sandal itu dan mencobanya. Celaka, sepatu itu pas di kaki saya dan cakep abis!
Selang 5 menit, saya sudah berada di kasir, dong. Anehnya, waktu menerima struk pembayaran beserta kembalian, saya langsung ingat kalau sandal dan sepatu saya di rumah masih setumpukan rapi di dalam kotaknya dan rata-rata baru dipakai sekali. Antara menyesal dan beruntung.. Piye maneh, wes kadung dibayar, Jeh, hehe
Sepulang dari PRJ, jalan menuju parkiran tas belanjaan saya ternyata banyak banget. Sandal, Chiki 4 pack (nambah lagi 2 pack), Tas pakaian dalam, Tas minuman kemasan, Donat, Tas kopi, tas biskuit, dan tas-tas lainnya.
Pusingnya waktu packing mau pulang ke Surabaya, saya bingung membawa chiki-chiki dan sandal saya. Barang lain sengaja saya tinggal buat orang tua aja. Setelah diatur, gembolanku 2 kresek besar persis orang kulakan chiki, haha..
Hayo teman-teman, sudah ke Jakarta Fair belum? Tahun ini Pekan Raya Jakarta berlangsung dari tanggal 22 Mei sampai 30 Juni 2019!
Leave a Reply