Hari Buruh 2019 di Surabaya, Pekerja perjuangkan Upah Layak dan Pembatalan PHK Sepihak

Dibawah panas terik, para pekerja setia menyuarakan aspirasinya di depan gedung Grahadi Surabaya. Sambil berorasi, ribuan orang tampak terlihat tenang mengikuti jalannya demonstrasi.

Siang itu saya di antara para pekerja tersebut. Selama bertahun-tahun perayaan Hari Buruh Internasional diperingati, baru sekali ini saya melihat langsung jalannya aksi buruh di Surabaya.

Seperti yang selama ini diberitakan media, saya pikir aksi perjalanan aksi akan memicu kemacetan, kericuhan, atau apalah yang membuat suasana kota terasa ganas. Namun ternyata semua berjalan biasa-biasa saja.

Ibarat kata, yang demo, demo. Yang kerja, kerja. Yang sedang berjaga, berjaga. Walaupun ratusan aparat kepolisian serius menjaga keamanan lokasi, suasana sekitar jalan Gubernur Suryo terlihat aman terkendali.

Apakah sama sekali tidak ada ricuh? Ada, belakangan si pembuat ricuh adalah kelompok penyusup. Untungnya perbuatan mereka tidak memancing kericuhan. Tragedi itu hanya berlangsung sesaat karena aparat bertindak cepat.

Sejak jam 9 pagi saya sudah berada di depan kantor Grahadi. Selain melihat jalannya demonstrasi Hari Buruh 2019 di Surabaya, saya juga mengikuti perayaan 1 tahun KRPI (Konfederasi Rakyat Pekerja Indonesia) yang bertema KRPI Berjuang Menuju Indonesia Negara Industri.

Konfederasi Rakyat Pekerja Indonesia atau KRPI terbentuk setahun lalu bertepatan dengan Hari Buruh Sedunia. Deklarasinya dilakukan di depan Istana Presiden yang diikuti antara lain oleh Organisasi Pekerja Seluruh Indonesia, Federasi Pekerja Pelabuhan Indonesia, dan Serikat Pos Indonesia.

Seperti kita tau, buruh di Indonesia merupakan bagian dari perjuangan rakyat Indonesia untuk ekonomi negara. Sayangnya, masih banyak pengusaha yang masih memandang rendah kesejahteraan para buruh. Salah satunya pemberian upah yang kurang layak.

Aspirasi ini disampaikan oleh Nova Sofyan Hakim selaku Ketua Umum FPPI (Federasi Pekerja Pelabuhan Indonesia) ketika Konferensi Pers Peringatan Hari Buruh di Surabaya berlangsung.

Disampaikan oleh Nova, Peringatan Hari Buruh Internasional 1 Mei 2019 dijadikan sebagai momentum oleh pekerja pelabuhan untuk memperkuat solidaritas dan soliditas menuntaskan agenda perjuangan diantaranya:

  • Penghapusan outsorching
  • Upah layak bagi semua pekerja
  • Pembatalan PHK sepihak pekerja di JICT, JAI, dan Pelindo III
  • Pengelolaan sepenuhnya pelabuhan oleh Negara sebagai agenda perjuangan yang sudah, sedang dan akan terus dilakukan para pekerja sektor maritim.

Disisi lain Ketua Umum OPSI, Saepul Tavip menyuarakan bahwa masih banyak perusahaan yang tidak mematuhi peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan kesejahteraan pekerja.

Penyerahan potongan tumpeng oleh Ketua KRPI, Rieke Diah Pitaloka kepada Ketua FPPI, Nova Sofyan Hakim

Menurutnya perusahaan dibawah Kementrian BUMN masih banyak yang melanggar peraturan tenaga kerja, apalagi perusahaan swasta. Harapannya masalah ini harus diluruskan mulai dari hulu hingga hilir agar tidak ada kepentingan-kepentingan sepihak yang merugikan pekerja.

Ketua KRPI, Rieke Diah Pitaloka, juga menjelaskan pencapaian-pencapaian yang ditelah diperjuangkan selama ini membuahkan hasil yang baik. Seperti pengelolaan Terminal Petikemas Surabaya dibawah lingkup Pelindo III yang kini telah kembali ke pangkuan bumi pertiwi terhitung 28 April 2019 setelah selama 20 tahun dikelola bersama oleh Dubai Port, sebuah operator pelabuhan asal Uni Emirat Arab.

Kembalinya TPS Surabaya merupakan bentuk kepercayaa Pemerintahan Presiden Jokowi terhadap kemampuan putra-putri bangsa dalam mengelola terminal peti kemas sebagai aset negara.

Harapan pekerja sektor maritim kedepan, tidak hanya TPS Surabaya saja yang kembali menjadi milik bangsa Indonesia, tetapi juga kembalinya JICT (Jakarta International Container Terminal) dan TPK Koja.

Sebagai gerbang ekonomi nasional, kembalinya JICT dan TPK Koja sebagai tanda kemenangan perjuangan pekerja yang selama ini gigih menuntut pembatalan perpanjangan kontrak HPH. Alasan lainnya, JICT dan TPK Koja oleh Pelindo II akan menjadi preseden baik bagi pemerintah dan pekerja dalam mengelola pelabuhan sebagai simbol kedaulatan bangsa.

Acara Konferensi Pers Peringatan Hari Buruh 2019 di Surabaya ditutup dengan pemotongan tumpeng yang dilakukan oleh Rieke Diah Pitaloka yang kemudian dibagikan oleh perwakilan pekerja. Salah duanya diberikan kepada media dan blogger, yeay! Semoga setelah ini kesejahteraan blogger juga mendapat perhatian negara, hehe..

Walaupun tidak terikat peraturan perusahaan, nasib blogger juga butuh disejahterakan, kan? kan? kan?

You Might Also Like

One Comment

  1. Wulan Kenanga

    Aku setuju kalau blogger disejahterakan, kalau bisa ada UMSP alias upah minimum sponsored post wkwkw.

    Semoga pengharapan-pengharapan buruh terwujud!

Leave a Reply