Tingkatkan Efisiensi Logistik, Pelindo III kembangkan Inovasi Sistem Kepelabuhanan berkonsep Smart Port
Saat berangkat traveling ke Pulau Lombok awal tahun 2018 lalu, saya keenakan di dalam ruang tunggu penumpang Gapura Surya Nusantara di Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya. Terminal penumpang yang menawan dengan disain memukau serta dilengkapi garbarata layaknya bandara. Yang paling mengesankan adanya sofa empuk dan fasilitas wifi. Ini pelabuhan apa kafe, sih! 😀
Saya menyukai pemandangan laut, itulah alasan saya ngotot pergi ke Lombok dengan kapal laut. Dan kesempatan baik itu terlaksana ketika KMP Legundi jurusan Pelabuhan Tanjung Perak ke Pelabuhan Lembar membawa saya berlayar di lautan lepas selama 20 jam. Pengalaman yang luar biasa mengingat selama ini rute pelayaran saya hanya sejarak lebar selat Madura dan Bali menggunakan kapal Ferry. Itu saja sudah membuat galeri HP saya penuh dengan foto laut.
Perubahan pelabuhan Tanjung Perak saat ini menurut saya sukses mengubah paradigma di masyarakat bahwa naik kapal laut tidak kalah seru dengan naik pesawat. Hadirnya terminal penumpang yang nyaman, tidak rebutan antrian, serta jauh dari kesan kumuh, memberikan alternatif menarik bagi siapa saja yang ingin keliling Indonesia (khususnya kawasan timur yang destinasi wisatanya sedang naik daun), dengan moda transportasi laut. Konsep pelabuhan dengan fasilitas layanan ‘wow’ ini merupakan apresiasi Pelindo III kepada para penumpang kapal laut.
Terbukti sampai dengan triwulan III tahun 2018, tren arus penumpang wilayah Pelindo III Tanjung Perak terjadi kenaikan 16% dari tahun lalu pada periode yang sama. Bila tahun 2017 tercatat 447.777 orang, maka tahun 2018 sebanyak 517.443 orang. Begitujuga dengan arus barang yang melalui Pelabuhan Tanjung Perak, hingga triwulan III 2018 mengalami peningkatan 13%. Tahun 2018 terealisasi 8.944.451 Ton dan tahun 2017 sebesar 7.915.173 Ton. Keduanya dihitung pada periode yang sama.
Sebagai negara yang berbasis kepulauan dengan luas laut 5,8 juta km2 dan jumlah pulau sebanyak 17.504, Indonesia memiliki ribuan pelabuhan. Namun pelabuhan umum yang dioperasikan oleh Pemerintah sebanyak 103 pelabuhan, 43 diantaranya dikelola oleh Pelindo III. Aih, jadi pengen naik kapal laut ke Labuan Bajo..
Inovasi Pelindo III tingkatkan efisiensi logistik di Indonesia melalui pelabuhan 7 Provinsi
Sebagai perusahaan BUMN yang menjalankan bisnis inti sebagai penyedia fasilitas jasa kepelabuhanan, meliputi tugas penyediaan dan layanan jasa dermaga; penumpang, gudang dan bongkar muat, Pelindo III berusaha memberikan pelayanan transportasi laut yang memadai.
Tugas dan tanggung jawab Pelindo III adalah mengelola 43 pelabuhan yang tersebar di 7 provinsi, yaitu:
1. Jawa Tengah (4 pelabuhan)
2. Jawa Timur ( 7 pelabuhan)
3. Bali
4. Kalimantan Tengah ( 21 pelabuhan)
5. Kalimantan Selatan
6. NusaTenggara Barat
7. Nusa Tenggara Timur ( 11 pelabuhan)
Pelindo III memiliki peran penting menjamin kelangsungan dan kelancaran angkutan laut kawasan Indonesia sehingga mampu menjadi motor penggerak kegiatan ekonomi negara dan masyarakat.
Berdasarkan pembagian wilayah operasi tersebut di atas, Pelindo III sendiri menjadi gerbang perekonomian di wilayah Indonesia Timur yang mengintegrasikan jalur logistik sebagai langkah membangkitkan potensi maritim di Indonesia.
Hal inilah yang menjadi dasar Pelindo III terus mengembangkan perusahannya dan mengerahkan segala inovasi pada semua lini anak perusahaannya dengan fasilitas modern nan mutakhir untuk menunjang aktivitas dermaga secara efektif dan efisien.
Untuk lebih mengenal dekat dengan Pelindo III, beberapa hari lalu saya dan teman-teman blogger serta media diberi kesempatan mengunjungi kantor Pusat Pelindo III sekaligus berkeliling di kawasan kerja Pelindo III Tanjung Perak Surabaya, yaitu:
• Terminal Nilam
• Terminal Mirah
• Terminal Penumpang Gapura Surya Nusantara
• Terminal Petikemas Surabaya
• Terminal Teluk Lamong
Saya tak menyangka kawasan kerja Pelindo itu luaaaaaassss banget. Luasnya kebangetan, deh! Saya yang selama ini taunya Tanjung Perak hanya dermaga Ferry dan Surabaya North Quay, berasa orang udik yang melongo lihat crane bergerak naik turun sendiri memindahkan petikemas.
Apa yang saya lihat dan rasakan kemarin saat di Terminal Peti Kemas Surabaya dan Teluk Lamong menyadarkan saya bahwa sistem kepelabuhanan di Indonesia sebenaranya sudah pada tingkat advanced dan masih terus mengejar level superior. Dikelola dengan sungguh-sungguh dan profesional, Pelindo III berani bersaing melebarkan sayap kemaritiman Indonesia di kancah dunia.
Tangki Penimbun di Dermaga Nilam untuk pengguna jasa pelabuhan selalu tersenyum
Terminal Nilam berada di Pelabuhan Tanjung Perak dibawah pengelolaan Pelindo III yang berdiri di atas lahan seluas 6.693 meter persegi di jalan Nilam Tengah. Tak seperti terminal yang lain, Terminal Nilam memiliki fasilitas baru berupa Storage Tank, yakni media penyimpanan khusus barang curah cair.
Terdengar aneh, ya, di dalam pelabuhan kok ada tangki penyimpanan. Seperti itulah cara Pelindo III mengoptimalisasi pelayanan dan kinerja bongkar muat curah cair untuk kepuasan pengguna jasa logistik. Daaaan, inovasi Storage Tank di Indonesia baru dimiliki oleh Pelindo III, lho. Waah, jadi bangga saya sebagai Arek Suroboyo..
Kehadiran Storage Tank di Terminal Nilam berpotensi mempersingkat waktu sandar kapal dari sebelumnya 44 jam menjadi 25 jam karena kecepatan bongkar curah cair dari sebelumnya 72 ton kini rata-rata menjadi 120 ton per jam.
Pelindo III tertarik membuat inovasi Storage Tank karena melihat hasil analisa tren arus barang curah cair non BBM di dermaga umum Pelabuhan Tanjung Perak selama 3 tahun terakhir yang mengalami kenaikan sebesar 11%, yang mana tahun 2017 sebesar 2,7 juta ton.
Ada 6 unit Storage Tank di Terminal Nilam, yakni 3 unit tangki kapasitas 5.600 ton dan 3 unit lagi kapasitas 3.600 ton. Storage Tank tersebut terhubung dengan pipa hingga ke dermaga di Nilam Timur dan memiliki panjang tambatan 285 m dengan kedalaman kolam hingga 9 MLWS (Mean Low Water Spring)
Fasilitas storage tank ini disediakan oleh Pelindo III untuk mengefisiensi bongkar muat. Jika sebelumnya dilakukan pihak swasta dengan sistem truck loosing atau dari kapal langsung dibongkar ke truk tangki kemudian dikirim ke pemilik barang, kini kapal yang akan bongkar curah cair tidak perlu menunggu ketersediaan truk tanki lagi karena barang sudah masuk ke storage tank dan bisa bongkar muat kapan saja. Adanya tangki penimpun ini bisa membuat pengguna jasa pelabuhan selalu tersenyum. Semakin cepat bongkar, semakin cepat pula proses pemuatan.
Storage Tank Pelindo III diperuntukkan untuk layanan CPO (Crude Palm Oil) dan Mollases yang memiliki fitur:
- Menerapkan manajemen sistem monitoring terpadu dengan sistem otomasi.
- Tangki dilengkapi sistem flow meter dengan akurasi + 0,1% control level dan temperatur sensor.
- Filling system yang dilengkapi 4 titik pipe line pengisian truck tanker dengan 4 unit jembatan timbang dan pompa dengan kapasitas 120 Meter persegi tiap jam.
Online Booking Export – Import di Terminal Petikemas Surabaya
Lepas dari Terminal Nilam dengan storage tanknya, aktivitas kami selanjutnya adalah blusukan ke Terminal Petikemas Surabaya. Masuk ke dalam area ini kami diwajibkan mengenakan alat pengaman diri yang ketat untuk menghindari terjadinya kecelakaan. Ketika mengenakan helm keselamatan, saya kok tampak sangar ya.. seolah insinyur kapal, hehe.
Terminal Petikemas Surabaya adalah salah satu anak perusahaan Pelindo III yang bergerak dalam bidang jasa kepelabuhanan dalam pelayanan terminal petikemas ekspor-impor dan domestik. Di dalam area terminal petikemas, saya takjub melihat aktifitasnya. Truk-truk logistik dengan gagahnya riwa-riwi membawa petikemas dari satu tempat ke tempat yang lain.
Di dermaga internasional, kami diajak melihat proses bongkar muat. Tepat saat itu ada kapal Mount Gough dari Hongkong sedang bersandar dan melakukan aktifitas bongkar muat.
Dilihat dari tren 3 tahun terakhir, TPS optimis sampai akhir tahun 2018, arus peti kemas international meningkat 2,5% dan petikemas domestik meningkat 42% dibanding tahun 2017.
Untuk meningkatkan pelayanan dan fasilitas, TPS melakukan berbagai upaya mulai dari sistem booking berbasis online diantaranya Fastpay dan Qlique247, klasterisasi pandu, elektrifikasi alat bongkar muat dan saat ini sedang dalam proses relokasi 1 unit CC yang akan memperkuat layanan di dermaga domestik.
Bulan Juli 2018 lalu TPS sukses mengimplementasikan online booking import, dan kini TPS siap meluncurkan online booking export. Info dari Kahumas TPS, M. Soleh, online booking export mulai diberlakukan 1 November 2018.
Saya pun mencoba membuka layanan online booking Clique247 di website www.tps.co.id melalui smartphone. Di sini pengguna jasa dapat melakukan aktivitas Easy Way Online Booking, Cancel Delivery, Extend Delivery, Inspeksi Behandle, DO Online – Delivery Container, Export Online Booking – Receiving Container, Self Clearance Receiving Container yang dilengkapi video tutorial masing-masing pemesanan. Sistim ini akan mempermudah pengguna jasa melakukan pemesanan via online tanpa harus datang ke kantor pelayanan TPS. Lebih mudah, cepat, dan akurat.
Untuk mendukung uji coba online booking, TPS juga menyediakan komputer bagi pengguna jasa cara pengoperasian online booking di counter customer service. Petugas dengan senang hati menjelaskan tutorialnya secara langsung.
Ternyata tidak hanya jual beli baju saja yang online, impor dan ekspor petikemas pun bisa dilakukan secara online. Kemajuan yang sungguh luar biasa, ya. Salut untuk Pelindo III.
Mari saya ajak teman-teman menonton vlog saya saat di terminal Petikemas Surabaya 🙂
Terminal Teluk Lamong, Pelabuhan Smart Green Port pertama di Indonesia
Saat di area Terminal Teluk Lamong, kesibukan bongkar muat tak seramai terminal Petikemas dan terminal Nilam. Di sini lebih rapi dan hampir tak nampak manusia dan kendaraan logistik hilir mudik. Satu-satunya yang bergerak hanyalah Automatic Stacking Crane (ASC) yang riwa-riwi memindahkan petikemas. ASC nya puinter, lho. Tanpa dikasih komando, dia bisa jalan-jalan sendiri.
Kemudian keheranan saya terjawab saat diajak masuk ke dalam ruang operasional Terminal Teluk Lamong. Rupanya ASC bisa bergerak sendiri karena diremote dari ruangan ini. Ruangannya tidak luas, namun cukup untuk memantau perpindahan petikemas dari kejauhan. Selain itu petugas nampak sibuk di depan layar sambil tangannya menggerakkan joystick. Dengan joystick inilah petikemas bisa berpindah. Canggih, Rek!
Sekarang saya tau mengapa Terminal Teluk Lamong disebut sebagai pelabuhan semi otomatis pertama di Indonesia. Di Dunia hanya ada 4 negara yang menggunakan sistem ini yaitu Virginia, Catalunya, Abu Dhabi dan Indonesia.
Masih ada lagi. Terminal Teluk Lamong mengusung konsep Smart Green Port, Pelabuhan yang menggunakan peralatan modern dan ramah lingkungan. Ditunjang dengan 10 blok Container Yard berkapasitas 756.000 TEUs dilengkapi dengan Automatic Stacking Crane, alat semi-otomatis berbahan listrik dengan kecepatan 2,7 kali lebih cepat daripada Rubber Tire Gantry (RTG). Dermaga petikemas memiliki panjang 500 meter dengan 10 unit Shop to Shore Crane berkemampuan angkat hingga 45 box per jam.
Kecanggihan yang diusung Terminal Teluk Lamong dijadikan sebagai solusi terbaik memecah kepadatan Pelabuhan Tanjung Perak dan mempercepat proses penyebaran arus barang khususnya dari dan ke wilayah Kawasan Timur Indonesia.
Memiliki kedalaman alur dermaga domestik dan international pada kisaran 12-14 LWS (Low Water Spring), terminal yang berada di Jalan Raya Tambak Osowilangun mampu menarik pasar international baru untuk melakukan pelayanan bongkar muat. Ibu Dothy, Direktur Utama Terminal Teluk Lamong mengatakan, Kapal jenis panamax bermuatan diatas 5000 TEUSs dapat melakukan bongkar muat di Terminal Teluk Lamong sehingga efisiensi waktu dan biaya bongkar muat barang tercapai.
Terminal Teluk Lamong diresmikan oleh Presiden Jokowi tanggal 22 Mei 2015 yang berdiri di lahan seluas 38,86 Ha. Saat ini Terminal Teluk Lamong bertugas melayani jasa bongkar muat petikemas dan curah kering. Untuk menjaga komitmen Green Port, curah kering di Terminal Teluk Lamong hanya memuat komoditas pakan dan pangan.
Saat berkeliling di Teluk Lamong, saya ditunjukkan sebuah conveyor berwarna hijau sepanjang 900 meter yang berfungsi untuk mencegah antrian truk di dermaga. Untuk operasional curah kering disiapkan 2 unit Grab Ship Unloader (GSU) kapasitas 2000 ton per jam per unit yang digunakan untuk membongkar muatan dari kapal menuju conveyor. Conveyor inilah yang bertugas sebagai jembatan muatan curah menuju ke gudang. Gudang dan silo untuk curah kering dengan luasan 10 Ha berkapasitas 200.000 ton digunakan untuk 2 jenis komoditas berbeda, gudang untuk komoditas tepung; silo untuk komoditas kacang-kacangan.
Saat ini Terminal Teluk Lamong sedang fokus mengembangkan fly over atau akses jalan antara Terminal Teluk Lamong dan Jalur Lingkar Luar Barat (JLLB) Surabaya yang diperkirakan akan beroperasi tahun 2019 mendatang. “Melalui pembangunan fly over, akan mempercepat pengiriman arus barang baik secara lokal maupun regional dari dan menuju pelabuhan serta mengurangi kemacetan di jalan raya karena langsung terhubung dengan jalan tol dari Romokalisari” jelas Dothy melalui informasi tertulis.
Penasaran dengan kecanggihan Terminal Teluk Lamong? Lihat video saya berikut:
Smart Port, konsep Inovasi Logistik Pelindo III
Kota Surabaya sebagai gerbang utama arus barang yang mengintegrasikan wilayah Timur Indonesia menjadi tantangan tersendiri bagi Pelindo III. Inovasi dan alat canggih saja belum cukup jika tidak diimbangi dengan konsep yang benar-benar jitu. Oleh karena itu Pelindo III terus berupaya memberikan pelayanan yang baik yang menguntungkan semua pihak.
Pelindo III berupaya menekan biaya dan waktu bongkar muat sementara arus barang harus terus bertambah. Daan yang lebih penting lagi adalah terjadinya keseimbangan antara kawasan barat dan kawasan timur Indonesia sehingga perekonomian negara bisa merata, mengingat bahwa Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya adalah pelabuhan dengan rute pelayaran terbanyak di Nusantara.
Untuk meningkatkan efisiensi arus logistik di kota Surabaya, PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) III mengembangkan inovasi baru dengan konsep Smart Port. Diharapkan dengan inovasi ini produktifitas pelabuhan bisa meningkat dan pelayanan jasa pelabuhan bisa dipercepat. Inovasi itu antara lain:
⇒ Meluncurkan MiniCon, Kontainer kecil berukuran sepertiga Kontainer 20 TEUs. Inovasi ini untuk mempersingkat dwelling time di pelabuhan yang sebelumnya 3-7 hari menjadi 30menit
⇒ Membuat aplikasi Home Terminal Service sebagai aplikasi kepelabuhanan pertama yang melayani vessel service, port activities, logistics dan container management dalam one touch service
⇒ Membangun Elevated Parking Truck setinggi 4 lantai di Terminal Kalimas yang bisa menampung 130 truck dilahan 1 Ha menggunakan konsep baja.
⇒ Fasilitas Shore Connection atau penyediaan listrik untuk sumber tenaga mesin kapal saat sandar di Terminal Berlian yang dikelola oleh BJTI Port sebagai alternatif penghematan BBM
⇒ Menyediakan layanan Hotel Kapsul di Terminal Gapura Surya Nusantara. Hotel ini jadi hotel pertama di Indonesia yang dibangun di gedung terminal penumpang kapal laut
⇒ Pembangunan Pelindo Place, yakni menara 23 lantai yang dibangun dengan konsep Green Building. Fasilitas menara ini sebagai pusat bisnis pertama di kawasan Pelabuhan Tanjung Perak sebagai bentuk pelayanan terhadap pelaku bisnis maritim
⇒ Pelindo III meningkatkan pengelolaan Sumber Daya Manusia dengan memprioritaskan kebahagiaan, kesejahteraan dan hak karyawan. Salah satunya dengan memberitakan tambahan cuti 4x setengah hari diluar hak cuti karyawan 12 hari setahun
⇒ Menerapkan kampanye budaya digital mulai dari paperless, online meeting, dan pemanfaatan
sejumlah aplikasi untuk mendukung kinerja sehari-hari
Lalu sebagai masyarakat kita bisa apa agar bisa bersaing dengan dunia luar? Tidak muluk, cukup mencintai dan menggunakan produk lokal. Semakin banyak produk lokal di masyarakat, semakin meningkat pula nilai ekspor.
Seperti disampaikan oleh Kahumas Terminal Petikemas Surabaya bahwa komposisi rata-rata arus internasional adalah 52% impor dan 48% ekspor. Artinya perbandingan ekspor – impor kita ada selisih sebesar 4%. Masih ada waktu bagi kita mengejar nilai selisih tersebut agar produk lokal dikenal luas di dunia internasional.
Dan satu lagi, naik kapal laut! Yuk agendakan ke Labuan Bajo, hehe..
Leave a Reply