Wisata Dakwah Qurban YDSF 2018, Jangkau Hingga Jauh

Suatu hari saya diajak Ustad Ma’mun untuk mengikuti kegiatan Wisata Dakwah Qurban (Widaqur) 2018 oleh Yayasan Dana Sosial Al Falah (YDSF) di Nongkojajar, Pasuruan.

Nggak pakai mikir lama, saya terima ajakannya. Jarang-jarang ada tawaran begini, wisata sambil berdakwah. Kapan lagi, kan, senang-senang sekaligus mikir akhirat?😁

Lihat lokasinya, Nongkojajar tidak terlalu jauh dari Surabaya. Saya tau banget jalur ini adalah arah kalau mau ke Bromo. Jalur yang berpemandangan indah, namun jauh dari pusat kota Pasuruan. 3 bulan lalu saya pernah lewat jalanan ini saat kengangguren ke Bromo naik motor. Menurut info, jalur ini lebih aman ketimbang jalur lain ke Bromo via Pasuruan.

Disisi lain, saya juga penasaran dengan kegiatan Widaqur YDSF. Wisata Dakwah Qurban, hemmm..

Kita bedah dulu, yaa..

Teman-teman ada yang pernah dengar istilah YDSF? Atau malah sudah menjadi donatur tetapnya saat ini?

Bagi yang belum tau, YDSF kepanjangan dari Yayasan Dana Sosial Al Falah. Merupakan Lembaga Amil Zakat Nasional yang berdiri sejak 1 Maret 1987. Perannya sebagai penghimpun dana dari masyarakat sekaligus mendayagunaan dana tersebut secara amanah dan profesional untuk kepentingan kemanusiaan.

Saat ini jumlah donatur YDSF sudah lebih dari 161 ribu menyebar di seluruh Indonesia.

Bulan Dhulhijah, seperti tahun-tahun sebelumnya, YDSF rutin menerima dan menyalurkan hewan qurban dari masyarakat. Agar pendistribusian daging lebih merata, penyaluran dilakukan di daerah pelosok yang selama ini luput dari jangkauan. Itulah alasan diadakannya Widaqur.

Wisata sambil berdakwah bersama YDSF

Selain Widaqur, YDSF juga punya program bernama Wisda (Wisata Dakwah). Saya pernah sekali mengikutinya. Sesuai namanya, Wisata Dakwah ini mengajak para donatur melihat secara langsung penyaluran dana dari YDSF kepada yang berhak.

Sedangkan Widaqur yang saya ikuti kali ini berhubungan dengan penyaluran daging qurban. Peserta diajak ke lokasi terpencil dan di sana dilaksanakan penyembelehan hewan qurban

Lokasi tepatnya di Kebun Krecek, dusun Taman, desa Kayukebek, Kecamatan Tutur, Nongkojajar, Pasuruan. Alasan pemilihan lokasi karena pemeluk Islam di daerah ini minoritas. Selain itu di sini terdapat semacam pondok kegiatan pengajian yang dipimpin oleh Ustad Yusuf Wijaya. Uniknya, kehidupan masyarakat di sekitar Kebun Krecek berdampingan akrab dengan masyarakat Hindu.

Sekedar pengetahuan, masyarakat yang berada di sekitar Bromo adalah suku Tengger yang mayoritas beragama Hindu.

Widaqur YDSF 2018 di Kebun Krecek, Nongkojajar

Sebelum dilakukan penyembelehan hewan qurban, malam sebelumnya, peserta diajak mengenal potensi yang dimiliki Nongkojajar lalu dilanjutkan dengan Qiyamul Lail.

Sungguh, diluar ekspetasi saya. Tidak hanya kebun sayuran, Nongkojajar juga memiliki perkebunan buah antara lain kebun Durian, kebun Bunga Krisan, Kebun Apel, Lemon, Paprika, dan sayur-sayuran. Peternakan sapi di sini pun tiap hari mampu menghasilkan susu sebanyak 120 Liter!

Dijelaskan oleh Bapak H. Hariyanto, pemilik kebun Paprika, Nongkojajar berada di atas tanah dengan ketinggian 600-1200 mdpl. Sesuai teori suhu udara umumnya tercatat 18-28 derajat. Tetapi, ketika saya bermalam di sana, saya kesulitan tidur saking dinginnya udara. Sampai 2 hari gak berani mandi, haha..

Dalam kegiatan Widaqur, selain acara inti penyembelehan hewan qurban, peserta juga diajak turun lapangan mengeksplor suasana desa.

1. Wisata Petik Apel

Kebun apel yang kami kunjungi jaraknya tidak jauh dari Kebun Krecek. Kurang lebih 300-500 meter.

Didampingi oleh pemeluk kebun, kami bebas menikmati kebun seraya makan apel sepuasnya. Boleh dibawa pulang tapi bayar. Di sini terdapat jenis pohon apel manalagi dan apel ana.

Sambil foto-foto, saya ikut memetik apel. Tak terasa tau-tau kresek saya udah penuh dan berat. Begitu ditimbang beratnya hanya 1,5kg! Wah, dikit ternyata, haha..

2. Air Terjun Coban Waru

Wisata air terjun Coban Waru lokasinya bersebrangan dengan kebun apel. Tapi untuk menuju ke air terjun harus jalan kali 10 menit melewati jalan setapak

Dari penjelasan Ustad Yus, air terjun Coban Waru adalah wisata baru yang belum lama ditemukan. Suasananya masih sepi, dan tidak dipungut biaya.

3. Kebun Lemon

Kebun Lemon yang kami singgahi berada di Dsn. Arjosari, Ds. Andonosari, Kec. Tutur Nongkojajar. Pemilknya bernama H. Imam Taufik. Saat datang, kami disambut dengan ramah.

Buah Lemon di sini sudah memasuki musim panen. Pas banget kami ke sini, dan langsung metik buah sesuka hati.

Lagi-lagi saya mengumpulkan buah Lemon. Menurut tangan saya sudah berat, begitu ditimbang beratnya tidak sampai 2kg! Haha..

Ekspedisi Qurban YDSF, Jangkau Hingga Jauh

Jam 9 pagi kegiatan penyembelehan hewan qurban mulai dilakukan. Ada 2 ekor sapi dan 3 ekor kambing

Cepet banget, lho, dari penyembelehan hewan qurban hingga pembagian daging selesai kurang lebih 3 jam. Selesai sholat Dhuhur, daging sudah mulai didistribusikan. Akhirnya, acara Widaqur 2018 ditutup dengan penyerahan daging secara simbolis.

Kebahagiaan tidak hanya terpancar dari penerima hewan kurban. Seluruh peserta Widaqur juga menampakkan aura bahagia.

Senang bisa mengikuti kegiatan Widaqur YDSF 2018. Ternyata pelaksanaan qurban yang dilakukan di daerah yang minim penyaluran hewan lebih terasa manfaatnya. Kami, peserta Widaqur, jadi makin yakin sama YDSF yang amanah mengemban tugasnya. Sukses selalu YDSF, semoga Idhul Qurban selanjutnya bisa menjangkau hingga jauh lagi.

You Might Also Like

Leave a Reply