Hari #1 Mama Minta Piknik Trip Singapore

Alhamdulillah, paspor saya sudah ada isinya. Sekaligus membuktikan ucapan saya kepada petugas Imigrasi Juanda bahwa saya nggak bohong ke Singapuranya 😁.

Bocoran dari teman, kalau ingin paspornya disetujui kudu bikin alasan mengada-ada. Walaupun belum tentu pergi ke luar negeri setidaknya jangan bilang ke petugas imigrasi, “Ngurus paspor buat punya-punyaan”. Bisa-bisa pulang gigit jari, hehe..

Meski sudah ngantongi buku paspor, saya memang belum sama sekali merencanakan ke luar negeri. Keputusan itu membulat ketika suatu malam iseng-iseng saya japri Umik Vika ngajak dia jalan ke Lombok

“Mik, ke Lombok, yuk!”

Udah aja dia bilang “Hayuk!”. Tiba-tiba dia belokin obrolan, “Kenapa harus ke Lombok, nggak pengen ngreyen paspor baru?”

Bah, siapa sangka ajakannya itu dibarengi dengan jatuhnya rejeki sehingga saya bisa leluasa membeli tiket pesawat, bayar penginapan dan tukar Rupiah ke dolar Singapura buat biaya hidup di sana.

Segala persiapan seolah disetujui oleh alam sehingga nyaris tidak ada drama. Saya dan Umik klik memilih berangkat tanggal 25 pulang tanggal 28 Januari 2018. Merencanakannya sih bulan Desember, perginya baru Januari soalnya dapat tiket murahnya pas awal tahun.

Soal itinerary semua saya pasrahkan Umik. Doi kan rute luar negerinya hapal di luar kepala. Kayaknya dia lebih hapal jalan ke luar negeri ketimbang jalan dari Surabaya ke Bangkalan, haha.. Bahkan saya yakin dia ke Bangkalan belum tentu setahun sekali. Sedangkan ke luar negeri bisa-bisa setahun sampai 5 kali! Yo, kan, Mik? Haha

Singapura dari ketinggian

Selama di Singapura, Umik adalah pemandu sekaligus tukang fotoku😂. Karena baru pertama kali, saya benar-benar buta negara ini. Browsing udah, baca-baca pengalaman orang juga udah, tapi gak ada bayangan kayak apa situasi di sana. Biar kata orang negara Singapura luasnya segede kota Surabaya, pusing juga jalan di sana kalau gak punya panduan. Jangankan saya, Umik yang sering ke sana aja masih sibuk sama maps! Hehe..

Kadang-kadang aja saya bisa diandalkan.Terutama pas lagi kesasar. Kok bisa? Bisa dong, kan tas saya isinya amunisi, ada brosur berkilo-kilo yang digendong ke sana kemari. Mulai dari maps, tempat wisata, dan segala macemnya. Kecuali sama-sama mentok, baru ngeluarin jurus insting haha..

Victoria Street

Dan ternyata, setelah saya mengamati maps negara Singapura secara signifikan, jalanan di sana sangat mudah ditelusuri. Andai di sana ada persewaan motor murah, kayaknya saya krasan berlama-lama di sana, hehe..

Hari #1 Mama Minta Piknik Trip Singapore

Harga Singapore Tourist Pass

Kami tiba di bandara Changi jam 12-an lalu mampir ke counter sebentar untuk mengaktifkan wifi sekaligus ngisi botol minum kosong yang dibawa dari Surabaya.

Kegiatan selanjutnya antri imigrasi yang panjangnya minta ampun. Sering baca curhatan di grup FB yang katanya lewat imigrasi Singapura gampang-gampang susah, saya jadi ndredeg sendiri. Modal saya cuma yakin sama pasang muka senyum.
Tiba giliran saya, petugas Imigrasi hanya tanya, sampai kapan di Singapura? Saya jawab sampai hari Minggu.

Syukurlah gak ditanya macam-macam. Raut petugasnya juga nggak horor-horor amat. Sengaja sama Umik milih antrian yang wajah petugasnya santai dan senyum. Yang lebih paling penting lagi adalah yang bisa bahasa melayu. Maklum bahasa linggis saya pas-pasan 😀

Lepas dari Imigrasi, saya nunggu Umik ngaktifin SIM card lalu ke lantai bawah beli Singapore Tourist Pass untuk 3 hari. Harganya $20 +deposit $10 total jadi $30. Dengan Singapore Tourist Pass ini kami bebas naik turun MRT dan bus hanya dengan menggesekkan kartu aja.

Gesekan pertama kami gunakan untuk naik MRT greenline dari Changi ke Tanah Merah, lalu ganti MRT (masih tetep di jalur hijau) ke arah Bugis. Penginapan kami di kawasan Kampong Glam, tak jauh dari Masjid Sultan. Tapi sebelumnya kami mampir makan siang dulu ke Encik Tan, di Bugis+.

Nasi Kari dengan ayam crispy a la Encik Tan

Jauh dari bayangan saya, ternyata jalan dari Bugis+ ke Arab Street lumayan juga haha.. ada kali 800 meter jaraknya. Dan kaki pegel itu terbayar setelah dari kejauhan terlihat Masjid besar berwarna putih yang indah sekali. Lihat kubahnya saja sekonyong-konyong saya kangen Surabaya! Huhu..

Karena sudah menunjukkan waktu Ashar, kami langsung mengambil wudhu di masjid itu yang saya tau kemudian bernama Masjid Sultan. Dari dalam masjid terlihat suasana di luaran turis-turis sibuk foto berlatar belakang masjid. Jadi ingat Masjid Ampel kala bulan Ramadhan, nggak pernah sepi pengunjung!

Arab Street

Tidak hanya masjidnya yang rame, cafe dan resto di sekitar Jalan Bassurah juga lumayan laris. Penjual souvenir juga rame pembeli. Sebentar saja saya lupa kalau lagi di negara orang.

Lelah dan ribet dengan bawaan, kami buru-buru ke FiveStones Hostel di Beach Road untuk check in sekaligus menanggalkan koper. Biar lebih enteng jalan-jalannya.

Selesai bersih-bersih badan sebentar, kami lanjut eksplor ke Merlion dan sekitarnya. Keren deh kawasan ini. Dalam sekali jalan, bermacam atraksi disajikan secara cuma-cuma.

Seperti di Asian Civilisation Museum, misalnya, terdapat permainan lampu yang berganti-ganti tema setiap beberapa menitnya. Taman luas yang semakin malam banyak wisatawan datang sekedar menikmati atraksi lampu. Tak terkecuali fotografer yang berdatangan dengan menenteng tripod.

Baca juga Wisata Malam Hari di Singapore

Entah berapa jauh kami berjalan dan semua terasa menyenangkan hingga segalanya termuara di Merlion Park. Sayang patungnya sedang cuti renovasi, hiks! Hanya bisa menatap nanar patung yang dibungkus kain putih. Meski begitu kawasan ini tetap saja padat.

Puas duduk di tepi sungai sambil menikmati permainan lampu Marina Bay Sands yang disentrong kayak laser, kami lanjut jalan lagi sampai ke Makansutra Gluttons Bay, semacam pasar malam yang menjual makanan khas Singapore.

Tak terasa waktu sudah menujukkan 11malam. Meja-meja di Makansutra sudah mulai sepi, dan kami berdua saja melalui Esplanade Road menuju stasiun MRT terdekat. PR kaki kami selanjutnya adalah jalan melintasi Beach Road menuju hostel sepanjang 300 meter.

Makansutra yang rame
Carrot Cake dan segelas Ice Lemon Te

Yak, tanpa olahraga, seharian ini kaki saya sukses terseok-seok. Sebelum tidur kegiatan saya tiap malam adalah mijitin kaki. Baru juga hari pertama kaki sudah seyek, hihi..

Esplanade Road

Selesai deh nulis laporan Hari #1 Mama Minta Piknik Trip Singapore. Masih ada hari ke 2 dan ke 3 yang menunggu untuk ditulis. Sabar ya teman-teman hehe..

You Might Also Like

7 Comments

  1. D. Indah Nurma

    Oalah ngepasin Merlion renovasi. Eman mbak…

  2. Nining

    Seruuuuu bgt halan halan berdua sama sahabat karib.

    ((((sahabat karib))))) cem komen taun 90’an yak wkwkwk, lanjutkan mengisi pasportnya mbak. Keren!

  3. Jalan-Jalan KeNai

    Saya jadi fokus ma sandalnya hahaha. Jadi inget beberapa tahun lalu jalan ma temen-temen ke Singapore. Eh, dia pakai high heel. Baru jalan di Orchard aja udah gempor hehehe

  4. Dwi Puspita

    Hahaha…nunggu kelanjutan ceritanya dihari 2 dan 3
    Mayan mbak, udah ada pandangan nih kalo mau kesana… cerita yg bisa diraba ya seperti ini…hahaha
    Salam gempor…

  5. Nurulrahma

    Wohoooo lanjutkan cerita backpackerannya mbaaaa

    Kereen!

  6. Ike Yuliastuti

    mba,,, lain kali bawa balsem atau GPU hahahha. dulu aku 3 hari di singapura salah pake sepatu kakiku lecet semua karna selalu jalan kaki wkkwkw

    singapura kini makin banyak tempat wisatanya.. pengen mrono maneh

  7. Swastikha Maulidya mulyana

    jadi kangen sama singapore. Pas ke sana kurang lama

Leave a Reply