Traffic Light Penyebrangan
Cerita Yuni

Traffic Light penyebrangan

Selain jembatan penyebrangan kota Surabaya juga memiliki traffic light penyebrangan khusus bagi pejalan kaki dan sepeda ontel.

Traffic Light penyebrangan ini sangat unik sebab orang yang ingin menyebrang tak perlu lagi melambaikan tangan kepada pengendara mobil dan motor sebagai tanda minta jalan, tetapi mereka cukup menekan tombol di tiang kemudian tanpa menunggu waktu lama akan ada aba-aba lampu berwarna merah. Aba-aba ini biasanya di tandai dengan suara sangat keras yang bunyinya seperti minta perhatian. “Didid… didid.. didid….” ketika ada bunyi itu para penyebrang di persilakan untuk menyebrang.

Inilah saatnya pejalan kaki di anggap bak raja jalanan. Tanpa harus di burui, tanpa rasa takut di tabrak. Melenggang santai saja seperti jalan itu milik sendiri. Mau nyebrang ramai-ramai, mau sendirian saja juga boleh. Tetapi biasanya mereka nunggu sampai ada temannya dulu. Baru kalau sudah di tunggu tapi gak dapat teman juga dia boleh menyebrang sendiri.

Di banding jembatan penyebrangan, lampu merah penyebrangan ini lebih efektif dan cepat ketimbang harus bercapek-capek naik ke jembatan lebih dulu.

Ada cerita menarik mengenai lampu merah ini.

Beberapa hari lalu ketika Kak Julie sedang di Surabaya kami janjian ketemuan. Saya pun menjemputnya di hotel kemudian naik Taksi bersama-sama ke rumah Pakde untuk silaturrahmi.  Kebetulan letak hotelnya tepat di depan Gedung DPRD Surabaya, di sebelahnya Zangrandi dan jalan itu adalah kawasan padat lalu lintas. Apalagi jalurnya hanya untuk satu arah saja.

Taksi kami panggil. Namun tak satu pun yang berhenti. Mungkin karena posisi kami berada di kanan jalan, sedangkan Taksi berjalan di bagian kiri tepat di depan Gedung DPRD. Begitu pula dengan Taksi yang sedang ngetem di depan DPRD. Walaupun kami sudah melambaikan tangan memanggil mereka namun tak ada satupun dari mereka yang tertarik mendekati kami. Kesannya mereka tak butuh penumpang. Jalan satu-satunya ialah kami harus nyamperin mereka. Dan tentu saja kami harus menyebrang ke sana.

“Kek mana nyebrangnya?” tanya Kak Julie.

“Kita pakai lampu merah ini, Kak” kata saya. Sedikit grogi sebab saya jarang menggunakan fasilitas ini. Gimana cara nekan tombolnya. Dan tombol mana yang harus di tekan. Letaknya saja saya belum tau..

Saya memutari tiangnya sambil mencari letak tombol itu. Ketemu. Lalu saya pencet tombolnya.

“Kok mobilnya gak berhenti, Dek?” tanya Kak Julie lagi setelah menunggu beberapa saat.

“Masih harus nunggu merah dulu Kak, baru mereka berhenti” kata saya. Dalam hati saya sendiri bingung, kenapa lampunya gak berubah juga.

Untung lah ada satu orang yag bergabung bersama kami. Dia pun lantas menekan tombol itu sekali lagi. Masih sama, lampunya belum berubah juga.

Melihat kebingungan ini di depan sana, di lampu merah depan Gedung sana ada Pak Becak yang mambantu menekan tombol dari sana. Tanpa menunggu lama lampu pun berubah merah. Dan semua mobil berhenti. Oalah, mungkin tombol di bagian saya gak berfungsi makanya gak ngefek sama lampunya.

Semua kendaraan berhenti, saya dan Kak Julie pun melenggang nyebrang.

“Dek, beneran mereka berhenti?”

“Iya, tenang saja gak mungkin mereka nabrak kita. Kalau sampai ada yang berani nabrak merekalah yang salah” kata saya sok hehe..

“Ih, keren ya Surabaya. Gak percaya aku ada beginian. Katrok kali aku ya hahaha….”

Dalam hati saya bilang “I.. iya.. kita sama-sama katroknya Kak haha..”

Dan memang setopan penyebrangan ini semakin di minati warga Surabaya. Buktinya semakin jarang ada orang yang menyebrang sembarangan. Imbasnya jembatan penyebrangan yang makin tak laku hehe..

Adakah traffic light penyebrangan di kotamu teman?

16 Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *