Kunci Rumah
Cerita Yuni

Terkunci di luar

Saya kasih tau, ya, saya habis melakukan atraksi, lhoo.. atraksi naik ke atas genteng demi membuka kunci rumah!
Percaya nggak, sih?
Percaya aja lah yaaa.. kasihan udah capek-capek nulis ini.. 😀

Hmm, saya mulai dari mana ya enaknya..

Jadi gini rumah saya itu pintunya ada 2. Pintu yang satu kuncinya di bawa orangtua, dan pintu satunya lagi kuncinya kami yang bawa. Padahal 2 pintu ini satu sama lain nyambung seruangan rumah. Jangan tanya mengapa konstruksinya begitu, bukan saya arsitekturnya.. 😛

Singkat cerita Ibuk saya pergi ke Jombang. Esoknya saya nyusul Ibuk ke Jombang. Otomatis Bapak sendirian dong di rumah. Supaya gak merepotkan Bapak, satu pintu saya kunci, dan kuncinya saya bawa. Esoknya lagi Bapak pergi ke Jombang sama Kakak dengan membawa kunci pintu sendiri. Sampai disini okee, semua baik-baik saja. Setelah urusan di Jombang selesai, kami semua pulang bareng dengan jalan beriringan yang berakhir di rumah Kakak saya di Driyorejo. Rupanya Bapak dan Ibuk saya memilih nginep di rumah Kakak. Ya udah saya pulang dong ke rumah.

Waktu pamit pulang, Bapak saya bilang gini: “Kunci pintu sebelah ada di saku baju, ambil aja sendiri”. Nggak tau kenapa saya nolak ambil kunci punya Bapak. Saya pikir, wong saya bawa kunci sendiri, kok, ngapain bawa kuncinya Bapak. Sesampai di rumah ndilalah saya gak bisa buka pintu rumah. Nah lho, apakah masalahnya??

Ketika sampai rumah baju saya dalam keadaan basah, kehujanan di jalan. Lupa gak bawa jas hujan. Harapannya tiba di rumah mandi lalu leyeh-leyeh. Eh, lha kok pas buka kunci, pintunya gak mau kebuka. “Wah, pintunya pasti di slot dari dalam sama Bapak!” Pintu punya saya itu di dalamnya memang ada slotnya. Mungkin sebelum Bapak pergi, biar aman, pintunya di slot dari dalam. Mau nggak mau, supaya bisa masuk ke rumah saya harus buka slotnya dulu dong. Inilah masalahnya…

Supaya bisa masuk ke dalam rumah alternatifnya adalah:
1. Buka pintu pinjem kunci punya Bapak (berarti kami harus balik lagi ke Driyorejo ambil kuncinya Bapak)
2. Naik ke atas genteng masuk rumah lewat atas

Pilihan pertama butuh energi dan waktu. Hujan deras badan lelah karena naik motor dari Jombang, mosok harus kembali lagi ke Driyorejo.

Pilihan kedua lebih cepat dan praktis. Tinggal naik pakai tangga kayu, jalan mengendap-endap melalui genteng, kalau berhasil tinggal buka slot pintu. Resikonya: gelap, memicu talang rumah bocor, genteng patah, kaki kena paku, kepleset genteng yang basah, harus menghindari saluran kabel listrik, dan di omelin tetangga sebelah. Yang terakhir gak nyaman bangeet huehue..

Mas Rinaldy sudah nekat mau ambil opsi pertama. Tapi saya keukeuh ambil opsi ke dua. Sebelum naik saya mikir dulu. Menggambar kemungkinan-kemungkinan jelek yang harus saya hindari. Bersyukur gak ada suara petir. Meskipun begitu cukup menyiutkan nyali saya melihat langit bolak-balik jepretin ‘lampu blits’ nya.

Oke saatnya beraksi!

Pertama-tama saya naik ke atas rumah dengan tangga kayu yang sudah tersedia. Kayak Macgiver ajah peralatannya sudah disediain hehe..

Setelah berada diatas genteng saya cari ancang-ancang aman, sela mana yang bisa di lewati agar genteng dan talang tidak pecah. Pelan, selangkah demi selangkah saya menapak. Kalau ada suara “kretek-kretek” saya buru-buru memindah tapakan kaki. Sambil melangkah, saya berusaha menyamankan posisi tubuh agar imbang supaya tidak kepleset. Keadaan basah membuat sekitar saya licin. Setelah berupaya selama beberapa menit saya berhasil menggapai pintu masuk ke dalam rumah. Horeee… Baru kali ini hujan-hujan di atap rumah haha..

Dan tiba-tiba, tetangga sebelah keluar rumah. Untung udah berhasil.. hihi..

Esoknya Bapak dan Ibuk saya pulang dan heboh nanyain bagaimana caranya saya bisa masuk ke dalam rumah. Ujung-ujungnya begini: “Awas aja kalau nanti hujan bocor, kamu harus tanggung jawab!” haha…

One Comment

Leave a Reply to Nining Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *