Cerita Yuni

Cangkruk ‘kerakyatan’ Polisi dan Netizen Surabaya

Saya sering cangrukan. Cangkruk sama teman komunitas, cangruk sama penjual bakso, cangkruk sama satpam, cangkruk sama sopir angkot..

Cangkruk Netizen

Cangkruk itu seru dan menyenangkan. Tidak ada jabatan, tidak ada bawahan, semua membaur jadi satu, merakyat. Dari cangkruk biasanya muncul ide-ide brilian, menularkan aura positif pada diri sendiri dan orang lain, serta bisa menjadi alternatif memecahkan persoalan.

Tanggal 3 November 2015, Warung Kopi ‘rakyat’ Mbah Cokro menjadi tempat cangkruk Netizen bersama Kapolda. Di balut suasana santai, sebanyak 30 netizen Surabaya membaur bersama jajaran Kepolisian. Mulai dari Kapolda, Kapolres, hingga Srikandi Polisi.

Cangkruk Netizen Surabaya

Lalu, apa saja, yang di obrolkan dalam cangkruk’an, itu?

Hmm.. sebelum saya mulai ke inti obrolan, saya buka dulu, ya, sambutan yang di sampaikan Mas Akbar sebagai moderator malam itu.

“Selamat malam, dan selamat datang kepada Bapak Kapolda, Irjen. Pol. Anton Setiadji…..”

Tiba-tiba Pak Anton meralat, “Mas jangan panggil Irjen. Panggil Anton saja. Kalau malam saya bukan Polisi. Di sini kita sama-sama rakyat biasa”

“Nyeeesss..” adem dengarnya 😀

Kapolrestabes, 'Menir' Yan (kiri) dan Kapolda Anton Setiadji
Kapolrestabes, ‘Menir’ Yan (kiri) dan Kapolda Anton Setiadji

Kekeliruan itu membuat suasana cangkruk menjadi riuh oleh tepuk tangan. Kami tidak lagi seperti pejabat publik dengan warga biasa. Apalagi tempat duduk kita juga sama, duduk di atas bangku bambu. Seketika kegiatan ini menjadi semacam cangkruk persahabatan. Bagi saya, inilah esensi cangkruk sebenarnya.. 🙂

Seperti yang pernah saya tulis di postingan 5 jam bersama Polisi, Pak Anton adalah Kapolda baru di Jawa Timur. Sebagai ‘warga baru’ Surabaya, Pak Kapolda bersama jajarannya ingin mengenal dekat dengan warga Surabaya, salah satunya cangkruk bersama netizen.

Mengapa harus netizen?
Karena netizen dianggap sebagai warga yang selalu jujur dalam mengungkapkan sesuatu di media sosial. Netizen dianggap cocok mewakili masyarakat untuk menyampaikan uneg-unegnya.

Sesuai konteks, Pak Anton ingin mendengarkan keluh kesah yang dirasakan masyarakat Jawa Timur, khususnya Surabaya, tentang kinerja polisi selama ini. Pak Anton melihat polisi belum sepenuhnya dekat dengan masyarakat. Begitupun masyarakat juga belum memahami seluk beluk kinerja kepolisian.

“Saya memahami banyak Polisi brengsek sehingga menjatuhkan citra Polisi itu sendiri. Oleh karena itu agar saling mengenal satu sama lain, mari kita cangkruk bersama..”

Cangkruk’an malam itu memberikan inspirasi baru untuk saya, juga kepada para netizen. Polisi yang selama ini di-cap ‘suka nilang pengendara’ (dan sikap buruk lainnya sehingga menurunkan citra Kepolisian) punya niat baik untuk memperbaiki diri.

Sebagai institusi pengayom masyarakat, Polisi juga turut berpartisipasi revolusi mental yang dicanangkan Presiden. Sebaliknya, sebagai masyarakat kita juga harus mendukung niat baik ini. Caranya dengan tidak mengajarkan anak-anak bahwa Polisi adalah institusi yang harus di takuti. Anak-anak harus diajari untuk mengenal Polisi dalam citra yang baik. Apabila ada Polisi yang bertindak ‘kasar’, jangan segan-segan melaporkan, karena laporan warga dapat menjadi masukan untuk kinerja Polisi yang lebih baik.

Dalam cangkruk malam itu, Bapak Kapolda menerima banyak kritikan berkaitan kinerja Polisi dari netizen. Meski begitu beliau tetap menjelaskan secara gamblang sehingga netizen puas mendengarnya. Suasana menjadi lebih guyub lantaran Pak Anton menyampaikan jawaban dengan gaya humor. Kontan saja warung Mbah Cokro dipenuhi candaan meriah.

Suasana Cangkruk Netizen dan Kapolda di Warung Mbah Cokro. Penuh kerakyatan...
Suasana Cangkruk Netizen dan Kapolda di Warung Mbah Cokro. Penuh kerakyatan…

Tidak sendiri, Pak Kapolda juga mengenalkan anggota jajarannya, mulai dari Kapolrestabes, Dir. Narkoba, Dir. Lantas, Kabid Humas, dan tak ketinggalan, Pak Kasatserse ‘wangi’ yang malam itu jadi jujugan Emak-emak Blogger diajak ber-selfi haha..

Pak Yan Fitri, Kapolrestabes yang akrab di panggil Menir oleh para Srikandi, menyampaikan bahwa situasi kota Surabaya sangat kondusif. Masyarakatnya tidak mudah terpancing terhadap hal-hal yang memicu perselisihan. Kondisi seperti ini sangat membantu kepolisian dalam menekan angka kriminalitas di Surabaya.

Malam itu Pak Yan Fitri juga mengenalkan Srikandi Polisi kepada para netizen. “Selama ini Polwan dianggap sebagai faktor pendukung, dan pembentukan Srikandi Polisi berfungsi untuk mengakomodir masyarakat.”

Srikandi Polisi
Srikandi Polisi

Kehadiran Srikandi Polisi di tengah-tengah kami membuat suasana cangkruk menjadi lebih terang. Kepiawaian Srikandi di tunjukkan kepada netizen, seperti ketika bagaimana menangkap pelaku kejahatan. Pokoknya keren, deeh..

Mas Dito ngapain tutup muka, belum diapa-apain wkwk
Mas Dito ngapain tutup muka, belum diapa-apain wkwk

Pak Kapolrestabes sempat menyinggung kantornya yang sekarang di gunakan sebagai museum sejarah. Museum sejarah ini sudah di buka untuk umum, lho.. jadi bagi warga Surabaya yang ingin mengenal lebih banyak sejarah perjuangan kota Surabaya dipersilakan berkunjung ke museum ini. Gratis!

Acara cangkruk malam itu di tutup dengan foto bersama dan selfi-selfian. Biar adil dan semua kebagian frame, selfinya pakai si Tombol Narsis alias Tomsis hehe.. Terima kasih Pak Anton yang sudah menemani cangkruk. Semoga masih ada kesempatan cangkruk-cangkruk di lain hari. Saya ucapkan Selamat bertugas kepada anggota Kepolisian Jawa Timur. Merdeka! 😀

Supaya semangat saya kasih bonus foto Emak-Emak bersama Pak Kasat Reskrim Polrestabes Surabaya, Takdir Matanette, yang katanya.. hm.. Polisi wangi hihi..

Ehem! :D
Ehem! 😀

9 Comments

Leave a Reply to Gingsul Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *