Jelajah Kuliner Bangkalan, dari Nasek Serpang hingga Bebek Sinjay
Tak banyak yang saya tau tentang pulau Madura, selain jembatan Suramadu. Walau jarak Surabaya dan Madura hanya terpisah jembatan sepanjang 5.438 meter, namun sulit bagi saya mengeksplorasi keunikan tetangga ‘seberang pulau’ ini. Alasannya sih sederhana, tidak hapal jalanan di Madura hehe..
Bagi orang Surabaya, perjalanan melalui Jembatan Suramadu bukan kali pertama saya lakukan. Kekuatan angin laut yang berhembus kala berada diatas jembatan menjadi sensasi sendiri selama perjalanan.
Suatu kehormatan ketika seorang teman blogger asli Bangkalan Madura mengajak saya berkunjung ke rumahnya. Dalam obrolan melalui aplikasi massanger, Alam, berjanji mengajak saya mengenalkan kuliner khas dari kota Bangkalan. Sungguh ini undangan paling menyenangkan.
Senin, 1 Juni 2015, pagi-pagi saya berangkat ke Madura. Perjalanan darat yang menyeberangi lautan itu hanya membutuhkan sekitar 1 jam perjalanan. Tiba di rumah Alam di Desa Kebun, Kecamatan Kamal, Kabupaten Bangkalan, Madura, saya langsung di suguhi sebungkus Nasek Serpang.
Apa itu Nasek Serpang??
Nasek Serpang, atau Nasi Serpang, merupakan makanan khas dari Kabupaten Bangkalan. Nasek Serpang biasanya disajikan pada pagi hari di jam-jam waktu sarapan.
Karena perut lapar soro, saya segera membuka tali karet pembungkus Nasek Serpang. Di dalam bungkusan itu terdapat nasi putih punel dengan aneka lauk didalamnya. Sekilas penampakan Nasek Serpang hampir mirip dengan nasi campur di Surabaya. Bedanya, dalam Nasek Serpang tidak ditemukan olahan berbahan baku sayuran. Yang ada hanya lauk dengan berbagai macam jenis.
Tanpa menunggu lama, Nasek Serpang itu segera saya obrak-abrik. Saya pensaran lauk apa saja yang ada disana. Begitu karet penahan bungkusan lepas, tampaklah sekepal nasi putih bersama lauk-pauk yang terdiri dari Brengkes Tongkol, Soun bumbu kecap, Sambal goreng kerang, Sepotong telur asin, udang bumbu rujak, serundeng, rempeyek teri dan kacang, serta kuah tahu + cecek bumbu santan. Woww benar-benar kuliner lokal yang unik.. khas masakan Indonesia dengan racikan bumbu rempah lengkap.
Ketika sedang menyantap Nasek Serpang, Alam menyuguhi saya minuman Kobbhu’.
Kobbhu’ adalah sejenis minuman kesehatan dengan bahan utama kelapa muda. Kelapa muda ini dicampur dengan air rebusan gula merah dan sereh. Kobbhu’ disuguhkan dalam keadaan hangat. Lebih pas lagi bila diminum kala udara dingin atau sedang turun hujan.
Puas menikmati Nasek Serpang dan Kobbhu’ saya diajak ke dapur tradisonal di rumahnya untuk menemani keluarganya memasak hidangan khas Bangkalan yang lain. Namanya Topa’ Ladhe. (Baca Topak Ladeh, huruf e nya mengatup dibaca seperti menyebut kata senyum.
Topa’ dalam bahasa Madura berarti Lontong. Bila digabungkang menjadi Lontong Ladhe. Makanan ini merupakan sajia khas warga Bangkalan saat Lebaran Idhul Fitri.
Bumbu-bumbu yang dibutuhkan untuk memasak Topak Ladhe adalag Bawang Merah, Bawang Putih, Ketumbar, Kunir, Kencur, Laos, Merica, Daun Bawang, Santan, dan Tepung Beras.
Dalam pengamatan saya, bumbu-bumbu Topak Ladhe di uleg halus lalu dicampurkan ke dalam tepung beras. Selanjutnya ditambahkan dengan santan kental dan diaduk diatas tungku dengan bahan bakarnya menggunakan kayu sampai menjadi kental seperti bubur.
Cara menyajikan Topak Ladhe ini mudah sekali. Topak yang sudah dipotong-potong di tata diatas piring lalu disiram dengan kuah Ladhe. Selanjutnya ditaburi dengan bumbu kering yang dibuat dari bahan jagung dan sebutir cabe. Dan Topak Ladhe pun siap dihidangkan dengan krupuk puli sebagai pelengkap.
Setelah menikmati Topak Ladhe, Alam belum puas juga mengajak saya berburu kuliner. Kali ini Alam mengajak saya menyusuri Jalan Raya Ketengan 45. Yap, kemana lagi kalau bukan ke Bebek Sinjay.
Menuju lokasi warung bebek yang namanya sudah dikenal luas itu, tidaklah sulit. Suasana lalu lintas di kota Bangkalan yang cenderung lengang begitu mudah kami jangkau. Betapa asiknya bila bisa jalan-jalan ke tempat lebih banyak lagi sambil mengeksplor kota Bangkalan. Berburu kuliner, berkunjung ke ikon wisata, dan lain sebagainya. Membayangkan serunya menyusuri kota Bangkalan bersama sahabat jadi ingin punya mobil sendiri supaya bisa total keliling kota.
Saat sedang melamun saya teringat akan mobil Toyota Agya yang cocok untuk dipakai keliling kota. Bentuknya stylish sangat cocok untuk saya yang senang jalan-jalan. Tampilannya lincah memberikan kebebasan ketika mengendarainya. Apalagi sudah dilengkapi fitur audio canggih, berhenti menikmati sejuknya udara laut sembari mendengarkan musik menjadi hiburan tersendiri. Pulang bawa banyak oleh-oleh tak masalah karena bagasinya lumayan lega. Bentuknya yang ekspresif begitu luwes melaju dijalanan yang padat sekalipun.
Ini mobil idaman banget.. sebagai mobil city car bensinnya didisain irit dan ramah lingkungan. Pilihan warnanya keren-keren yang mengesankan gaya hidup masa kini.
Tiba di warung bebek Sinjay, suasananya begitu ramai. Namun satu yang membuat saya penasaran, mengapa namanya Sinjay? Kayak India-indiaan gituu.. hehe
Jawaban Alam sangat mengejutkan. Ternyata Sinjay berasal dari singkatan Sinar Jaya. Dan Sinar Jaya merupakan bengkel yang lokasinya pas didepan warung Bebek. Itulah mengapa sampai sekarang warung itu bernama bebek Sinjay. Lucu juga yah..
Iseng-iseng saya melihat ke depan warung, benaaar, disana ada sebuah bengkel…
Interior warung bebek itu sederhana saja. Ruangan lebar diisi tatanan meja panjang dengan kursi berhadap-hadapan.
Usai mendapat tempat duduk strategis, saya segera masuk kedalam baris antrian. Karena kalau tidak, bisa memakan banyak waktu untuk antri saja. Padahal lidah ini sudah tak sabar segera mencicipi nasi bebek.
Bebek Sinjay ini terkenal akan sambal pencit (mangga muda) nya. Terdiri dari pencit yang diiris panjang-panjang dengan campuran ulegan cabe. Daging bebeknya memiliki karakter empuk dengan taburan remah-remah gurih dan renyah serta lalapan timun dan kemangi.
Konsep warung bebek Sinjay ini adalah self service, dimana pembeli harus melakukan semuanya sendiri. Dari mulai pesan makanan, membayar dikasir, hingga mengambil piring nasi bebek. Butuh kesabaran untuk bisa menikmati bebek Sinjay karena semua urutannya harus dilalui dengan antrian.
Lengkap sudah kulineran di bangkalan..
Lidah senang, perut kenyang, jadi malas pulang deh hehe..
Indra Kusuma Sejati
Jadi ingat daerah Bangkalan dengan pesona keindahan alam dan kelezatan kulinernya, apalagi lihat nasinya yang khas, hmmmm rasanya maknyus banget. Kirim aku satu ya mba.
yayats38
Seminggu yang lalu makan Bebek Sinjai … emang maknyus .. tuh Kang Cas juga ketagihan 🙂
Lidya
nasi putih punel itu artinya apa mbak Yuni?
nining
SAmbel pencitnyaaaa gk nahan mbak T_T
Ika Puspitasari
Duh…jadi rindu ke Bangkalan lagi. Dulu saya sekolah disana ikut tante yang tinggal di Bangkalan (Pesalakan). Kuliner Madura memang mak nyuss…
eda
mbaaa.. tepak ladhe itu kalo di surabaya namanya lontong manggul. di tempatku yg jual orang madura juga. rasanya emang juara!
HM Zwan
duh,salah ki siang2 mrene….jadi pinginnnn,belum keturutan ke madura hehe.nasi serapangnya unik yaenak kayaknya
suciana
makanan madura ternyata lezat ya mbak, tapi belum pernah kesana, ajakin dong ngarep
Lusi
Wah asiknya sampai lihat cara masaknya segala
Uniek Kaswarganti
Mbaaa… itu Topak Ladhe perasaan kayak bubur sumsum tp dikasih bumbu gitu ya hihihiii… penasaran nih.
Ila Rizky
Penasaran sama rasa topak ladhe, mba.
Deny Haqni
Salut dah, saya aja yang tinggal di bangkalan cuma pernah makan bebek sinjay, yang lain masih belum