Pengalaman Bimtek KPPS Pemilu 2024

Mattaamu! Awakku (sengaja) minggir ben gak keppoto, g*bbloog!

Suara renyah berdialek khas Surabaya terlontar dari mulut lelaki gondrong berbadan subur, membahana di ballroom sebuah hotel mewah di Surabaya

Volume tinggi membuat manusia yang berada beberapa deret kursi di sekitarnya menoleh berbarengan ke arahnya.

Saya yang duduk tepat di belakang lelaki itu tak bisa menahan tawa, termasuk semua mata yang menuju ke arahnya. Kalimat yang diucapkan sangat mantap, bernada, dengan intonasi teratur dan jelas. Bagian kata g*blog diucapkan dengan penuh penekanan terutama di huruf B.

Suaranya terdengar marah, tapi tak membuat perempuan di sebelahnya, yang dikata-katai g*blok, marah. Bahkan setelah berledekan keduanya bercanda bersama lagi. Rupanya mereka rekan se-TPS.

Kejadian itu bermula ketika si perempuan merasa aneh ketika tiba-tiba lelaki di sebelahnya meminggirkan tubuh ke arahnya tanpa sebab. Si perempuan tidak tau bahwa di baris depannya ada sederet mbak-mbak sedang ber-selfie ria.

Agar tak masuk dalam frame, lelaki itu sengaja minggir dengan cara menghindarkan tubuhnya

Celetukan Bikin Grrrr

Dalam suatu pertemuan, hal seperti ini kerap sekali terjadi. Tak jarang istilah “Cuk” mewarnai obrolan diselingi celetukan yang membuat “grrrr..” orang sekitarnya.

Kalau celetukannya berhasil akan sukses mengubah suasana menjadi komedi. Tapi ini Surabaya, ngomong biasa nadanya bisa seperti orang marah-marah sekalipun teriak Jancuk dengan suara yang keras. Terkadang diikuti panggilan Asu

Saat itu saya sedang mengikuti Bimtek KPPS. Berlokasi di tempat mewah, diikuti oleh anggota KPPS seluruh Surabaya. Agar kondusif, peserta dibagi menjadi beberapa ruang. Ada ruangan yang diisi beberapa kelurahan, sedangkan saya berada di ruangan yang isinya hanya satu kelurahan

Justru kalau ‘bolo dewe’ begini guyonannya suka bikin ngelus dada. Urat sungkannya ketinggalan di rumah, haha..

Ketemu teman se-RW sudah jadi hal biasa, yang bikin gembira ketika ketemu teman lama dari RW lain tanpa sengaja.

Ketika ambil minum, samar ada yang menyebut nama saya. Begitu noleh, ternyata teman SD

Yuni Rek…, diceluk ket mau gak noleh” Saya tertawa.

Bayangkan, orang segitu banyak dan saya gak fokus lihat kanan kiri, mana dengar kalau manggilnya dari kejauhan

Jadi Si Pertama Pegang Centong Nasi

Meskipun rame yang levelnya ruame banget, acara berjalan lancar. Bayangkan 2 ribuan orang berada di satu lokasi, sudah barang tentu sesi coffee break menjadi momen kerja keras staf hotel yang kewalahan mengisi piring-piring snack.

Begitupun ketika sesi makan. Sistem prasmanan membuat semua orang ingin menjadi yang pertama pegang centong nasi.

Tidak seperti acara gathering yang diisi komunitas tertentu, prasmanan dengan audiens masyarakat umum yang berbeda latar belakang tentu akan beda porsi. Biarpun pihak hotel terus-menerus mengisi ulang makanan, tak menjamin bagian terakhir kebagian porsi.

Saya perhatikan satu orang memang mengambil piring sekali, tetapi isi piringnya menggunung. Beda cerita nasinya bebas ambil, sedangkan sayur dan lauknya diatur oleh panitia/pihak hotel sehingga semua mendapat haknya sama rata.

Ricuh sih, tidak. Antrinya aja yang panjang. 2000 orang, lho!

Saya datang hampir telat. Kursi-kursi hampir semua terisi. Bersama teman-teman se-TPS, saya celingukan mencari deretan kursi yang sekiranya bisa digunakan untuk duduk bareng. Biar kami tidak mencar, gituu

Saat itulah panitia mengumumkan peserta untuk mengambil snack. Saya yang masih berdiri, otomatis berputar haluan berjalan menuju meja snack yang kosong melompong dengan meja-meja penuh makanan.

Bisa ditebak, tak sampai 1 menit meja snack dikerubuti manusia. Orang yang tadinya duduk manis, seketika berdiri. Mereka buru-buru mengambil barisan paling depan.

Saya yang sudah mengambil jatah, kini kebingungan memilih tempat duduk. Hampir semua kursi kosong!

Sambil memegang piring berisi roti kukus dan sosis solo, saya dan teman-teman mengambil duduk posisi paling strategis. Rejeki datang telat, hehe..

Semua orang sibuk antri, giliran panitia yang kelabakan. Sampai kapan antrian selesai, sementara acara harus segera dimulai.

Panitia pun mengubah strategi kembali agar semuanya duduk. Yang antri hanya ketua KPPS saja mewakili anggotanya. Meski disampaikan berulang-ulang, tetap saja tak mengubah keadaan menjadi tertib. Memanglah uusan makanan tak bisa dipandang remeh..

Walaupun crowded, saya salut dengan arek-arek yang bisa diajak kerjasama, meskipun lambenya kadang-kadang susah diatur, haha..

Yo opo seh, cuukkk.. mau dikongkon ngadeg, saiki dikongkon lungguh. Suuu, asu!”

Ngomel, tapi budhal.

Sambil misuh, tak lupa memanggil sekalian asu peliharaannya..

Bimtek Serius, Lanjut Terus

Menguasai peserta Bimtek berjumlah ribuan tentu menjadi PR serius bagi sang narasumber. Untung Ia pintar mengatasi keadaan ketika sedang open mic. Penyampaiannya memang tidak secanggih MC even, dan tidak juga selucu Surya Lapor Pak!, namun pemahaman dalam menghadapi audiens layak diapresiasi.

Penjelasannya kalem, teratur dan yang paling disenangi peserta Bimtek, Ia terus-terusan menyebut kata “Lanjut” untuk nge-skip slide. Artinya, makin sering halaman dilewati, makin cepat materi selesai , dan makin cepat pulangnya

Sebaliknya, begitu modul tiba di bagian serius, dan Narsum berniat melewati slide, seluruh audiens protes minta dijelaskan. Benar-benar diluar dugaan. Kelihatannya aja urakan, tapi sesungguhnya mereka menyimak

Saat sesi tanya jawab juga. Para penanya antusias mengacungkan jari, sampai-sampai KPU bilang gini, “Hanya di ruangan ini yang suasananya ramai dan yang tanya banyak. Di ruangan sebelah sepi, hampir tidak ada yang tanya” yang disambut gelak tawa

Ada nih ya, penanya yang ngacung. Semuanya diam mendengarkan. Tapi sayang, materi pertanyaannya sudah dijelaskan oleh narasumber. Otomatis membuat semua orang berteriak, “Huuuuuuu…”. Yang begini kadang bikin mental kepental.

Saat mental kepental triknya ambil nafas dalam-dalam dan tetap tersenyum. Santai, dan jangan emosi karena obat emosi mahal harganya.

November 2024 mendatang akan ada penyelenggaraan Pemilihan Kepala Daerah dan Pemilihan Walikota. Suasana Bimteknya tentu saja berbeda dengan Pemilihan Presiden karena jumlah TPSnya dikepras banyak sekali. Pilpres lalu di RW saya ada 60-an TPS, Pilkada mendatang hanya ada 10 TPS. Saat ini proses Pilkada dalam tahap Pencocokan dan Penelitian Pemutakhiran Data Pemilih atau disingkat Coklit Pantarlih

Nah, sudah siapkah teman-teman untuk nyoblos lagi?

You Might Also Like

Leave a Reply