Peneleh Heritage Track, Menyusuri Kampung Wisata Sejarah di Surabaya
Saya sudah tau kalau Thoriq sudah haji umur 2 bulan, nah sekarang apakah kamu tau Kampung Peneleh menyimpan sejarah tertua di Surabaya? ehehe..
Tahun kedua saya mengikuti Peneleh Heritage Track, dan tidak ada kapoknya. Masuk kampung – keluar kampung menyusuri gang-gang kecil sekitar Jalan Pandean, Lawang Seketeng, dan juga Jalan Peneleh. Tadinya, ekspetasi terbesar saya mengikuti walking tour untuk melihat Sumur Jobong tapi ternyata semua destinasi di Peneleh mengandung sejarah yang menarik untuk dikuliti
Peneleh Heritage Track diinisiasi oleh Bank Indonesia melibatkan Pokdarwis Peneleh memberikan banyak inspirasi, terutama pengembangan wisata kota Surabaya yang lebih banyak mengandung sejarah ketimbang hiburannya. Oh, saya tidak bilang Pantai Kenjeran dan Kebun Binatang Surabaya jelek dan tidak menarik, namun sebagai kota yang berjuluk kota Pahlawan memang sudah seharusnya kawasan kampung sejarah dikembangkan dengan lebih baik lagi Surabaya.
Peneleh Heritage Track, Menyusuri Kampung Wisata Sejarah di Surabaya
Label Kampung Peneleh yang berubah menjadi Peneleh Heritage makin menampakkan keelokannya. Terlebih ketika melangkah di tengah kampung kemudian menemukan bangunan rumah beraksen Jawa – Kolonial. Keheranan saya kian menjadi tatkala melihat rumah yang masih merawat keotentikan bentuk jendela, daun pintu, atap joglo, lantai keramik kuno hingga grendel pagar lawas peninggalan Belanda yang tersemat di Langgar Dukur.
Beberapa destinasi Peneleh Heritage Track, antara lain:
Langgar Dukur
Langgar Dukur berarti Langgar yang berada di atas. Langgar 2 lantai, bagian bawah untuk aula, bagian atas sebagai tempat ibadah. Bangunan langgar sebagian besar bermaterial kayu dibangun pada 1893 berlokasi di Lawang Seketeng. Sayang sekali, karena durasi kami tidak masuk melihat bagian dalamnya yang konon menyimpan koleksi kuno seperti prasasti bertuliskan arab pegon dan juga AlQuran tulis tangan bersampul kulit rusa lengkap dengan stempel Pemerintahan Belanda
Rumah Lahir Soekarno
Rumah Lahir Soekarno berada di Pandean gang 4. Di rumah ini pengunjung disuguhi video mapping tentang keluarga Soekarno secara rinci yang diawali kisah pernikahan R. Soekeni Sosrodihardjo dan Nyoman Rai Srimben pada tahun 1897, dan kelahiran Soekarno pada 1901 di Jl. Pandean 4, Surabaya.
Sebagai Guru, Ayah Soekarno kerap pindah tugas, dari Jombang ke Sidoarjo, Mojokerto, hingga pada 1916 Soekarno bersekolah di HBS Surabaya tahun 1916 dan menikah dengan Oetari, putri HOS Tjokroaminoto.
Kisahnya menarik, yang bikin penasaran saya siapa dulu yang membuat ilustrasi bahwa Soekarno lahir di Blitar?
Rumah HOS Tjokroaminoto
Rumah HOS dulunya merupakan rumah tinggal keluarga Tjokroaminoto sekaligus tempat kos Soekarno beserta rekan-rekannya antara lain Alimin, Musso yang kelak menjadi tokoh penting Kemerdekaan Indonesia. Rumah yang sekarang dijadikan sebagai museum menyimpan kolekasi keluarga Tjokroaminoto seperti buku, foto, dan pengunjung juga dapat naik ke loteng melihat suasana kamar kos Soekarno
Sumur Jobong
Saya tertarik melihat sumur ini karena lokasinya di tengah gang Pandean I yang ditutup menggunakan plat besi dengan corak bintang bertuliskan Sumur Jobong – Majapahit. Sumur Jobong ditemukan pada 31 Oktober 2018 pada jam 18.20.
Keunikan sumur ini airnya jernih dan tidak pernah kekeringan. Meskipun tidak dimanfaatkan oleh warga, namun para pengunjung kerap mengambil air sumur Jobong untuk diminum.
Masjid Jami Peneleh
Masjid Jami Peneleh berada di Jl. Peneleh V dibangun 1430 Masehi yang dipercaya dibangun oleh Sunan Ampel. Bukti peninggalannya terdapat bagian masjid yang mirip dengan nisan Ampel. Dari usianya, Masjid Peneleh menjadi masjid tertua di Surabaya, yaitu 594 tahun. Masya Allaah!
Masjid Ampel berada di kawasan padat penduduk dengan ornamen jendela berukuran besar dan lebar. Di halaman masjid terdapat jam matahari yang dulu digunakan untuk menandai datangnya waktu sholat
Makam Eropa Peneleh
Makam Eropa Peneleh dikenal sebagai makamnya para pejabat diantaranya Gubernur Jenderal Hindia Belanda ke 47, Pieter Markus, dan Pencetus Bahasa Indonesia, Van de Tuuk. Makam Peneleh dibangun pada 1 Desember 1847 yang didisain taman pemakaman paling luas dan paling mewah. Dipilihnya Peneleh sebagai areal pemakaman karena lokasinya strategis, dekat dengan sungai untuk memudahkan angkutan pemakaman
Makam Eropa Peneleh merupakan makam Belanda kedua setelah Krembangan.
Wisata Sejarah Surabaya Ayo Bebenah!
Senang sekali wisata sejarah di Surabaya sekarang berkembang pesat, ditambah lagi revitalisasi Kota Lama Surabaya yang setiap hari ramai dikunjungi warga. Kabarnya, kawasan Kota Lama Surabaya menjadi ikon sejarah terbesar di Indonesia karena memiliki 3 kawasan yakni Zona Eropa, Zona Pecinan, dan Zona Arab
Nah, teman-teman jika kalian berkunjung ke Surabaya pastikan Peneleh Heritage masuk dalam daftar kunjungan ya. Jangan lupa, siapkan tubuh yang fit supaya tidak semaput saat berkeliling kampung. Oya, kalau kalian ingin mengetahui lebih banyak tentang dunia farmasi, kunjungi pafitapanulitengah.org
Leave a Reply