Membawa Tumbler, Aktivitas Kecil Berperan Terhadap Lingkungan Sekaligus Mencegah Perubahan Iklim Melalui Inovasi Water Station
Ajakan membawa botol minum sendiri (Tumbler) terus digalakkan untuk mengurangi penggunaan botol plastik sekali pakai. Seberapa efektif fungsi tumbler dalam aktivitas sehari-sehari sebagai upaya mengurangi volume sampah untuk mencegah perubahan iklim, mengingat ketika botol sudah kosong sementara rasa haus mendera, mau tidak mau harus mampir ke warung membeli air minum kemasan.
Setiap melihat botol bekas minuman yang berserakan di meja halaman minimarket, rasanya ingin sekali saya kumpulkan lalu dibawa pulang walau mungkin entah mau diapakan. Sekalian yang ada di dalam tong sampah, jika dijadikan satu pasti dapat sekarung.
Disayangkan, botol bagus-bagus dibuang begitu saja. Mau bagaimana, dipakai wadah minum lagi bisa berpengaruh buruk terhadap kesehatan. Tapi kalau tidak dimanfaatkan, sampah modelan plastik itu sulit terurai dengan tanah!
Oke, mungkin setelah melepaskan dahaga tenggorokan kita jadi lega. Selesai minum semangat kembali menyala, tetapi pernah nggak kita berpikir bagaimana membumi hanguskan sampah botol minuman kemasan sekali pakai yang menggunung itu? Airnya boleh habis tak tersisa, trus bagaimana nasib limbahnya? Jujur, memikirkannya saja saya tak mampu. Otak rasanya ngelag. Seperti komputer, langsung hang. Not Responding.
Masalahnya nggak sebiji – dua biji saja. Setiap hari pasti saja ada pengunjung yang membeli air minum kemasan. Jika sehari ada 50 orang, artinya ada 50 botol sampah. Itu masih satu minimarket sedangkan di luar sana ada warung, ritel, dan pasar modern yang tak terhitung jumlahnya. Jika ditotal berapa botol terbuang percuma?
Fakta Sampah Botol Plastik yang Konon Harganya Mahal
Sudah bukan rahasia umum jika sampah botol plastik laku dijual ke pengepul yang konon dihargai mahal. Saya pernah ngobrol dengan pemulung, sampah botol yang dijual dalam kondisi bersih (tanpa label, tanpa tutup seal) harganya lebih tinggi dibandingkan botol yang masih ‘kotor’. Berapapun rupiah selisihnya, pemulung jadi kreatif mengelola kondisi botol sebelum disetor kepada pengepul. Bahkan tutup botol saja mengandung nilai rupiah, lho!
Diluar alasan kesehatan, masih banyak masyarakat kita yang memanfaatkan kembali botol minum bekas sebagai tempat minuman (lagi). Lihat saja penjual jamu keliling, botol yang digunakan buat wadah sinom dan beras kencur adalah botol air mineral bekas. Asal dicuci bersih, akan digunakan lagi oleh mereka. Lebih praktis, mendapatkannya pun tak sulit.
Di sisi lain, ada ibu-ibu Rumah Tangga yang memanfaatkan botol sekali pakai untuk dijadikan tempat minum keluarga. Caranya diisi air minum rumahan (teh, kopi, dll) lalu disimpan dalam lemari pendingin.
Tak dipungkiri pendapatan botol bekas merupakan berkah bagi pemulung sampah. Tetapi nyatanya data dari BPS (Badan Pusat Statistik) tahun 2021, sampah plastik di Indonesia tercatat sebanyak 66 juta ton per tahun, dan sebanyak 3,2 juta ton adalah sampah plastik yang dibuang ke laut.
Kompak, menurut data Kementrian Kelautan dan Perikanan, tahun 2019, Indonesia menjadi penyumbang sampah plastik terbesar kedua di dunia, yakni sebanyak 3,21 juta metrik ton per tahun.
Bisa disimpulkan bahwa ternyata semahal-mahalnya harga sampah plastik, mereka tetaplah sampah. Tidak semua sampah bisa didaur ulang yang ujungnya jadi menggunung lalu berdampak pada lingkungan. Parahnya, gunungan sampah tersebut membawa efek buruk terhadap perubahan iklim.
Sepele, ya. hanya gara-gara minum. Tapi efeknya dahsyat!
Lihat postingan ini di Instagram
Limbah Plastik dan Dampak Lingkungan di Indonesia
Limbah plastik di Indonesia sangat banyak. Saking banyaknya, layar kalkulator seperti tak mampu menampilkan digit angkanya. Rilis Katadata berdasarkan Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada tahun 2022, timbulan sampah plastik di Indonesia sebanyak 19,45 juta ton yang mana proporsi sampah plastik menjadi urutan kedua setelah sisa makanan, yakni 18,55%. Karena hal itulah menjadikan negara kita sukses dalam jajaran penghasil sampah plastik terbesar di dunia. Penyebab salah satunya adalah botol plastik air kemasan sekali pakai yang kita minum lalu limbahnya ditinggal begitu saja di meja minimarket dan yang teronggok di dalam tong sampah.
Kampanye 3 R sering sekali digaungkan. Reduce, Recycle, Reuse. Sudah jelas, kita dihimbau untuk mengurangi sampah. Jika tidak bisa mengurangi solusinya menggunakan kembali. Jika sudah benar-benar tidak dapat digunakan, opsi terakhir adalah didaur ulang.
Dalam prakteknya, alih-alih melakukan penghematan sampah, kita jadi sibuk memikirkan bagaimana cara mendaur ulang dan menguras energi menciptakan sesuatu yang bermanfaat dengan dalih produk ‘ramah lingkungan’. Padahal dari begitu banyak sampah plastik, hanya 9-11% saja yang didaur ulang. Lalu sisanya kemana?
Sudah dikelola sedemikian rupa, tingginya gunungan sampah belum berkurang secara signifikan. Imbas tumpukan sampah itu tak sekadar gundukan semata, selain mencemari lingkungan sekitar, sampah akan melepaskan gas metana sehingga meningkatkan suhu dan memicu pemanasan global. Efeknya iklim jadi tidak menentu, cuaca sangat ekstrim, naiknya permukaan air laut, suhu bumi meningkat, bahkan berpengaruh pada hasil pertanian lalu merembet ke permasalahan ekonomi. Kabar terbaru suhu bumi meningkat 1,1 derajat celcius, makanya tiap hari bawaanya sumuk dan gerah, kan?
Perubahan musim sulit ditebak. Bulan berakhiran -BER yang dulu diprediksi musim hujan, sekarang berubah jadi kemarau berkepanjangan. Belum lagi pencemaran lingkungan yang membuat kualitas air, tanah, dan udara menurun.
#BersamaBergerakBerdaya #UntukmuBumiku Dengan Menjaga Lingkungan Mulai Diri Sendiri dan dari Hal yang Kecil
Melihat pola cuaca yang sulit diprediksi hingga menyebabkan perubahan iklim ini, harus dilakukan semua penduduk bumi. Berharap pada komunitas saja, belum membuat lingkungan pulih dan menjadikan bumi lebih kuat.
Mungkin kita tidak bisa berbuat banyak seperti yang dilakukan oleh komunitas pecinta lingkungan, tetapi kita bisa tidak memandang sebelah mata usaha mereka dalam upaya mengendalikan lingkungan. Minimal turut berperan serta sekecil apapun upayanya. Bersyukur ada mereka yang selalu peduli dan rajin mengingatkan untuk senantiasa menjaga bumi
Secara garis besar, dampak perubahan iklim dipengaruhi oleh aktifitas kita sehari-hari yang tidak bisa mengendalikan diri
Kita bisa #BersamaBergerakBerdaya #UntukmuBumiku dalam aktivitas sehari-hari seperti berikut ini:
1. Menanam Pohon di sekitar rumah
Menanam pohon merupakan langkah tepat dalam menjaga bumi karena satu pohon menghasilkan 1,2 kg oksigen per hari. Semakin banyak pohon yang ditanam, maka semakin banyak produksi oksigen. Pepohonan mampu mengendalikan gas rumah kaca dan membuat suhu bumi lebih stabil. Kita bisa mulai dari yang kecil seperti menanam bunga di sekitar rumah.
2. Menghemat Penggunaan Listrik
Listrik memiliki andil besar dalam upaya menekan pemanasan global sebab listrik dihasilkan oleh energi fosil yang tidak dapat diperbaharui seperti batu bara dan minyak bumi. Menghemat listrik berarti kita telah mengurangi emisi karbon. Hal kecil yang bisa dilakukan adalah cabut colokan saat tidak digunakan, ganti lampu dengan LED, matikan lampu saat siang hari, kurangi penggunaan pendingin ruangan AC atau Kulkas.
3. Buang Sampah pada Tempatnya
Membuang sampah pada tempatnya merupakan upaya kecil untuk meredam gas rumah kaca. Pisahkan sampah organik dan sampah non organik supaya memudahkan pengelolaan sampah selanjutnya. Sampah organik diproses dijadikan pupuk, sedangkan sampah non organik melalui daur ulang.
4. Kurangi Penggunaan Plastik
Bahan plastik telah mendominasi kehidupan sehari-hari kita mulai peralatan rumah tangga hingga kantong belanja. Bahaya plastik sudah menjadi isu besar karena penumpukan sampah plastik mencemari lingkungan dan merusak ekosistem laut. Sudah saatnya mengganti kantong belanja plastik dengan kantong belanja kain. Tidak menggunakan sedotan plastik, mengganti sikat gigi plastik, gelas dan botol air dari plastik
5. Membiasakan naik Kendaraan Umum
Kendaraan bermotor sejak dulu menjadi penyumbang polusi udara, gas yang dihasilkan oleh kendaraan bermotor menyebabkan bumi makin panas. Untuk meminimalisir mulai beralih menggunakan kendaraan umum, naik sepeda, atau jalan kaki6
6. Membawa Botol Minum / Tumbler
Tumbler dinilai efektif dalam mengurangi sampah botol kemasan sekali pakai. Seperti halnya kantong belanja kain, tumbler dapat digunakan berulang. Membawa tumbler ketika keluar rumah sudah merupakan bentuk partisipasi peduli lingkungan yang memiliki andil besar terhadap pelestarian alam.
Membawa Tumbler = Jadi Penggerak Perubahan Iklim
Tumbler hanyalah wadah minuman, botol sebagai tempat air yang bisa digunakan berulang. Bedanya dengan botol kemasan sekali pakai, Ia dapat menjaga suhu minuman tetap stabil. Mau itu tumbler dari bahan stainless steel maupun tumbler plastik
Sesederhananya bentuk dan kondisi tumbler, Ia memiliki fungsi yang baik bagi manusia. Selain mendukung aktivitas sehari-hari, tumbler merupakan wadah yang memiliki peran penting dalam mengendalikan lingkungan.
Dengan membawa botol minum saat bepergian, kita telah berpartisipasi menjadi penggerak perubahan iklim dengan mengurangi limbah plastik. Setidaknya dengan membawa tumbler, kita memiliki stok air minum tanpa membeli produk kemasan yang berakhir menjadi sampah. Sebuah tindakan kecil yang patut diapresiasi.
Bisa dibayangkan seandainya setiap hari 1 orang mengkonsumi air minum dalam kemasan, maka dalam setahun ada 365 botol plastik yang numpuk jadi sampah. Jika 1% penduduk Indonesia minum air kemasan setiap hari, maka ada 1.003.750.000 botol dengan asumsi jumlah penduduk Indonesia 275 juta jiwa (proyeksi data BPS tahun 2022). Yes, tidak salah. 1 Miliar botol sampah!
Itulah mengapa saya sebutkan bahwa Membawa Tumbler = Jadi Penggerak Perubahan Iklim. Keren, lho!
Selain jadi penggerak perubahan iklim, manfaat membawa tumbler adalah:
1. Hemat Pengeluaran
Membawa air minum sendiri jatuhnya penghematan. Tumbler bisa diisi air mineral, kopi, atau teh. Dengan membawa botol kita nggak perlu beli di luaran. Anggap saja beli air mineral, paling murah aja yang 600 ml harganya Rp. 3000,-, dalam sebulan kita bisa hemat Rp. 90.000
Kalau beli kopi di kafe? Bisa hemat ratusan ribu!
2. Praktis
Tumbler membuat hidup jadi lebih praktis. Saat sedang nyetir dan tiba-tiba haus ingin minum, kita nggak perlu repot mampir warung beli minum. Apalagi kalau sedang diburu waktu, air minum dalam tumbler bisa membasahi tenggorokan kering
3. Berpartisipasi Menjaga Lingkungan
Ada yang menganggap membawa tumbler sangat merepotkan. Padahal tak sedikit yang ke mana-mana nenteng botol air kemasan. Sebenarnya sama-sama repot, yang kita perlukan adalah mengubah mindset. Dengan membawa tumbler kita sudah mengurangi penggunaan botol sekali pakai sebagai bentuk partisipasi menjaga lingkungan.
Warna dan disain tumbler lebih keren ketimbang botol kemasan. Banyak pilihan ukuran, bisa diajak tampil gaya pula
4. Awet dan Aman
Sebagai wadah minum, tumbler memiliki disain yang awet dan menjaga kualitas air tetap aman. Tidak mudah pecah, kalau jatuh paling kena lecet. Tumbler dapat menjaga suhu air selama 8 jam baik itu panas maupun dingin.
Water Refill Station, Upaya Memaksimalkan Fungsi Tumbler Sebagai Wadah Minum
Suka sedih mendapati tumbler kosong yang airnya telah tandas. Niat hati ingin meminimalisir sampah, yang terjadi malah beli air minum dalam kemasan. Andaikan ada bboth isi ulang air minum..
Teringat ketika di ruang tunggu bandara Juanda menjelang keberangkatan pesawat, saya mengisi penuh tumbler dari kran air minum. Gratis, dan siapapun bebas mengisi ulang.
Beberapa waktu lalu, saya juga membaca tweet @canisiusandrew mengenai water refill station di 5 stasiun besar yang disediakan gratis bagi penumpang kereta. Melalui kanal Kompas.com, pihak Perkeretaapian membenarkan info tersebut dan menyatakan kehadiran fasilitas air minum gratis adalah bagian peningkatan pelayanan terhadap pelanggan dalam memenuhi kebutuhan air minum saat berada di stasiun
Tidak hanya di tempat publik dan area wisata, inovasi kran air minum isi ulang telah dilakukan oleh beberapa kampus di Indonesia. Artinya sudah banyak pihak yang merasa bahwa perubahan iklim berdampak serius terhadap kehidupan di bumi, hanya saja pelaksanaannya belum maksimal. Kurangnya sosialisasi membuat masyarakat belum tertarik menyentuh kran isi ulang air minum untuk memenuhi botol kosong mereka.
Jika saya memiliki kesempatan membuat kebijakan mengenai water refill station, saya akan membuat inovasi antara lain:
Membuat ‘ATM’ Air Isi Ulang
Selayaknya Anjungan Tunai Mandiri yang tersebar di banyak lokasi, ATM Air Isi Ulang juga bisa memiliki posisi yang sama untuk menjangkau masyarakat lebih dekat. Seperti di area publik, area wisata, SPBU, Mall, Rumah Sakit dan lain sebagainya.
Bekerjasama dengan Pengusaha Ritel atau toko modern menyediakan Stasiun Isi Ulang berbagai merek Air Minum
Kita tau bahwa di pasaran ada beberapa merk air minum yang pastinya mereka telah memiliki target pasar masing-masing. Supaya tetap bisa menikmati air minum ‘kesayangan’, perlu diadakan kerjasama dengan merek air minum agar membuat alat air isi ulang yang ditempatkan di dalam toko/minimarket. Tentu saja tidak gratis, tapi harga harus lebih murah dari air minum kemasan.
Isi Ulang Air Minum Berbayar
Inovasi teknologi tidaklah murah, oleh karena penyediaan water station tidak perlu dibuat gratis. Pembayarannya bisa melalui dompet digital atau bekerjasama dengan kasir toko/minimarket/supermarket. Bisa juga melalui pembayaran otomatis, seperti halnya layanan mandiri pengisian BBM di SPBU.
Biar masyarakat makin tertarik, alat isi ulang dilengkapi fitur suhu air: dingin, panas, dan normal.
Pengetatan Pembelian Air Minum Dalam Kemasan Sekali Pakai
Jika kita ingat kampanye larangan penggunaan kantong plastik yang diganti menjadi kantong kain, menuai reaksi pro kontra di masyarakat. Setelah dipraktekkan, nyatanya baik-baik saja. Mestinya kampanye pengetatan pembelian air minum kemasan juga bisa diterapkan, dong ya. Awal-awal yang bisa dilakukan mungkin cek ombak dulu untuk melihat respon masyarakat, selanjutnya dikampanyekan. Memang butuh waktu, tapi saya yakin pelan-pelan pasti bisa.
Mengajak Ibu-ibu Arisan Membawa Tumbler
Arisan, rapat, dan acara pertemuan di lingkungan RT/RW yang melibatkan sekelompok orang seringkali menyediakan air minum kemasan. Saatnya menganjurkan untuk datang arisan membawa botol minum sendiri, dan tuan rumah menyediakan galon supaya mereka mengisi tumblernya masing-masing
Kesimpulan:
Dampak perubahan iklim diakibatkan oleh aktifitas kita sehari-hari yang berlebihan sehingga tidak bisa mengendalikan diri. Ketika kondisi bumi sudah terancam hingga memengaruhi seluruh elemen alam semesta, tidak ada jalan lain selain bergerak bersama untuk memulihkannya. Satu kebiasaan kecil sangat berarti bagi lingkungan, salah satunya membawa botol minum sendiri dari rumah.
Kalau #BersamaBergerakBerdaya versi kalian apa nih? Boleh dong tulis di kolom komentar ya!
Referensi:
- https://www.google.com/amp/s/koran.tempo.co/amp/info-tempo/480015/mengubah-sampah-botol-plastik-jadi-cuan
- https://m.mediaindonesia.com/humaniora/330430/mendulang-rupiah-dari-sampah-plastik
- https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2023/03/09/ri-hasilkan-19-juta-ton-timbulan-sampah-pada-2022-mayoritas-sisa-makanan
- https://www.kompas.com/tren/read/2023/06/03/190000365/ramai-soal-fasilitas-isi-ulang-air-minum-di-stasiun-ada-di-mana-saja-?page=all#page2
- https://www.walhi.or.id/kondisi-lingkungan-hidup-di-indonesia-di-tengah-isu-pemanasan-global
- https://www.google.com/amp/s/tekno.tempo.co/amp/1200615/tingkat-daur-ulang-sampah-plastik-di-indonesia-hanya-9-persen
Wisata Bandung
Bawa minum ke tempat wisata sudah terbiasa beli di tempat, hasilnya banyak cup dan botol menjadi sampah di tempat wisata
Blog Entertainment Indonesia
Tumbler itu sekarang jadi kayak item wajib dalam barang2 bawaan yang dibawa sehari2 ya, hehehe
Dessy Achieriny
Bawa Tumblr udh jadi kebiasaan, malah klo gak bawa ada yg kurang. Ahaha. Aku selalu bawa Tumblr, sendok, plus sedotan alumunium sendiri. Jadi bisa meminimalisir sampah juga dan lebih percaya akan kebersihan.
Fenni Bungsu
Sampah plastik, khususnya yang botol mungkin tidak dapat kita elakkan. Namun masih bisa diminimalisir menggunakannya dengan penggunaan Tumbler. Kalau dirutin diterapkan bisa yuk bisa, demi bumi kita ini
Okti
Sampah botol plastik ini memang sangat banyak dan selalu berserakan. Godaannya mau saja beli minuman berbotok plastik ini. Apalagi kalau sedang bepergian. Ya paling tidak buang sampah pada tempatnya ya. Bukan sembarangan membuangnya…
Lita Chan Lai
Semua aktifitas yang mba yuni infokan udah aku lakukan semua. Emang sih semua itu berpengaruh pada kehidupan kita. Kalau bisa menjadi habit semua orang dimuka bumi ini pasti deh lingkungan akan terjaga dengan baik..
indah SAVITRI
Membiasakan anak – anak untuk melakukan 3R sejak dini akan membantu banget ya mba, termasuk dengan membiasakan membawa tumbler atau botol minuman sendiri ya mba
April Hamsa
Aku ke mana2 selalu bawa tumbler biar gak beli2 lagi. Kalau misal ada event disuguhi air mineral, aku bawa air mineralnya pulang, minumnya tetep dr tumblerku sendiri wkwk.
Iya nih seandainya di banyak tempat banyak pengisian air gratis kek di negara tetangga pasti asyik banget, gak akan banyak sampah botol plastik bekas.
Sedih kalau liat sungai banyak sampah2 plastik gtu.
lendyagassi
Kebiasaan baik dimulai dari membawa tumbler minuman dan makanan sendiri sehingga bisa mengurangi banget limbah plastik yang meresahkan lingkungan. Dengan mulai dari diri sendiri dan disiplin melakuknnya, semoga menginspirasi circle terdekat kita.
Monica Anggen
Aku pun sekarang udah membiasakan diri untuk bawa tumbler ke mana-mana, bisa mengurangi penggunaan botol plastik atau gelas plastik dan sedotan euy. Minimal berpartisipasi mengurangi sampah ini bisa dimulai dari diri sendiri dulu ya
Dian Farida Ismyama
Limbah plastik ini memang masih banyak belum dimanfaatkan di Indonesia. Sayang banget ya padahal akibatnya jadi ke sungai dan laut hiks.