Menjadi Nasabah Bijak di Era Digital, Yuk Bersama Perangi Kejahatan Siber!

Aplikasi Perbankan Digital BRImo_

Dengan maraknya kejahatan siber, kewajiban konsumen bank kini bertambah satu, yakni mengamankan aset data rahasia. Woww, ngeri! Begitulah kenyataan yang terjadi saat ini. Nasabah bijak selain taat pada aturan bank mereka juga wajib memegang kendali penuh atas segala hal yang berkaitan dengan dokumen perbankannya.

Boleh-boleh saja bangga isi rekeningnya gendut, tapi jangan bangga kalau masih punya hobi sebar-sebar informasi pribadi di sosmed!

Jadi ingat awal tahun 2000 saya membuka rekening di bank. Dibela-belain cuti kerja demi nabung dan punya ATM. Uang setoran awal pinjam dulu sama orang tua, setelahnya dikembalikan kalau kartunya sudah jadi. Momen paling seru dan sangat ditunggu-tunggu adalah antri di bilik ATM. Walau cuma narik 50 ribu, kerennya sungguh luar biasa!

Betapa ATM pada masa itu merupakan barang berharga yang memiliki nilai gengsi tinggi. Satu kartu manfaatnya sejuta perlu. Sejak itu isi dompet bukan lagi lembaran rupiah, tapi kartu semua! Entah ada isinya apa nggak, haha

Untung jaman dulu media sosial belum seperti sekarang, sepamer apapun, aksesnya masih terbatas. Bahkan dulu saat masih bekerja di toko komputer saya kerap ditugasi Pak Bos untuk setor tunai, cek mutasi, hingga narik uang di ATM. Meski hapal PINnya, deretan 6 angka itu hanyalah kode biasa, nggak ada spesialnya sama sekali. Sekarang? Boro-boro kode PIN, kartu ATM sebisa mungkin jangan sampai berpindah tangan.

Teknologi Internet dan Transformasi Keren Perbankan Digital

Jika bisa ngasih ucapan, mungkin kita harus bilang terima kasih kepada internet generasi 3G dan 4G karena teknologi ini yang memicu dunia perbankan melakukan transformasi besar-besaran dan berhasil mengubah budaya kita yang apa-apa serba ke bank menjadi apa-apa dilakukan di mana aja

Ya karena fasilitas digital banking memang memberi potensi naikin gengsi. Nasabah memungkinkan mengakses layanan bank secara mandiri mulai cek saldo rekening, cek mutasi, transfer ke rekening lain, dan yang tak kalah modern kita bisa membuat rekening tanpa perlu berhadapan dengan customer service secara fisik!

Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Finder.com pada tahun 2021, Indonesia menjadi negara yang memiliki rekening bank digital terbanyak kedua di dunia setelah Brasil yakni 47.722.913. Jika disetarakan, 25% rakyat Indonesia telah memiliki akun rekening bank digital. Salut sama orang Indonesia yang sangat gercep mengimbangi arus transformasi digital.

Survei Rekening Bank Digital
Image Katadata

Menurut saya ketertarikan mereka terhadap perkembangan digitalisasi perbankan ada 2 alasan yaitu meningkatnya kepercayaan masyarakat terhadap layanan perbankan dan kesadaran pentingnya melakukan manajemen keuangan.

Pokoknya sekarang jamannya nasabah dimanja. Transfer duit modalnya cuma cetekin jempol! Gak percaya? Coba deh instal aplikasi BRImo. Aplikasi internet dan mobile banking terobosan Bank BRI ini membuat nasabahnya nyaman. Fiturnya memudahkan siapa saja bebas mengakses layanan bank tanpa perlu antri di bilik ATM. Bagi kaum rebahan tentu sangat diuntungkan. Bangun tidur, mata masih setengah merem, sambil megang HP tau-tau sukses bayar tagihan listrik.

Apapun aktivitasnya, dengan aplikasi banking semua terakomodir! Transfer uang ke rekening dalam maupun luar negeri, tarik tunai, cek saldo, cek mutase, bayar tagihan bulanan, beli pulsa sampai top up ewallet.

Nggak berhenti sampai di situ saja, aplikasi BRImo membantu kita menelusuri transaksi keuangan sehingga memudahkan pengecekan pencatatan keluar masuk dana. Dengan BRImo keruwetan hidup pelan-pelan terurai. Seperti saya gitu ya, habis terima gaji langsung melakukan pembagian anggaran bulanan sesuai pos masing-masing. Buat nabung, bayar tagihan, anggaran belanja, bayar asuransi, dana darurat, semua bisa dilakukan menggunakan smartphone. Padahal sebelum ada aplikasi, habis kertas berlembar-lembar buat nyatet-nyatet beginian doang.

Tantangan Digital Perbankan Terhadap Serangan Kejahatan Siber

Biar bagaimana, segala terobosan bagus selalu dicari celah salahnya. Di tengah kenikmatan inovasi digital ada pihak-pihak yang memanfaatkan momen untuk merusak keseruan ini. Kenyamanan digital perbankan membuat orang jahat menciptakan modus kejahatan untuk menguntungkan dirinya.

Sudah banyak kasus kejahatan siber terjadi di Indonesia. Data dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sampai 16 Juni 2022, laporan pengaduan terkait Fraud Eksternal tercatat sebanyak 433 yang terdiri dari penipuan, pembobolan rekening, skimming, dan cyber crime dari total seluruh pengaduan 5.940 laporan.

Sungguh, fenomena ini nggak bisa lagi dianggap main-main. ‘Anaknya’ gak asik, gak bisa diajak becanda.

Meski dari pihak bank sudah berupaya menciptakan teknologi serba canggih untuk meminimalisir terjadinya kejahatan, tapi jangan lupa ada kata populer yang harus diingat bahwa maling selalu lebih pintar dari pada petugasnya.

Marilah kita renungkan, apa sih yang gak bisa dilakukan di internet? Kebebasan akses ini seolah telah menghilangkan batas antara dunia nyata dan dunia maya. Pesan teks, suara, dan video berhasil menghadirkan sosok yang maya di kehidupan nyata hingga bisa menyerupai petugas bank sekalipun.

Meski berbagai modus dilakukan untuk menipu korban, namun sebagai nasabah kita harus bijak menyikapinya. Seperti yang selama ini saya lakukan adalah:

1. Tidak Mengumbar Data Pribadi di Social Media

Blogging, Vlogging, dan apapun bentuk posting di social media kerap membuat kita tak sadar bahwa ada data pribadi yang terekam di jejak digital misalnya alamat rumah, nomer telepon, tanggal lahir, hingga nahasnya nama ibu kandung terbawa juga. Sekecil apapun informasi bisa dijadikan celah seseorang untuk berbuat jahat. Contohnya seperti video berikut ini:

2. Tidak Oversharing

Setiap akan mengunggah status, saya selalu memikirkan baik dan buruknya karena semua itu nantinya akan berdampak pada kehidupan nyata. Tidak semua kegiatan pribadi dijadikan sebagai konsumsi publik. Percaya tidak percaya, hanya dengan melihat aktivitas kita sehari-hari yang dibagikan di media sosial, orang lain bisa lho membaca ritme hidup kita seperti jam tidur, hobi, aktivitas kita ngapain aja, dan lain-lain.
Sekalipun memiliki jumlah follower ribuan, kebijaksanaan dalam bermain sosmed harus selalu dijunjung. Jangan berlebihan menampilkan informasi pribadi untuk diketahui orang lain!

3. Tidak Membagikan Data Pribadi Sembarangan

Data pribadi seperti KTP, KK dan nomer telepon merupakan data penting yang penggunaannya harus bijak. Kalaupun harus dibagikan, pastikan kepentingannya untuk apa sebab era digital memungkinkan pengguna smartphone harus menampilkan nomer NIK dan kontak pribadi seperti pembukaan rekening, pendaftaran e-wallet, pembuatan akun e-commerce, dan lain sebagainya yang tujuannya untuk keamanan pribadi.

4. Amankan Data Perbankan

Kemudahan akses perbankan jangan sampai membuat kita lengah apalagi banyak bilik ATM lokasinya berada di tempat yang vulgar yang mudah dilirik mata nakal. Saat transaksi dengan mesin ATM upayakan menjaga kerahasiaan kode PIN dengan cara menutup tangan saat mengetik tombol.
Begitupula ketika mengakses aplikasi perbankan usahakan menggunakan koneksi data yang aman. Hindari menggunakan wifi bersama karena dapat memicu orang lain melakukan kejahatan siber.

5. Tidak Mudah Tergiur Iming-Iming Hadiah

Dari jaman sebelum digital sampai kecanggihan teknologi mencapai kelas wahid, iming-iming hadiah akan selalu menjadi modus penipuan yang menarik. Dalam hal ini penipu berusaha memanipulasi psikologis korban yang dianggap bagian lemahnya manusia. Ibarat tumbu ketemu tutup alias klop dengan situasi terkini, pelaku memanfaatkan social media untuk mengelabui korban. Modus seperti ini terkenal dengan sebutan Social Engineering yang disingkap Soceng.

Apa itu Soceng?

Soceng merupakan trik penipuan layanan perbankan menggunakan teknik rekayasa sosial dengan cara mengambil data informasi rahasia milik seseorang. Dengan kelihaiannya, pelaku berusaha mengeksploitasi kelemahan nasabah. Tak main-main yang disasar data rahasia bank kita, lho, seperti PIN, password, hingga kode OTP.

Jahatnya pelaku, mereka melakukan itu dengan cara yang halus dengan berpura-pura menjadi pegawai bank. Tak hanya itu, penjahat ini mengirim informasi perbankan ke akun media sosial dengan sangat meyakinkan. Memakai logo bank, foto profil, sampai tanda tangan pejabat dimanipulasi! Gimana nggak geram?

Saking empuknya modus Soceng, OJK mengajak masyarakat agar waspada terhadap 4 kejahatan siber Social Engineering yang sekarang sedang marak, yaitu:

1. Perubahan Tarif Transfer Bank

Modus ini sekarang sedang membumi. Saya sudah mendapat kiriman berkali-kali sampai capek blokir nomernya. Triknya pelaku berpura-pura menjadi Customer Service bank dengan mengirim foto surat pemberitahuan informasi perubahan tarif transfer bank lain yang sebelumnya Rp. 6.500 per transaksi menjadi Rp. 150.000 per bulan unlimited transaksi. Jika tidak ada konfirmasi maka dianggap setuju.

Kata terakhirnya terasa ganjil. Bagian konfirmasi atau tidak konfirmasi maka perubahan tarif tetap diberlakukan adalah sebuah ancaman. Hal ini dapat menggangu psikologis nasabah sehingga memicu mereka untuk mengajak diskusi pelaku yang kemudian terjebak dalam pusaran penipu.

Kejahatan Siber Social Engineering_
Image: Koleksi Pribadi

2. Tawaran Menjadi Nasabah Prioritas

Sebagian orang tau keuntungan menjadi nasabah prioritas adalah mendapatkan berbagai fasilitas. Nah, pelaku kejahatan ini memanfaatkan celah dengan merayu nasabah supaya bersedia mengupgrade rekeningnya menjadi nasabah prioritas.

Modus ini memanfaatkan ketidaktauhan nasabah dalam memahami produk perbankan, padahal sebenarnya untuk menjadi nasabah prioritas ada persyaratan tertentu yang dipenuhi

3. Layanan Konsumen Palsu

Berhati-hatilah saat menghubungi akun resmi perbankan melalui social media karena aktivitas ini akan dijadikan modus penipuan. Misalnya kita mengeluhkan layanan perbankan dengan cara mention. Belum juga mendapat balasan dari akun resmi, pelaku sudah lebih dulu menghubungi nasabah dengan berpura-pura menjadi pegawai bank dengan memberikan nomor kontak WhatsApp. Selanjutnya nasabah akan dipancing memberikan data pribadinya

Modus Soceng_
Image koleksi pribadi

4. Tawaran Agen Laku Pandai

Laku Pandai merupakan program OJK untuk mendekatkan masyarakat mendapatkan layanan perbankan. Layanan Keuangan Tanpa Kantor dalam Rangka Keuangan Inklusif ini melibatkan pihak lain atau agen bank. Dengan Laku Pandai, masyarakat yang berada di daerah yang jauh dan belum terjangkau akses keuangan dapat menikmati fasilitas bank.

Program yang sangat bagus menurut saya, namun sayangnya pelaku kejahatan siber mengendus celah yang dapat dimasuki dengan berpura-pura menawarkan masyarakat menjadi agen Laku Pandai dengan persyaratan yang mudah yang berakhir permintaan sejumlah rupiah dengan iming-iming mendapatkan mesin EDC.

Jadi Nasabah Bijak Lindungi Diri dari Kejahatan Digital

“Kami tidak diajarkan literasi keuangan di sekolah. Dibutuhkan banyak pekerjaan dan waktu untuk mengubah pemikiran Anda dan menjadi melek finansial” – Robert Kiyosaki

Melihat perjalanan dunia perbankan saat ini saya seperti harus berhenti sejenak di tengah jalan lalu menoleh ke belakang untuk menikmati perubahan yang terjadi antara dulu dengan sekarang.

Sebagai orang yang mengalami fase transformasi perbankan dari metode konvensional hingga digital banking, tahun 2000 sampai 2022, saya merasa bersyukur, setidaknya pengalaman saya menjadi nasabah menambah wawasan baru akan pentingnya literasi keuangan. Persis seperti yang disampaikan oleh investor dan pengusaha asal Amerika, Robert Kiyosaki, yang mengajarkan bahwa memahami literasi keuangan yang dibutuhkan adalah jam terbang.

Jika pengalaman menjadi nasabah bank 20 tahun saja saya masih keder menghadapi modus kejahatan siber, bagaimana dengan nasabah yang baru kemarin sore membuka rekening? Berharap semoga mereka lebih cerdas dan bijak menyikapinya..

Tantangan nasabah masa kini tidak sekadar cerdas memenej keuangan, tapi juga memiliki pola pikir dan sikap yang masuk akal. Karena seprofesional apapun tipu muslihat penjahat, selalu ada bagian yang mencurigakan. Detail kecil inilah yang perlu diwaspadai dan diedukasikan ke masyarakat. Agar terhindar dari kejahatan digital, lakukan aksi dengan dimulai dari diri sendiri lalu ditularkan ke orang-orang terdekat dan tetangga kiri-kanan

BRI dan Peran Penyuluh Digital di Masyarakat

Tips Mengelola Keuangan
Image koleksi pribadi

Banyak masyarakat kita memiliki gawai mumpuni, namun tidak banyak dari mereka yang bisa menggunakannya dengan baik. Problemnya macam-macam, ada yang kesulitan memahami fitur smartphone, atau bisa jadi penggunanya tidak ingin mengupgrade skill.

Di sisi lain, masalah finansial masyarakat sangatlah kompleks. Seorang ibu rumah tangga dengan kesibukan sehari-hari mengurus rumah, mereka dituntut mengelola anggaran belanja sehari-hari, membayar tagihan bulanan, hingga urusan sekolah anak. Atau pegawai kantoran yang sibuk dan kesulitan membagi waktunya menyelesaikan urusan perbankan. Alasan itu menginspirasi BRI melakukan transformasi digital. Inovasi layanan yang memudahkan siapa saja terhubung dengan akses perbankan tanpa datang ke kantor bank.

Dalam rangka mengedukasi literasi keuangan, BRI menerjunkan Penyuluh Digital di tengah masyarakat untuk membantu siapapun mendapatkan akses perbankan. Tugas mereka nggak hanya mengajari cara melakukan transaksi online saja tapi juga mengedukasi bahaya kejahatan digital yang seliweran di media sosial.

Dampak maraknya aksi kejahatan siber yang merajalela, bentuk penyuluhan digital yang diterapkan oleh BRI meliputi segala lini, diantaranya:

1. Menerjunkan personil Penyuluh Digital di Masyarakat

Bahasa marketingnya jemput bola. Peran penyuluh digital memberi pemahaman literasi keuangan kepada masyarakat manfaat memiliki rekening bank, cara membuka rekening, hingga mengajari cara transaksi keuangan secara online. Disamping itu, Penyuluh Digital juga mengedukasi masyarakat pentingnya mengamankan data rahasia pribadi agar tidak menjadi korban modus social engineering

2. Memperbanyak Agen Laku Pandai

Agen Laku Pandai_

Sebagai perpanjangan tangan bank, agen Laku Pandai membantu masyarakat mengenal produk perbankan sekaligus menikmati fiturnya. Di masyarakat kita mengenal Agen BRILink, nah agen inilah yang memiliki kerjasama dengan bank dan melayani siapa saja yang ingin mengakses layanan perbankan

Dilansir dari Kontan.id, Agen BRILink PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk hingga Februari 2022 sebanyak 524.000. Dibandingkan bulan Desember 2021 sebanyak 501.000, dapat disimpulkan bahwa dalam 2 bulan pertama tahun 2022 (Januari dan Februari) rata-rata 350 orang telah menjadi Agen BRILink setiap harinya.

3. Menayangkan Konten Edukasi di Media Sosial

Media Sosial merupakan platform yang sangat dekat dengan masyarakat. Untuk mengajak, mengingatkan, serta meningkatkan kewaspadaan terhadap bahaya kejahatan siber, melalui media sosial, BRI tak lelah menggelontorkan konten edukasi agar makin banyak orang tersadar akan bahaya Soceng yang mengintai.

Supaya makin pintar, teman-teman dapat mengunjungi dan memfollow akun media sosial BRI dan Nasabah Bijak di Facebook, Instagram, Twitter, Tiktok, dan YouTube untuk mengetahui lebih banyak materi tentang jenis-jenis kejahatan siber sekaligus modus operandinya. Akun @nasabahbijak juga membagikan banyak tips seputar literasi keuangan agar terhindar dari kejahatan Soceng.

Saya rasa terobosan BRI ini adalah paket komplit yang layak diapresiasi.

Bergabung Dengan Gerakan #NasabahBijak Menjadi Penyuluh Digital

Sebatang lidi tidak bisa menyapu sampah, namun seikat lidi dapat menjadi sapu dan digunakan membersihkan rumah. Penyuluh digital tidak dapat bekerja sendirian, dibutuhkan peran kita supaya menjadi ikatan lidi yang kuat untuk memberantas kejahatan digital.

Gerakan #NasabahBijak menjadi wadah kita untuk memerangi kejahatan siber. Dengan bergabung bersama komunitas kita dapat melakukan edukasi sekaligus memberi pemahaman kepada lingkungan sekitar dimulai dari keluarga, saudara, teman dan tetangga agar waspada terhadap modus Soceng dan kawan-kawannya.

Sebagai kader PKK RT saya berupaya mengajak Ibu-Ibu Rukun Tetangga agar tidak gegabah ketika dihubungi seseorang mengatasnamakan bank termasuk tidak mudah percaya terhadap tawaran iming-iming hadiah.

Literasi Keuangan Ibu Rumah Tangga

Buat teman-teman pembaca blog saya di luar sana, yuk bersama perangi kejahatan digital dengan melakukan tips menghindari Social Engineering alias Soceng!

1. Jangan pernah memberikan kode OTP kepada orang lain termasuk orang terdekat dan siapa saja yang mengaku petugas bank
2. Gunakan password yang kuat dengan kombinasi acak angka, huruf, simbol. Hindari menggunakan tanggal lahir, alamat rumah, atau apapun yang bisa ditebak orang lain
3. Ganti password secara berkala antara 3 atau 6 bulan sekali
4. Setelah mengakses akun perbankan, biasakan untuk selalu log out
5. Rahasiakan data pribadi seperti nomor kartu ATM, password, kode OTP, PIN, VCC/CVC, juga user name dan password akun
6. Jangan memposting data pribadi di social media baik itu NIK, foto ATM, Alamat rumah, dan nomer telepon.
7. Saat transaksi online, gunakan jaringan internet yang aman. Hindari menggunakan akses wifi bersama
8. Aktifkan fitur double pengaman pada perangkat
9. Ketika mendapat kiriman link, cek alamat URLnya. Pastikan diawali dengan https. Biasanya akun resmi menggunakan domain premium bukan domain gratisan. Jika tak yakin sebaiknya hubungi call center bank
10. Jangan gampang tergiur iming-iming hadiah atau undian

Menjadi nasabah bijak di era digital sebuah eksklusivitas karenanya kita jadi belajar memperlakukan data pribadi dan data perbankan dengan sebaik-baiknya sewajarnya sandi rahasia. Jangan lupa gunakan sosial media secara bijak dan cerdas mengambil sikap ketika berhadapan dengan orang tak dikenal. Semoga kita semua selalu terhindar dari segala kejahatan. Salam #NasabahBijak!

 

 

 

Referensi:

 

 

[1] Survei Rekening Bank Digital: Pemilik Rekening Bank Digital di Indonesia Terbanyak Kedua di Dunia https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2021/10/07/pemilik-rekening-bank-digital-di-indonesia-terbanyak-kedua-di-dunia diakses 23 September 2022 jam 20.23

[2] Data OJK: Kejahatan Soceng Semakin Marak, Ratusan Nasabah Lapor ke OJK https://economy.okezone.com/read/2022/06/22/320/2616233/kejahatan-soceng-semakin-marak-ratusan-nasabah-lapor-ke-ojk diakses 23 September 2022 jam 21.30

[3] Video YouTube https://www.youtube.com/watch?v=2BHHZtGqic8 diakses 24 September 2022 jam 10.30

[4] Modus Soceng: Waspada 4 Modus Kejahatan Perbankan dengan Social Engineering, Apa Saja? https://bisnis.tempo.co/read/1603649/waspada-4-modus-kejahatan-perbankan-dengan-social-engineering-apa-saja diakses 23 September 2022 jam 22.05

[5] Jumlah Agen Laku Pandai Jumlah Agen Meningkat, Kontribusi Agen Laku Pandai Perbankan Makin Terlihat https://keuangan.kontan.co.id/news/jumlah-agen-meningkat-kontribusi-agen-laku-pandai-perbankan-makin-terlihat diakses 24 September 2022 jam 13.47

 

 

You Might Also Like

18 Comments

  1. winda - dajourneys.com

    duh emang ya jaman sekarang ada-ada aja cara orang melakukan kejahatan, semoga makin banyak orang di kasih kewaspadaan jadi ga gampang ketipu sama kejahatan siber kayak begini ya mba

  2. Mechta

    Terima kasih sdh diingatkan, Yun.. Oya kontrol emosi saat mengalami permasalahan juga perlu lho.. Aku sendiri oernah mengalami kejahatan yg melibatkan rek bank ini, hanya gara2 terlalu emosi dg kondisi tak menyenangkan saat transaksi online di slh satu bank lalu posting komplain..eh trnyata yg nanggapi akun palsu bank itu. Teebawa emosi menyebabkanku tdk hati2 dan menjadi slh satu korban penipuan..

  3. Ria Nugros

    sekarang jaman makin canggih, kejahatan juga semakin canggih ya. Perlu banget jadi nasabah bijak lebih hati-hati di era digital

  4. Khoirur Rohmah

    Kadang kala ada yg tidak sengaja kalau sedang mengumbar data pribadi, sehingga terjadi kecolongan
    Makanya penting untuk menjadi nasabah yg bijak di era digital spt skrg ini
    Syukur2 emang ada penyuluh ya mbak

    1. Arina Mabruroh

      Saya termasuk emak-emak hobi rebahan yang mendapat keuntungan dari mobile banking. Barusan tadi jam 11an keingat ada yg hari ini milad tapi orangnya mau berangkat kerja jam 1. Buru2 order grabfood deh. Thank you Mbanking meski isi rekening tipis. Wkwkwkwk 🤣🤣

      Soal soceng, belum lama ini saya juga dapat WA penipuan, untungnya sudah waspada karena sudah baca pengalaman beberapa orang. Memang harus sinergi pihak bank dan nasabah juga harus lebih hati2.

  5. demia

    akhir akhir ini emang sering baca berita soal kejahatan siber yaaa, suka sedih apalagi kalo korbannya orang tua kaya bapak2 atau ibu2 yang sebenernya belum terlalu ngulik soal medsos dan era digital kaya sekarang huhu

  6. Tuty 7

    Serem banget ya mba kejahatan siber. Baru aja minggu lalu terjadi sama orang sekampung ku uang di tabungannya hilang ratusan juta gegara ada yg nelf mengaku pegawai bank. Miris banget, memang harus lebih hati2 lagi jangan terlalu berlebihan sharing yang sifatnya privacy.

  7. indah savitri

    di era digital sekarang, selain berbagai manfaat yang kita rasakan, celah untuk kejahatan baru juga terbuka ya mba. Penting untuk selalu keep ourselves updated and aware of all those modus operandi in cyber crimes

  8. Zahra Rabbiradlia

    Aku senyam senyum sendiri baca paragraf2 awal. 20 tahun berlalu, dunia berkembang begitu cepat, ya. Dlu berasa keren banget bisa ke ATM, sekarang apa2 di rumah aja pake HP. Masya Allah.

    semoga dengan artikel ini semakin banyak orang yang sadar untuk melek literasi keuangan dan digital, jangan mau tergiur iming2 tidak jelas yang mengatasnamakan bank tertentu. a big no!

  9. Sovi Nur Wakhidah

    Tambah pesatnya teknologi bikin kejahatan pindah ke dunia digital, dan makin ngeri aja, ya, Mbak. Emang kita tuh harus bijak juga dalam menggunakan media sosial. Jangan sampai data pribadi disebar.

  10. Arda

    Senang banget kalau bisa jadi nasabah bijak dalam setiap saat mbak. Apalagi sekarang banyak banget kejahatan siber yang datang melalui pesan WA dan sebagainya.

  11. lendyagassi

    Dengan menjadi nasabah bijak, kita semua bisa terlindungi dari kejahatan siber yang kian canggih. Tapi memang yaa…kak Yun, salah satu dampak semuanya mudah, jadi semakin tipis pula keamanan dari sebuah teknologi.

  12. Ida Tahmidah

    Edukasi spt tulisan ini memang penting ya… Masih banyak yg dgn polosnya memberikan data penting kepada org yg tidak dikenal….huhu

  13. Susie Ncuss

    Jadi nasabah bijak bener-bener membantu banget di jaman serba canggih dan penipuan online yang semakin mengerikan juga

    1. Ainhy edelweiss

      Sekarang emang harus melek teknologi yah mba apalagi menyangkut saat menjadi nasabah sebuah bank, karena skrg memang banyak korban kejahatan siber

  14. Diah Alsa

    iyah nih kadang miris sih ya, masih banyak buibuk yang HPnya sudah lumayanlah ya tapi kayak masih cuek aja terhadap Soceng ginian, masih lebih milih eksis di sosmed daripada jaga kerahasiaan pribadi terkait finansial termasuk urusan perbankan ya.
    moga sih kedepannya semakin banyak yang sadar akan bahaya Soceng ini dan tidak ada korban lagi dah.

  15. mutia nurul rahmah

    semua org bisa punya smartphone, tapi masih banyak yang belum mawas diri dgn tipu-tipu penipu ini, mesti hati-hati sekali pokoknya

  16. Sri Widiyastuti

    Serem ya mbak membaca berbagai macam kejahatan siber zaman now. makanya kita perlu banget ya mendapatkan edukasi mengenai semakin maraknya kejahatan siber di dunia digital biar gak mudha tertipu dan tergiur dengan iming-imingan yang gak jelas.

Leave a Reply