Melihat Batik Corona di Museum Batik Pekalongan
Suatu hari Bulan Desember 2020, seorang teman ngajak ke Pekalongan yang katanya sehari nyatanya sampai 5 hari. Sambil menanti urusan teman selesai, dalam suatu kesempatan saya melipir sendirian ke Museum Batik Pekalongan yang ternyata sedang menggelar pameran batik motif Corona.
Museum Batik Pekalongan adalah satu diantara banyak destinasi di kota Kreatif Dunia yang paling dekat dengan hotel Damai, tempat kami menginap. Saya naik ojek tarifnya hanya Rp. 10.000,-. Beruntung saat tiba di sana museumnya buka, sebab musim pandemi banyak museum di Indonesia tidak beroperasi.
Kawasan Heritage Kota Tua Pekalongan
Ketika Mas Driver menurunkan saya di depan museum, saya tak langsung masuk ke dalam, tapi memilih keluar pagar dan menikmati dulu suasana sekitar jalan Jatayu yang konon merupakan Kawasan Heritage kota tua Pekalongan.
Dari Taman Batik, tampak di kejauhan sebuah Kantor Pos Besar Pekalongan yang dibangun pada tahun 1756. Siang itu kendaraan tak begitu padat sehingga saya bisa menikmati aspal berbentuk tikungan.
Tak jauh dari saya berdiri terdapat bangunan putih dengan pilar-pilar besar bertuliskan GKI Pekalongan yang bersebelahan dengan Gedung Balai Kota yang kini dijadikan sebagai Museum Batik Pekalongan. Gedung Museum ini merupakan peninggalan Belanda yang dibangun 1906.
Pokoknya kerasan di sana. Jalanannya luang, rutenya rapi tidak tampak lampu merah. Semua kendaraan berjalan searah sehingga tak nampak keruwetan.
Tiket Masuk Museum Batik Pekalongan
Puas jalan-jalan, saya menikmati kerindangan sebentar di kursi taman. Selanjutnya saya masuk ke dalam museum setelah lebih dulu membayar tiket Rp. 5.000,-. Surprise saya dikasih souvenir gantungan kunci kulit oleh petugas!
Siang itu tak banyak pengunjung yang berwisata. Gedung dengan pintu kayu tinggi besar terasa kokoh bagai raksasa. Ketika sedang asik melihat bejana tembaga berukuran besar yang disebut sebagai Jedi, terdengar sebuah ajakan masuk ke dalam ruangan.
Olala, ternyata seorang petugas museum yang berlaku sebagai guide! Meskipun saya sendirian, petugas tetap ramah dan menjelaskan semua koleksi dengan runut, jelas, panjang, dan detail. Saya lupa namanya, tapi Mas ini teman yang asik diajak ngobrol. Saya boleh foto-foto, bahkan Masnya menawarkan diri memfoto saya.
Melihat Batik Corona di Museum Batik Pekalongan
Ruangan pertama yang saya masuki menyimpan koleksi yang berhubungan dengan alat dan bahan membatik. Mulai dari mengenal jenis kain, macam-macam canting, aneka bahan pembuat lilin, alat untuk nge-cap, hingga bahan pewarnaan.
Kain batik yang digunakan ada bermacam-macam, kain katun Oxford, kain primis, kain doby, kain paris, kain santung, kain viscos, dan kain sutera. Untuk lilinnya sendiri dibuatnya dari campuran bahan yang memiliki daya tahan tembus keabsahan tinggi dan fleksibel sehingga menghasilkan gambar dan garis yang tajam dan mudah lepas ketika proses lorod. Bahan yang digunakan seperti mocrowax, gondorukem, lilin tawon, damar, dan parafin. Campuran bahan di atas akan menghasilkan malam tulis, malam cap, dan malam mopok.
Diantara kain-kain panjang bermotif batik yang dipajang terdapat satu yang menonjol, yaitu batik Corona sebagai ikon Hari Batik Nasional yang berwarna kombinasi ungu dan kuning. Aneka ragam motif batik Pekalongan juga ditampilkan.
Pengunjung dijamin tidak bosen mengunjungi Museum Batik Pekalongan karena koleksi batik yang dipajang diganti secara berkala.
Aneka Koleksi Batik Nasional
Koleksi batik yang disimpan Museum Batik Pekalongan sangat beragam dari corak tradisional hingga corak modern. Tahun pembuatannya pun ada yang dari tahun 1940an.
Sesuai namanya, di ruangan ini saya seperti menikmati karya seni dari berbagai daerah Indonesia. Dari Kalimantan, Madura, Bali, hingga Papua! Sebagai karya seni, motif yang digunakan identik dengan sesuatu yang ditonjolkan.
Yang paling menarik adalah Batik 3 Negeri yaitu kain batik yang dibuat oleh daerah penghasil batik kenamaan Indonesia yaitu Lasem, Pekalongan, dan Solo. Ada juga batik siang malam yang pernah hits tahun 90-an.
Belajar Membatik di Museum Batik Pekalongan
Selain koleksi batik, Museum Batik Pekalongan juga kerap mengadakan latihan batik untuk mengedukasi para pengunjung. Sebelum pandemi, staf museum kerap menyenggarakan workshop yang diikuti anak sekolah dan siapapun yang ingin belajar membatik.
Belajar membatik di sini gratis, pengunjung dapat menggunakan canting dan membatik menggunakan malam yang telah disediakan.
Jadi teman-teman kalau ke Pekalongan sempatkan mampir untuk melihat Batik Corona di Museum Batik Pekalongan. Sepulang melihat batik saya berjalan menuju pasar melewati jembatan loji lama melihat suasana kota. Ada Gedung Lapas dan Gereja Katolik Santo Petrus.
Nining
emang nggak salah ya Pekalongan jadi sentra batik, museum Batik pun lengkap di sana. Dan beruntung banget mbak diperbolehkan foto-foto, biasanya masuk museum dilarang foto.
Aku kapan itu juga masuk museum boleh foto, karna pengunjungnya cuman aku haha.