Pengalaman Tahun Baru yang Paling Mengesankan
Ada saat ketika perayaan tahun baru saya habiskan waktu di majelis taklim mulai ba’da Ashar hingga menjelang Shubuh. Menurut guru kami, jelang pergantian tahun bukan saatnya untuk bersenang-senang, tapi manfaatkan waktu dengan muhasabah diri.
Namun ada saat pula saya merasa gimana-gimana, ketika semua orang asik berpesta menyalakan kembang api, saya malah bersihin piring kotor bersama teman-teman. Namanya juga majelis taklim, masak sendiri, makan sendiri, cuci piring sendiri.
Setidaknya aktifitas kami sifatnya bukan hura-hura. Bukan mainan knalpot breng hingga memakan korban jiwa. Naudzubillah..
Pengalaman Tahun Baru yang Paling Mengesankan
Sejatinya saya tipikal anak rumahan yang malas berada di tengah-tengah suasana heboh. Apalagi menghabiskan waktu nggak jelas sambil menanti detik-detik pergantian tahun. Mendingan kan tidur aja di rumah sambil nonton konsernya Bang Haji Rhoma di TV wkwk
Tahun Baru ala anak Majelis Taklim
Rentang 2000 – 2011 saya aktif di majelis taklim. 3 kali seminggu saya mengikuti kegiatan pengajian ditambah hari-hari tertentu kami ngurusi ‘pondok’. Praktis pada masa itu saya jarang berinteraksi dengan masyarakat sekitar karena waktu saya habis dengan rute kerja – ngaji – rumah – kerja – ngaji – rumah gitu terus nggak selesai-selesai
Kegiatan yang paling suibuk jelas saat jelang pergantian tahun. Kami disarankan datang sebelum maghrib supaya bisa mengikuti doa Penutup Akhir Tahun dan Awal Tahun yang diselenggarakan usai maghrib. Selanjutnya membaca wirid Kabir dilanjutkan Sholat Isya kemudian sholat Tasbih, Sholat Hajat, dan ditutup dengan Sholawatan.
Normalnya sih jam 11-12 pengajian itu selesai, tapi karena akses masuk ke kota Surabaya ditutup, jadi kami menanti sampai jelang Shubuh (Sebagai informasi lokasi majelis taklim saya di Sidoarjo).
Malam Pergantian Tahun di Taman Bungkul
Sekarang saya sudah tidak aktif lagi di majelis, lebih banyak menghabiskan waktu di rumah aja. Jadi tau bagaimana riuhnya orang-orang menanti detik pergantian tahun. Sejak tanggal 31 Desember pagi, di mana-mana lalu lalang orang jual terompet. Ada terompet kertas, ada terompet yang pakai gas, dan yang paling membuat saya kepo, tiap 31 Desember malam banyak tetangga yang nglurug ke Taman Bungkul. Ngapain sih di sana? Ada apa?
Penasaran membuat saya mengikuti jejak mereka. Jam 8 malam saya sudah di tengah jalan raya Darmo. Suasananya persis Car Free Day. Yang membedakan hanya panggung hiburan yang diisi Cak Kartolo, Musik Patrol, dengan pembawa acara langganan, Djadi Galajapo.
Asik-asik aja sih duduk-duduk dengan ribuan manusia, hanya ketika bubaran, bawaannya sumpek aja. Keluar parkir antriannya susah dan semua orang ingin menjadi yang paling duluan. Otomatis suara klakson riuh sampai ke gendang telinga. Bungkul ke rumah bisa sejam sendiri!
Patroli Polisi menggunakan Mobil Kasatlantas
Dunia memang penuh warna. Seumur hidup ada pengalaman yang pernah saya rasakan, yaitu mengikuti patroli Polisi keliling kota Surabaya.
Dulu, jaman-jamannya Kapolres Surabaya dijabat oleh Pak Yan Fitri Halimansyah, saya pernah diajak kolaborasi melihat suasana tahun baru di Surabaya. Menumpangi mobil Kapolantas, saya seolah jadi polisi keren yang ditakuti pengendara tak berhelm.
Selama menyusuri kota, satu dua kali minta Pak Polisi untuk membunyikan sirine. Pingin tau aja gimana sih rasanya naik mobil Polisi dengan privilege membelah kemacetan tanpa ribut dengan pengendara lain. Ternyata seru juga walaupun beberapa kali diumpat orang di jalan. Jadi Polisi emang spesial sih, bebas membunyikan sirine tanpa harus drama. Semoga aja sirinenya digunakan untuk hal-hal yang bermanfaat. Jangan kayak saya dipakai mainan.
Momentum yang paling kocak saat mobil kami melintasi jalan dengan penjagaan Polisi ketat. Sekonyong-konyong para polisi itu berdiri tegap sambil memberi hormat, padahal sebelumnya mereka asik becanda sambil ngupil. Barulah saya ingat kalau mobil yang saya tumpangi platnya milik Kapolantas, haha.. Justru Pak Andre Manuputy, Kasatlantasnya waktu itu, milih motoran. Yang nyopiri saya ajudannya. Epik banget kan!
Tahun Baru Saat Pandemi Covid
Lalu gimana rasanya tahun baruan saat pandemic Covid? Nggak gimana-gimana, malah asik, saya habiskan waktu untuk tiduran sambil nonton film.
Ada sih acara bakar-bakaran kampung, tapi saya ogah partisipasi. Paling makannya begitu itu, capek beresinnya. Enakan di rumah, makan jagung manis rebus minumnya es teh jumbo. Habis deh berepisode-episode!
Mayuf
Keren bund pengalamannya,
Saat pandemi sepertinya sama bund aku juga tahun baru kemarin gak ngapa”in dan gak kemana-mana hehe