Alhamdulillah, Mall Surabaya udah mulai bangkit. Kebangkitan itu ditandai dengan susahnya mendapatkan meja kosong di foodcourt beberapa jam menjelang waktu buka puasa. Sampe jereng mata saya merhatiin bangku kosong diantara kepala manusia.
Samar-samar kayak ada yang kosong. Eh, ternyata di atas meja ada nomor pesanan dari salah satu warung makan. Penghuninya gak tau ke mana.
Sekilas ada yang kosong lagi. Begitu didekati, keduluan sama pengunjung lain yang sama-sama nyari meja makan.
Sabtu 26 Mei, saya menepati janji ke Royal bersama 3 teman. Maklum, sejak awal puasa, saya belum ke Royal sama sekali. Terakhir kondisinya sepi. Ditambah sebelum masuk parkiran harus melewati pengecekan bagasi, wuah, makin males aja NgeMall.
Usai kejadian bom hingga momen awal puasa, kondisi kota Surabaya seperti lebaran lebih cepat. Jalanan yang biasanya ramai dan macet mendadak senyap koyok kuburan.
Jam menunjukkan angka 16.30 saya baru selesai memarkir kendaraan. Saya pikir Mall masih sepi, makanya saya datang mepet. Ternyata saya salah. Antrian parkir kendaraan di dalam mengular tak terkendali.
Segera saya buka aplikasi chatting. Belum juga nulis pesan ke teman agar mencari meja kosong, udah aja pesan masuk,
“Mbak, gak dapat bangku kosong. Semua penuh!”
Sore itu Royal Plasa ramenya berkali lipat. Toko-toko baju hampir semua dipenuhi pembeli. Berbeda banget ketika berita bom mengudara, di mana-mana sepi. Sampai-sampai tiap kali berhadapan dengan kasir, mereka curhat SEPI.
Sepinya pusat perbelanjaan di Surabaya waktu itu memang nampak sekali. Yang paling tak luput dari perhatian saya adalah lalu lintas di sekitaran A. Yani menuju RSI dan dari Jembatan Layang Mayangkara menuju Ketintang. Benar-benar lengang. Kawasan ini adalah akses utama menuju Royal Plasa. Mall favorit kalangan menengah kebawah yang ada stand Es Kepal Milo dan Store Miniso-nya yang tiap hari gak pernah sepi.
Pokoknya, di mata saya, parameter keramaian Surabaya pusatnya di Royal Plasa!
Tiap kali saya melewati jalanan itu selalu membatin heran, ke mana perginya pengendara motor yang biasanya berebutan garis marka dan saling adu klakson di lampu merah?
“Ya udah kalau gak ada bangku. Kita duduk di Masjid aja sembari nunggu bagi-bagi takjil gratis. Jadi irit, haha..” balas saya.

Begitulah, usaha terakhir kami mencari bangku kosong tak mendapatkan hasil. Sudah ditelusuri dari ujung ke ujung, tetap aja tidak ada satu space pun meja dan kursi kosong.
Jam 5 sore kami duduk di pelataran Masjid. Masing-masing kami sudah membawa minuman untuk berbuka. Takjil gratis? Gak janji deh, males rebutannya. Kecuali ada sisa-sisa yang gak terlalu antri, mungkin bisa diusahakan.
Gerilya pencarian bangku kosong di Royal Plasa baru kami tekadkan secara kuat setelah menikmati takjil dan Sholat Maghrib berjamaah.
Kala orang-orang sibuk pergi ke Masjid, kami sudah pulang dari Masjid.
Rupanya jam-jam berbuka adalah waktu yang tak bisa diganggu gugat. Sepulang dari Masjid, suasana foodcourt bukannya sepi, tetapi makin mbludag. Ketika bangku kosong tak lagi didapat, duduk lesehan pun dijabani.
Kami pun turut membuat kesepakatan untuk duduk lesehan jika tak ada meja kursi kosong.
“Kita keliling dulu beli makanan, trus ke sini duduk-duduk sambil lesehan, yah”
Namanya juga mata, sambil keliling mencari menu makanan, penglihatan kami juga fokus dalam pencarian bangku kosong.
Saat menunggu teman yang sedang antri di Pentol Gila, saya melihat ada keluarga 4 orang sedang bersiap beranjak meninggalkan bangkunya.
Awalnya cara saya halus. Sebelum keluarga itu pergi, saya masih menjaga jarak. Gak enak, mosok masih ada orang makan saya berdiri di belakangnya seakan nagih utang.
Teman saya lainnya dengan santai pura-pura berdiri di dekat-dekat meja. Menjaga kalau mereka berdiri siap pergi, dia gerak cepat ambil meja.
Diam-diam rupanya ada orang lain yang mengincar meja itu juga. Dia gak sungkan berdiri seolah preman yang berusaha memalak korbannya. Melihat gerak-geriknya yang gak mau kalah, saya pun mendekat, tapi tetap menjaga jarak dan sikap.
Begitu pemilik meja lama berdiri, buru-buru saya menaruh gelas di meja. Sengaja tangan saya tetap memegang gelas.
Upaya rebutan bangku pun dimulai..
“Mbak, ini bangku saya” kata si Ibu
“Lho, Buk, saya sudah menunggu bangku ini sejak tadi. Itu teman saya sudah berdiri di sana” saya tunjuk teman saya yang juga ancang-ancang mengambil tempat
“Tapi saya duluan berdiri di sini”
“Saya juga sudah berdiri di sana sejak tadi”
“Ya udah, kita bagi dua saja”
“Nggak bisa, Buk. Saya empat orang”
“Lha gimana, saya kan duluan berdiri di sini”
“Tapi saya yang duluan mendapatkan bangku ini, dan saya sudah menaruh gelas duluan di sini”
Akhirnya si Ibu mengalah, pergi.
Saya dan teman-teman pun bersama-sama mengucapkan, “mohon maaf, Bu, bukannya kami jahat. Tapi nyari bangku kosong di sini susah” yang ditujukan kepada entah siapa. Sambil tertawa kecut.

Pengalaman mendapatkan kursi di foodcourt Royal juga pernah saya alami sendiri. Tapi momennya beda. Bukan bulan Ramadhan, tapi pas hari Minggu.
Waktu itu saya pergi sendirian. Sambil membawa seporsi jamur crispy dan segelas es teh, saya duduk di sebuah bangku.
Sebelah saya juga ada bangku kosong yang tak berpemilik. Di atas meja bangku tersebut ada mangkok bakso kosong bekas makan orang yang belum diangkat oleh cleaning service.
Sambil makan jamur, saya asik chatting. Tak lama kemudian ada pasangan menduduki bangku kosong sebelah saya.
Meski terlihat tak peduli, sebenarnya saya peduli. Buktinya saya memperhatikan wajah mereka berdua.

Tiba-tiba saja, si cewek dengan santainya memindahkan mangkok kotor, yang sebelumnya ada di meja mereka lalu digeser di atas meja saya. Otomatis saya menghentikan aktifitas chatting.
Kaget saya.
Kurang ajar amat.
Saya perhatikan, sikapnya woles sewoles-wolesnya. Seperti habis buang sampah di tengah jalan, tak sadar kalau sampahnya terbang menutupi pengendara di belakangnya.
Jancuk! Minta dipisuhi, nih, orang.
Saya biarkan dulu. Saya teruskan aktifitas chatting.
Pasangan itu sekarang sedang asyik makan sambil ngobrol. Saat itulah saya menyela obrolan mereka,
“Mbak, ini mangkok siapa?” tanya saya dengan tatapan sadis
…………
“Ng.. Nggak tau, tadi di sini” jawabnya
“Lalu kenapa ditaruh di meja saya? apa meja saya tempat sampah?”
Seketika wajah mereka berubah warna. Yang tadinya ceria menjadi grogi.
Si laki-laki pasangannya, buru-buru menyuruh si cewek mengambil kembali mangkok yang ada di atas meja saya ke meja mereka. Keduanya lalu saling diam bersama. Dan saya melanjutkan keasyikan saya. Gak ada satupun ucapan maaf. Gapapa, kesalahannya udah saya maafkan.
Kejadian di atas adalah sedikit dari drama rebutan kursi di foodcourt. Kalau teman-teman pernah gak punya kejadian menyebalkan di foodcourt? Cerita-cerita doong..
Leave a Reply