Cerita Yuni

Tentang Susu Kental Manis yang dihapus kata Susunya. Bim Salabim jadi apa Plok plok plok!

Beberapa hari ini, timeline saya rame bahasan Susu Kental Manis yang diberitakan Tidak Mengandung Susu.

Lho, lho, lho, dibahas lagi.. Kalau gak salah isu Susu Kental Manis sudah pernah naik daun beberapa waktu lalu, kok sekarang diperbincangkan lagi. Jan-jane onok opo, kok diramekan lagi? Apa ada yang habis jadi korban?

Nggak nyalahkan, lho. Seperti yang lalu-lalu, warganet, kan, suka tiba-tiba membunyikan genderang perang ketika ada kasus yang ‘makan korban’.

Nggak tau siapa yang pertama kali heboh mencuatkan Susu Kental Manis tidak mengandung susu kali ini, yang jelas BPOM langsung beraksi tajam dengan menurunkan 4 ganjaran berat, yang berbunyi:

1. Dilarang menampilkan anak-anak berusia di bawah 5 tahun dalam bentuk apa pun.

2. Dilarang menggunakan visualisasi bahwa produk Susu Kental dan Analognya (Kategori Pangan 01.3) disetarakan dengan produk susu lain sebagai penambah atau pelengkap zat gizi. Produk susu lain antara lain susu sapi/susu yang dipasteurisasi/susu yang disterilisasi/susu formula/susu pertumbuhan.

3. Dilarang menggunakan visualisasi gambar susu cair dan/atau susu dalam gelas serta disajikan dengan cara diseduh untuk dikonsumsi sebagai minuman.

4. Khusus untuk iklan, dilarang ditayangkan pada jam tayang acara anak-anak.

Sajake pelanggaran Susu Kental Manis berat banget sampai-sampai penayangan iklannya tidak boleh ditonton anak-anak. Berarti kelakuan Susu Kental Manis sama ‘nakal’nya dengan iklan rokok dan kondom.

Trus bagaimana dengan label susu dan iklan susu yang menampilkan foto anak-anak? Kan aneh, dalam hitungan hari susu yang diplot produk anak-anak, sekarang diharamkan untuk mereka.

Sebenarnya kandungan Susu Kental Manis yang banyak gulanya sudah diketahui sebagian masyarakat kita. Terutama orang tua yang sadar, yang rajin dan teliti membaca komposisi kemasan. Orang tua jenis ini lebih bijak menyikapi isu ini. Tapi ada yang sok pintar juga.

Sedang sebagian lain yang rajin nyimak share-share-an sosmed. Yang rajin kuliah di Facebook dan yang suka ngumpulin info di wall: dibaca, nggak dibaca, yang penting dishare, biasanya komennya nylekit. Tipikal ini paling rame sendiri, bahkan sampai berantem komen di lapak orang.

Namun yang membuat saya tergelitik menulis postingan ini karena keberadaan Susu Kental Manis sudah ada sejak saya masih jadi bayi procot. Yang memang sejak itu sudah berlabel Susu dalam namanya. ((SUSU))!

Yo gak salah kalau orang-orang tua kita dulu memberikan SUSU itu pada anaknya. Anjuran Pemerintah jaman Pak Harto jelas menyarankan orang tua menyediakan 4 makanan sehat ditambah susu di rumah.

Menariknya, dengan memberikan Susu Kental Manis seorang Ibuk tak perlu lagi menambahkan gula. Kurang maknyus gimana? Sudah harganya murah, nggak ngabisin gula, lagi.

Kalau sejak dulu Susu Kental Manis kandungan susunya sedikit, kenapa badan terkait makanan nyah, nyoh, nyah, nyoh saja dengan ijinnya? Harusnya ngasih tau produsen bahwa produknya tidak cocok disebut Susu Kental Manis. Cocoknya Gula Kental Manis atau Anu Kental Manis kalau memang subyek produknya tidak jelas.

Sejak dulu saya tak terlalu suka minum susu. Apalagi yang diberikan Ibuk saya jenis susu kental manis. Betul kata orang sekarang, susu kental manis rasanya kemanisan. Saya tidak suka yang terlalu manis karena saya sudah manis.

Senolaknya saya minum susu, tetap saja dicekoki dengan susu kalau pas ada. Habisnya penyediaan susu di rumah belum tentu seminggu sekali. Paling intens ada susu kalau salah satu anggota keluarga ada yang sakit, baru nyetok Susu Kental Manis sekaleng. Dalihnya biar cepet sembuh. Wallahu’alam, ya, tapi beneran cepat sembuh, lho, setelah dikasih susu terus-terusan. Trus dimana letak bahayanya?

“Efeknya nggak sekarang, tapi nanti…”

Ya udah nanti. Tapi anak-anak jaman dulu yang sekarang sudah jadi orang. Tiap harinya dulu juga minum susu kental manis. Lihat, sekarang tubuhnya baik-baik saja. Katanya kalau kebanyakan gula bisa menyebabkan diabetes, tapi di Puskesmas banyak juga yang sakitnya Asam Urat. Penderita Kolesterol apalagi.. Sak ndayak!

Iklan Susu Kental Manis jaman dulu. Image by pinterest

Sebelum ada sosmed, tipikal orang dulu itu nriman. Gak ada yang protes Susu Kental Manis. Sikapnya rata-rata sendhiko dhawuh.

Dikata, kok, orang pasrah itu membawa hikmah!

Itulah kenapa BPOM dan produsen susu kental manis anteng-anteng wae. Konsumennya juga diem-diem bae. Malah keenakan ngopi pada di warung, dicampurnya kopi dengan susu kental manis. Enaaak!

Yang lucu baca komentarnya. Ada yang menyalahkan BPOM yang selama ini teledor. Kerjaannya selama ini ngapain aja. Kenapa sejak rame beberapa tahuh lalu susu ini nggak segera dieksekusi.

Niru komentar orang-orang, “gapapa yang penting sudah disampaikan ke masyarakat bahwa Susu Kental Manis bukan susu, daripada nggak disampaikan sama sekali!” Wohoho, bijak sekali komennya..

Meski diwarning bahaya, masih ada kok masyarakat yang tetap menggunakan Susu Kental Manis sebagai Susu. Hidup tidak selebar halaman Facebook. Sekitar kita masih banyak masyarakat yang woles dengan isu ini. Kalaupun sekarang mereka sadar, besok-besok diminum juga. Sing penting habis nyusu gak mati.

Sekarang saya jadi tak sabar menunggu launching penamaan Susu Kental Manis yang dihapus kata ‘Susu’nya. Buat buzzer, siap-siap, ya, sebentar lagi ada kerjaan baru, hehe..

22 Comments

Leave a Reply to Yuniari Nukti Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *