Cerita Yuni

Tentang AKBP Takdir Mattanete, Kasat Reskrim Surabaya dan sosok Polisi Wangi

Tentang AKBP Takdir Mattanete, Kasat Reskrim Surabaya dan sosok Polisi Wangi

Siapa AKBP Takdir Mattanete? Semua orang pasti sepakat menjawab, Kasatreskrim Surabaya!
Ya ya ya sosok Polisi satu ini memang sedang jadi perbincangan hangat warga Surabaya, terutama yang sehari-harinya rajin mantengin berita kriminal. Meski sehari-harinya hidup di lingkaran beraura ‘kejahatan’, namun sosok ‘Polisi Wangi’ ini selalu menjadi bual-bualan manis para fansnya di dunia maya.

Tentang AKBP Takdir Mattanete, Kasat Reskrim Surabaya dan sosok Polisi Wangi. Polisi Wangi? siapa dia?

Takdir Mattanete, Kasat Reskrim Surabaya

Polisi Wangi adalah sebutan saya untuk Bang Takdir Mattanete. Maaf sedang songong manggil beliau Bang. Kita akrab-akraban dikit napa, Bang.. jangan sadis gitulah ama saya *kemudian dijitak duren*

Pada jam 1 dini hari, ketika saya kena ‘sandera’ 5 Jam bersama Polisi, sosok Polisi berkuncir ini berada di dekat saya. Saat itu saya adalah orang cuek yang gak ngerti dunia kepolisian dan gak penting ngapalin nama dan wajah pejabat Polisi. Yang saya ingat waktu itu hanyalah aroma wangi sabun GIV yang membaur diantara gelas-gelas es teh dan piring gorengan, tepat ketika sekelompok orang datang mengelilingi saya, satu diantaranya Bang Takdir. Iya, saya di sandera! Satu kata, kasian! 😀

“Siapa sih yang habis mandi malam-malam begini, baunya GIV banget!” batin saya. Sejak itu saya menyebut beliau Polisi Wangi, dan entah mengapa sebutan itu langsung menyebar di telinga Emak-emak Blogger haha.. *viral banget yak*

Sayangnya kita ((KITA)) gak bisa langsung berteman di Facebook. Beneran deh, fans beliau buanyaaak banget. Slotnya udah pas 5000. Saya gak dikasih geser kursi satu pun! Pertemanan saya di tolak mentah-mentah 😀

“Saya bingung, Facebook saya udah full 5000, gak bisa lagi nambah teman” curhat Bang Takdir saat bersiap melakukan pengamanan malam Taun Baru.
“Bapak bikin FP laah, fansnya banyak gitu. Kan lumayan dapat duit kalau ada yang endorse sepatu booth” *jawaban koplak*
“Selain FP, gimana caranya?”
“Bikin akun FB Takdir 2!”

Jangan kalah ama Tersanjung 7! 😀

Hingga pada suatu siang kami janjian kopdar di gedung Reskrim Polrestabes Surabaya, tempat lelaki kelahiran Makassar ini berdinas. Saya datang bersama Mas Rinaldy, Chandra, dan Dito. Sambil menunggu kami di tanya oleh seorang Ibu, “mau lapor kasus apa?”

Saya baru ngerti kalau datang ke Polisi bagian kriminal, harus punya masalah kejahatan. Dan jawaban kami, “Nggak ada kasus, kami mau ketemu sama Pak Takdir”

Ditanya lagi, “Kasusnya apa?”

Belum sempat jawab, lalu sebuah siulan menghampiri kami. “Suiiuuiiiiiittt!”vokal i yang belakang panjang dan bernada. Khas siulan memanggil sahabat.. kalau manggil cewek siulannya beda lagi, gini “Suit.. suiiiiittt…” vokal i nya panjang dan datar, terdengar menggoda. *Malah bahas nada siulan* 😀

Spontan kami noleh ke arah suara. Tak terkecuali petugas yang ada disana, ikut menoleh juga. Sambil bengong. Haha..

“Hi, come on!” Tangan dan kepalanya digoyang sekali tanda ajakan masuk. Duh, Baaang.. ini kantor Polisi apa apasih, kok gak ada serem-seremnyaa.. dan gaya sampean, gaul bangeeeet.. 😀

Kantor Bang Takdir itu berada di lantai 3, kalau lampu mati resikonya harus naik tangga manual. Liftnya mati, Kaka.. Seperti yang saya lakukan hari itu. Ruangannya terdiri dari 2 sekat. Sekat 1 khusus meja kerja, ruang lainnya buat terima tamu.

Berada di dalam ruangan yang adem itu, saya seperti sedang berada di ……. “Saya suka nonton drama Turki, yang itu lhoo.. Kaisar siapa namanya, lupa..”.. “Kekaisaran Ottoman?”.. “Naaah, iyaaa.. makanya dinding ruangan ini saya tempeli wallpaper yang mirip seperti di drama Abad Kejayaan”

Apa ini!???!
Takdir Mattanete, Kasat Reskrim Surabaya, yang tiap hari nangani kriminal ternyata suka nonton drama!

Perhatikan wallpapernya ^^
Perhatikan wallpapernya ^^

Saya terperangah mendengar kejujurannya, bahwa dibalik seorang Takdir Mattente, Kasatreskrim yang penampilannya gaul itu, ternyata suka nonton drama berseri! Daaaan, rupanya rambut gondrong yang sekarang di pelihara, inspirasinya dari Meteor Garden, drama jadul jaman anak 90-an masih asik mainan patil lele 😀

“Selain drama Turki saya juga suka nonton drama India, Akbar siapa dulu itu..”… “Jodha Akbar?”
“Hahaha.. iya iya.. Jodha Akbar”
“Sukanya kenapa, Pak?”
“Saya suka lihat adegan Ratu Jodha marahan sama raja Jalal. Manja-manja gimanaa.. trus Raja Jalal juga sosok raja yang berani, tegas juga berwibawa”
“Dan gondrong, Pak!” haha..

Penampilan berbeda
Penampilan berbeda

Selama ngobrol dengan lulusan SMA Negeri Langnga – Pinrang, kami seperti sudah akrab aja. Padahal ketemu tidak tentu sebulan sekali, tapi cara Bang Takdir memperlakukan kami, sebagai teman barunya, seolah sudah kenal lama.

Ketika saya tanya, kenapa mau jadi Polisi, bukankah di luar sana banyak profesi yang lebih menggiurkan selain Polisi. Jawaban Bang Takdir jauh dari prasangka saya. Ternyata daftar menjadi anggota Polisi alasanya sepele, supaya gak nganggur di rumah! Jadi ceritanya, masa muda dulu Bang Takdir pernah daftar UMPTN. Orang tua taunya anak lelakinya daftar UMPTN, tapi rupanya takdir membawa Takdir Mattanete masuk menjadi anggota Kepolisian.

Dalam keluarga besarnya, anak ke 5 dari 6 bersaudara ini tak ada satupun yang menjadi Polisi, kecuali Kakeknya. Di usia anak-anak, Takdir tinggal bersama Ibundanya, Haji Hasma. Ayahnya, Abdul Latif wafat ketika Takdir berusia sekitar 5 tahunan. Untuk membantu keluarga, Takdir hidup seperti anak-anak kampung di desanya, Desa Labolong, Mattiro Sompe, Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan, bekerja di sawah dan jualan es lilin.

Sebagai anak desa, Takdir tumbuh menjadi pribadi yang humanis, mudah bergaul dan grapyak pada semua orang. Seperti yang kita lihat sekarang, Takdir dikenal sebagai sosok rendah hati dan dekat kepada siapa saja. Di kalangan media, lelaki perwira berpundak Melati Dua ini akrab dipanggil dengan sebutan, Nette Boy.

Menyinggung kiprahnya di korps baju coklat, saya bertanya mengapa suka dengan kriminal. Bukankah kriminal resikonya besar. Dibenci keluarga korban, dibenci pelaku, bahkan beresiko punya musuh. Meski daftar di Polisi awalnya tak berniat serius, namun lagi-lagi takdir membawa Bang Takdir harus terlibat di ranah kriminal. Padahal sejujurnya, Takdir menginginkan menjadi Polisi Lalu Lintas. “Saya sebenarnya ingin jadi Polantas, Mbak. Tapi fisik ini lho, yang menjadikan saya Serse haha.. Badan saya kurang tinggi untuk jadi Polantas, Mbak”

Banyak pengalaman menarik yang dialami Takdir Mattanete selama menjadi Reskrim. Satu diantaranya adalah dibayang-bayangi pelaku tembak mati. Sampai 3 hari Takdir tak bisa tidur teringat wajah pelaku. Dalam jiwa Takdir sejatinya menolak untuk menembak mati, rasa kasihan kepada orang lain lebih besar dibanding harus menembak penjahat. Namun penjahat bisa nekat melakukan apa saja. Kenekatan penjahat bisa berlaku sangat sadis.

“Kasihan itu kasihan, Mbak.. tapi saya juga harus berani menghilangkan rasa kasihan saya, sebab pelaku ini kalau dibiarkan sangat sadis. Dia bisa membunuh orang dengan tega, apalagi kalau melihat wajahnya yang minta ampun dengan melas. Saya gak bisa melihat wajah melas, Mbak. Giliran mereka dilepas, mereka akan tega menghilangkan nyawa orang lain”

Dalam perjalanan memberantas kejahatan, Takdir pun pernah mendapat kiriman ancaman. Namun Takdir memahami bahwa sebagai Polisi Kriminal, ujian pasti ada. Menanggapi ancaman seperti itu, Takdir berusaha untuk memahami maksud kiriman ancaman tersebut. Takut sih takut, tapi lebih kepada sikap dan waspada.

Berbincang Tentang AKBP Takdir Mattanete, Kasat Reskrim Surabaya dan sosok Polisi Wangi bisa lupa waktu kalau kita nggak sadar diri. Ini hari kerja, dan jam kerja, Broo.. kalau diajak ngobrol terus kapan makan durennyaa.. Ehm, maksud saya kapan kerjanya.. 😀

Kesibukan Bang Takdir di kantor terasa banget beratnya. Di sela-sela ngobrol dengan kami, beliau berusaha menyempatkan diri membalas pesan masuk dan dering telepon dari HP merk lawas Nokia jenis Communicater. Sebagai Kasatreskrim, Bang Takdir adalah sosok pengabdi yang loyal. Seperti lagunya Armada, Pergi pagi, Pulang pagi, kecuali akhir pekan, beliau akan menghabiskan waktu khusus untuk keluarga. Tentu saja bercengkerama dengan putra-putrinya yang manis.

Reskrim Polrestabes Surabaya
Reskrim Polrestabes Surabaya

Menutup obrolan siang itu, saya sempat minta pendapat beliau terhadap kasus Jessica Sianida. Di mata reskrim, apa kesulitan yang sedang dihadapi Kepolisian. Dan jawaban yang saya terima cukup diplomatis, setelah diam beberapa saat, Bang Takdir menjawab kalem dan terdengar makjleb, “Kasus Jessica itu permainan otak” sambil telunjuknya diarahkan ke kapala. “Ibaratnya gini, ini ada orang mati, ada racun yang menyebabkan si orang mati. Siapa yang membunuh? Ini yang butuh kejelian. Kasus seperti ini lebih sulit dipecahkan ketimbang kasus pencurian. Bukti nggak kuat, pelaku bisa bebas pidana”

10 Comments

Leave a Reply to retno Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *