Hysteria Dufan Ancol
Piknik

Dermulen itu Tornado

Dulu, setiap libur panjang sekolah, di Lapangan Bratang, dekat rumah saya selalu kedatangan tamu. Tamu ini sangat istimewa dan paling ditunggu-tunggu anak-anak sekolah. Tamu spesial itu adalah Pasar Malam.

Biasanya penyelenggaraan Pasar Malam ini diadakan sebulan penuh atau hingga masa libur berakhir, dari jam 6 sampai jam 9 malam. Walaupun hanya buka selama 3 jam, tapi suasananya sangat ramai. Semua orang berwajah ceria tak terkecuali anak-anak.

Di pasar malam itu ada macam-macam mainan. Seperti kuda-kudaan, mobil-mobilan, kereta kelinci, rumah hantu, tong gembong, ombak air dan dermulen (Entah siapa yang mulai, tiba-tiba saja ada yang menyebut kalau ombak air itu sama dengan dermulen. Padahal saya browsing di googleimage, munculnya seperti bianglala loh, tapi ya sudah saya ikut-ikutan aja nyebut dermulen) Dari kesemuanya itu yang saya suka adalah naik dermulen. Yaitu sebuah wahana putar yang bisa naik turun seperti gelombang laut.

Menurut saya wahana ini adalah satu-satunya wahana yang agak ekstrim dan hanya boleh dinaiki oleh anak-anak berusia diatas 10 tahun. Tapi nyatanya ada juga sih Bapak-bapak dan Ibu-Ibu yang naik wahana ini sambil bawa anak 5 tahun. Sensasi naik wahana ini adalah seperti dikocok dan ada rasa ser.. ser.. diperut. Apalagi kalau dorongannya kuat, semakin berada di ketinggian semakin geli rasanya.

Sayang keberadaan pasar malam sekarang hanya tinggal kenangan. Apalagi anak-anak sekarang sudah mengenal banyak mainan modern. Kalaupun diadakan lagi, kemungkinan besar akan sepi.

Ke Dufan

12 Maret lalu saya ke Ancol. Sok alasan ngantar ponakan PORSENI, saya masuk aja ke Dufan. Dianggap ikut rombongan, saya dapat tiket masuknya dengan harga murah, hanya sepertiga dari harga aslinya! Siapa coba yang nolak penawaran ini..

Sekalinya masuk Dufan, semangat banget memburu semua wahana untuk di taklukkan.

Apa? Tornado? Hysteria? Kicir-kicir? Kora-kora? Bianglala? Halilintar? yakin bisaa…

Datang pagi saya ketempat PORSENI anak-anak dulu di Pasar Seni. Lalu sekitar jam 10 kurang kami menuju ke Dufan.

Dunia Fantasi Ancol

Setelah urusan loket dan dikasih stempel โ€˜BEJIโ€™ saya langsung nyari-nyari lokasi yang pas untuk foto. Yang pertama 2 orang gadis yang menyambut di pintu masuk dengan pakaian ala putri sudah saya ajak berfoto bersama.

Selanjutnya saya mencoba Turangga-rangga. Sebetulnya saya tau kalau wahana ini cemen sekali, berhubung adik ipar menyarankan untuk pemanasan dulu sebelum mencoba wahana yang ekstrim, oke lah saya ikuti. Apa sih, Cuma kuda naik turun ditempat trus berputar-putar, gitu aja. Kurang sensasinya, yang ada malah bikin pusing kepala *nggaya*. Dan lagi wahana ini berada di bagian depan sendiri, sepertinya wahana ini juga menjadi ikonnya Dunia Fantasi. Bolehlah di coba.

Sambil pusing-pusing sedikit, saya naik ke Bianglala. Wahana ini menurut saya juga biasa aja sih. Cuma duduk diatas gondola trus gondola itu berputar secara vertikal. Jadi kalau pas diatas bisa melihat indahnya laut dan kawasan Ancol sekitarnya. Keren lah pokoknya apalagi diselingi angin yang semilir. Sempat penasaran waktu diatas melihat Hysteria yang super gila itu. Masak manusia seperti dibuang saja keatas. Ingat ya, itu manusia lho bukan, plastik! Tapi boleh juga sih dicoba..

Turun dari Bianglala saya langsung antri lagi di Kora-kora. Mainan ini menarik banget, semacam perahu lalu kita diayun-ayun. Awalnya sih pelan-pelan. Lama-lama ayunan perahu itu makin kencang dan kencang sampai-sampai kaki saya gemetar menahan hempasan perahu. Handycam yang saya pegang pun tau-tau mati sendiri. Mungkin tanpa sengaja saya tekan karena saking gak tahannya.

Habis naik Kora-kora saya berhenti dulu. Kasihan suami saya, mukanya mejikuhibiniu habis saya paksa naik Kora-kora. Karena jatah makan pagi yang dibawa dari rumah habis, kami beli Mie Cup. Siang-siang makan mie gak ada nikmatnya sama sekali. Sudah suasana panas ditambah makan mie panas, jadi makin mendidih.

Inilah dermulen itu..

Denger-denger kalau belum nyoba Hysteria dan Tornado, dianggap belum ke Dunia Fantasi. Bener nggak sih?

Kalau gak ada yang ngiyain, berarti cuma Bapak mertua saya aja yang bilang begitu ๐Ÿ˜€

Saya ini orangnya suka penasaranan loh. Saya juga orangnya suka nyesel-an. Jadi kalau ada yang bilang seperti itu di hadapan saya, tanpa ragu-ragu saya akan berangkat menunaikannya.

Seperti kemaren itu habis makan mie saya dengan PDnya langsung ngantri di wahana Hysteria. Waktu saya utarakan ke suami, dengan muka gak percaya dia iyain keinginan saya. Mungkin dalam hati dia bilang jangan, tapi diluarnya ya.. ya udah sana, sambil ragu-ragu.

Dengan mantap saya melangkah ke tempat pengantrian. Ruangan antriannya luas dengan lika-liku teralis. Etapi yang nganti Cuma sekitar 10 orang! Gak percaya saya kalau wahana ini menakutkan banyak orang. Kora-kora aja lho ngantrinya puanjang minta ampun.

Ya udah deh saya memantapkan diri. Sambil ngeri-ngeri grogi saya lihat bagaimana antrian didepan saya yang sudah memasuki kursi panasnya. Beberapa menit kemudian, terdengar suara gemuruh menakutkan sebagai tanda Hysteria akan lepas keatas. Di belakang saya ada lelaki yang sepertinya ketakutan, tapi juga penasaran. Beneran, giliran hysteria itu lepas landas dia teriak kenceng banget. Sampe kaget saya. Dia bilang, kalau dia takut. Ye, sama takutnya dengan saya Mas ๐Ÿ˜€

Tiba giliran saya naik. Saya milih di bagian depan supaya bisa dilihat suami. Eh lha dalah, lelaki yang tadi takut itu tiba-tiba muncul, โ€œbarengan kita ya, Mbakโ€. Aman deh, ada teman yang sama-sama takut ๐Ÿ˜€

Hysteria Dufan Ancol

Setelah ambil posisi nyaman dan mengkaitkan sabuk pengaman, kami masih ketawa ketiwi. Sengaja sandal saya lepas, supaya gak jatuh.

Nunggu beberapa menit, lalu kursi naik sedikit. Saat ada suara gemuruh, saya mulai bersiap ambil napas panjang. Tarik.. lepas. Tarik.. lepas. Tarik.. *belum juga dilepas* tiba-tiba Swiiiingg….. tiba-tiba saya sudah terbang. Baru saya sadar bahwa dalam perut ini mau keluar semua, protes karena gak tahan ngerinya.

Kemudian diam sebentar. Asyik.. duduk diatas ketinggian. Tapi belum juga puas, kursi sudah naik lagi, lalu turun. Naik lagi, turun lagi sampai beberapa kali. Dan kemudian turun. Benar-benar turun lho, gak naik lagi. Yah segitu doang hehe..

Asli, naik Hysteria itu sensasinya ruaar biasa! Tegang-tegang gimana gitu..

Masih semangat! Lanjut lagi jalan.

Begitu melihat Tornado kok kayaknya makin seru aja permainan ini. Lagi-lagi saya pamit suami naik Tornado. Kali ini mukanya pasrah, ragu-ragunya sudah ilang, kayaknya.

Lagi-lagi saya masuk ke ruang antrian yang melompong. Sama sekali gak ada yang ngantri. Malah saya langsung diminta naik. Rupanya tornado ini berhenti lama sambil nunggu penumpang yang naik. Kursi-kursi disisi kanan sudah penuh semua. Jadi saya ambil kursi disisi kiri yang masih kosong-song. Sebenarnya saya mau manggil suami supaya dia pindah ke pagar sebelah kiri, tapi karena gak ada celah untuk memanggil akhirnya saya naik aja. Gak bisa narsis deh.

Herannya, begitu saya duduk, tiba-tiba kursi dikanan kiri saya full. Lalu petugas segera mengancing kami didalam kursi. Dan lagi-lagi ada suara gemuruh.. Sialnya, ketika ada suara gemuruh itu, saya baru sadar bahwa HP saya ada disaku celana! Aduh, kenapa baru ingat sekarang..

Oke deh gpp, sebisa mungkin akan kutahan HP itu supaya gak jatuh. Eman, rek..

Astagila.. naik Tornado itu seperti kamu nggoreng tempe. Pertama di celup dulu di air garam, lalu dibalik. Sisi atas ditaruh dibawah dan sisi bawah di taruh di atasnya, supaya asinnya merata. Gak ada yang bisa nahan tempe selain jari, ibaratnya jari itulah sabuk pengamannya tempe. Pokoknya pasrah aja jadi tempe.

Seperti juga tempe, pertama kali dimasukin ke mangkok air garam kan pelan-pelan. Pelan-pelan dulu. Nah sebelum di cemplungin ke wajan, tempe itu di jerang dulu supaya airnya hilang dengan di pukul-pukulkan ke mangkok. terus dan terus. Ya begitu itu..

โ€œCukuuup.. cukup. Brentiii…โ€ teriak cewek disebelah kanan saya.

โ€œJangan berhenti dulu, Mbak. Percuma brenti disini, wong kita masih diatas. Nanti aja brentinya kalau sudah dibawah!โ€ jawab cowok disebelah kiri saya.

Saya: Gak bisa ngomong. Cuma bisa mikir semoga HP ini tidak jatuh.

Begitu selesai, saya elus-elus HP yang sudah mencungul separuh keatas.

Begitu turun saya diaaam aja. Gak bisa ngomong apa-apa. Muka sih ketawa-ketawa aja, tapi dalamnya ini ancur banget.

Diam saya bukan karena HP yang selamat, tapi karena kepala saya pusing dan perut seperti diaduk-aduk. Rasanya pengen muntah.

โ€œMau naik kicir-kicir?โ€

โ€œApa mau naik pontang-panting?โ€

โ€œIstana Boneka juga masih ada lho..โ€ Kata Suami.

Benar-benar penghinaan. Tapi apalah daya, semangat kuat tenaga kurang.. ๐Ÿ˜€

Mati-matian saya nahan rasa itu, saya tahan-tahan supaya tidak muntah. Selesai sholat di Musholla pun saya tidak langsung berdiri, tapi saya baringkan tubuh dulu, maksudnya supaya suasana perut kembali bersahabat. saya juga sudah merusaha menyuap mulut dengan minuman manis. Sayangnya nasib berkata lain, usaha menahan aksi protes itu jebol juga. Saya muntah haha..

Huh. Awas ya bila suatu saat aku datang lagi, semua wahanamu akan kutakhlukkan! *dendam kelas berat*

13 Comments

  • Pakies

    Tak kiro tadi bahasa belanda, tibaknya dermulen van ombak banyu hhh. Di tempat saya masih sering ada mbak, mulai dari yang tradisional kayak dulu dengan menghilangkan ombak banyu karena cukup berbahaya nggak ada pelindungnya. Ada juga yang lebih keren dengan menambah rumah-rumahan yang berisi angin. Cuman yaitu kondisi mereka terlihat ramai di awal paling banter 5 hari habis itu sepi. jadi kasihan dengan kondisi mereka

  • LJ

    aku gak pernah berani naik yang beginian Yun.. jantung gak karuan, dengkul lemes.

    pilih istana boneka dan bom2 car ajah ๐Ÿ˜›

  • cheila

    di tempatku masih lumayan sering ada pasar malam mbak…..nah kalo dermulen itu sebutan buat bianglala..harga tiket kalo mau naik arena mainan sekarang 5000. padahal jaman aku kecil dulu cukup 2500 ๐Ÿ˜€

  • Mechta

    waah… hebat Yun! salut aku dg tekad membajamu itu ๐Ÿ™‚
    oya, wkt kecil aku menyebut salah satu wahana di pasar malem itu ‘Dremolen’… beda dikit yah ๐Ÿ™‚

  • bintangtimur

    Waduh Yun, baca naik histeria sama tornado aja saya udah keringet dingin…ini nih, tangan saya sampe keringetan!
    Kalo ngajak saya masuk ke Dufan kayaknya bakal rugi, Yun…yang saya berani masuk cuman istana boneka dan rumah miring aja soalnya…hihihi…
    ๐Ÿ˜€

  • Ilham Safri

    Saya yang tiga generasi ke atas asli Surabaya, mengenal roda berputar raksasa yang ada kursi-kursinya itu dengan sebutan: Dermulen. Belakangan baru tahu kalau itu disebut juga: Bianglala. Jadi bianglala adalah dermulen.

Leave a Reply to Rinaldy Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *