Pengalaman pertama memiliki Kartu Kredit

pengalaman pertama memiliki kartu kredit

“Salah satu alasan orang memiliki utang adalah tuntutan gaya hidup!” – Financial Planner

Kami mengenal kartu kredit pada awal pernikahan. Sebenarnya tanpa kartu kredit pun, hidup kami cukup-cukup aja, namun karena tawaran sales yang membabibuta membuat kami sulit menolaknya. Dan yang paling menggiurkan, sales menjanjikan hadiah voucher belanja Rp. 150.000,- plus free iuran tahunan 1 tahun pertama

“Mas dan Mbak hanya perlu menyiapkan KTP, nanti syarat lainnya saya yang atur” bujuk rayu sales meluluhkan hati Mas Rinaldy. Dengan satu kata pamungkas IYA, seminggu kemudian datanglah Pak Pos mengirimkan kartu sakti berlabel HSBC

Andai disuruh milih, saya mau dapat vouchernya aja, nggak usah kartu-kartuan. Biarpun tahun pertama annual feenya gratis, dalam hati saya tetep belum ikhlas membayar iuran tahun berikutnya. Tahun 2006 nominal 150 ribu rupiah nilainya lumayan sekali, lho!

Pengalaman pertama memiliki Kartu Kredit

Malang tak dapat ditolak, kehadiran kartu kredit mengubah pola pikir saya yang sebelumnya teramat ketat menarik lembaran rupiah. Biasanya mau beli ini itu pakai mikir-mikir dulu, sejak itu berubah jadi loss dol! Nggak pegang duit pun, selama ada kartu ‘sakti’ di dompet, gaya hidup bisa diatur

Mulailah saya belanja-belanji. “Kenapa harus mikir kalau limitnya ada 4 juta? Toh, bayarnya bisa dicicil”

Sebulan, dua bulan, enak juga punya kartu kartu kredit. Tapi lama-lama saya merasa utang kartu kredit kok nggak habis-habis. Sudah dibayar tiap bulan pun, itu tagihan bukannya berkurang. Mulailah, bunga yang terus bertambah membelit keuangan saya.

Fatal, harusnya setelah belanja dengan kartu kredit saya segera melunasinya sebelum tanggal jatuh tempo. Lha saya nggak, sudah terlambat, bayarnya nyicil pula!

Bila Tak Paham Keuangan, Jangan Gunakan Kartu Kredit

Ketika sedang menyusun strategi gimana cara melunasi HSBC, sekonyong-konyong saya menemukan tagihan kartu kredit ANZ yang nominalnya lumayan besar, diatas nilai gaji suami. Rupanya diam-diam Mas Rinaldy mengajukan kartu kredit baru lagi yang parahnya limitnya habis dibagi-bagi teman sekantor. Saya marah besar!

Sudah sepatutnya berbuat baik sama teman, tapi jangan bawa-bawa materi. Seperti itu yang telah dilakukan Mas Rinaldy. Ia Bersama 2 temannya menarik uang tunai dari kartu kredit yang kemudian nominalnya dibagi-bagi. Begitu jatuh tempo, 2 temannya tidak bertanggung jawab. Yang satu resign, satunya lagi beralasan tak ada uang.

Dalam keadaan runyam, saya mulai mendapat terror debt collector. Ada yang sekedar nagih via telpon, ada juga juga yang datang ke rumah

Ternyata memiliki kartu kredit tak semudah bayangan saya. Pengalaman berharga yang saya alami ini menarik kesimpulan bahwa gunakan kartu kredit seperlunya. Atau malah jangan punya sama sekali jika dirimu merasa tak mampu mengatur keuangan.

Mengatasi kelilit utang Kartu Kredit

Investasi Mudah Bagi Ibu Tumah Tangga

Selama beberapa waktu hidup saya rasanya oleng. Tiap bulan terima gaji hanya lewat. Sampai pernah untuk makan saja kami tidak mampu beli. Pernah juga jalan kaki dari THR ke rumah karena tak punya uang untuk naik lyn.

Fokus saya hanya satu, melunasi tagihan semua kartu kredit dan segera move on dari semua kesulitan.

Hingga suatu ketika, datanglah rejeki yang tak terduga, Dalam satu proyek kecil, suami mendapatkan uang sekian juta rupiah. Dengan uang itu kami menghubungi debt collector dan melakukan negoisasi.

Untung debt collectornya masih punya hati. Mereka bersedia memberi kami potongan banyak jika semua tagihan dilunasi. Tanpa kami duga, nilainya pas dengan uang yang kami pegang.

Sepulang menemui debt collector, semua kartu kredit yang kami miliki saya rusak dan berjanji tidak akan menggunakannya lagi. Prinsip saya sudah bulat, ada uang beli, gak ada uang jangan kepingin. Persetan dengan gaya hidup!

Jika teman-teman saat ini baru memiliki kartu kredit, saya akan membagikan tips kecil:

1. Gunakan Kartu kredit secara bijak, jika tidak penting banget hindari menggesek pake kredit
2. Jangan tergiur dengan limit besar, pikirkan kembali berapa penghasilan kita
3. Boleh saja memanfaatkan promo CC, tapi yakinkan diri mampu untuk melunasinya sebelum jatuh tempo agar tidak memicu bunga berbunga
4. Jangan punya kartu kredit untuk gaya-gayaan, karena kemungkinannya dapat merugikan diri sendiri
5. Jika tidak mampu melakukan poin 1-4, lebih baik jangan punya CC daripada keuanganmu besar pasak daripada tiang. Mending nabung emas aja deh, lebih menguntungkan

Pengalaman pertama memiliki Kartu Kredit ini saya jadikan sebagai pengalaman terbesar dalam hidup saya agar benar-benar menghindari utang. Lebih nikmat makan nasi telur sama kecap dibanding menahan rasa malu didatangi debt collector ke rumah!

 

 

 

You Might Also Like

2 Comments

  1. Amalia

    Wah.., klw bisa di manage penggunaannya sih aman tapi klw tidak terkontrol bisa menumpuk

  2. Mayuf

    Pengin punya kartu kredit dari dulu cuman takut belum bisa pakenya hehe

Leave a Reply