Piknik

Ingin Hidup Lebih Produktif, Yuk Naik Kendaraan Umum!

Beberapa saat lalu sempat beredar kabar di linimasa saya ada wacana kota Surabaya akan menerapkan lalu lintas sistem ganjil genap. Saya heran, sebegitu parahkah kemacetan Surabaya hingga harus mencontoh Jakarta? Jujur saya keberatan kalau kota ini memberlakukan sistem seperti itu. Terlebih ruas-ruas jalan di Surabaya sekarang rata-rata sudah memiliki jalur ganda.

Seandainya sistem ini benar-benar diterapkan, saya yakin kondisinya akan tetap sama-sama macet. Kok bisa? Bisa, sebab hal itu akan memicu masyarakat membeli kendaraan baru lagi, Bisa-bisa 1 orang punya 2 kendaraan! 1 kendaraan nomer genap, satu lagi kendaraan nomer ganjil.

Disadari atau tidak, macetnya kendaraan di Surabaya biasanya dipicu oleh lampu merah. Di beberapa titik, macetnya akibat kondisi jalan yang lebarnya membentuk bottleneck.

Lain Surabaya, lain pula di Jakarta. Menurut saya banyak sebab yang memicu kemacetan lalu lintas Jakarta. Walaupun saya ke Jakarta setahun antara 3 sampai 5 kali, tetapi saya bisa merasakan bagaimana susahnya naik kendaraan pribadi di jalanan ibukota negara ini. Pembangunan yang terus berlangsung, pengendara yang tidak mau mengikuti aturan, hingga sesama pengendara yang tidak mau ngalah satu sama lain.

Macet! Hampir penduduk Jakarta mengalaminya setiap hari. Tidak usah ngomongin jalan protokol, jalanan kecil di dalam kompleks aja antriannya sudah mengular. Wajar saja, jumlah manusia bertambah, dan bertambah pula jumlah kendaraan di jalan raya. Sementara lebar ruas jalan sudah tidak mampu lagi menaungi semua kendaraan. Apa boleh buat, cara satu-satunya harus mengikuti antrian kendaraan.

 

View this post on Instagram

 

A post shared by Mama Minta Piknik (@yuniarinukti) on

Di Jakarta saya merasakan sendiri tidak enaknya terjebak kemacetan lalu lintas. Mau pergi ke manapun, saya harus menyiapkan waktu estimasi khusus untuk perjalanan antara 1 hingga 3 jam agar tidak terlambat. Sungguh, macet membuat semua jadwal yang tertata rapi jadi berantakan. Kemacetan memberikan dampak buruk terhadap produktivitas dan mood kerja. Waktu yang seharusnya bisa digunakan untuk duduk manis di depan laptop sambil nyeruput teh hangat jadi terhambat karena pikiran masih harus fokus menyela kendaraan di jalan raya.

Selain kemacetan sendiri, ada faktor lain yang memengaruhi kondisi seseorang saat membawa kendaraan sendiri bepergian di Jakarta, yaitu:

1. Stamina tubuh harus prima

Saat mengemudi, kita dituntut untuk sehat dan tampil prima agar selamat sampai tujuan. Dengan tingkat kemacetan tinggi, secara otomatis energi terkuras banyak karena harus fokus mengendalikan kemudi. Kondisi itu sedikit banyak dapat mempengaruhi kesehatan fisik.

Secara mental pemegang kemudi harus mampu mengendalikan emosi. Tidak mudah menghadapi pengguna jalan raya lain yang tidak semuanya tertib, bahkan cenderung ugal-ugalan.
Sudah lelah badan, ditambah capek pikiran pula. Sudah begitu jarak lokasinya jauh, rasanya stres gak sampai-sampai tujuan.

2. Kondisi kendaraan harus OKE

Memiliki kendaraan pribadi dianggap lebih praktis, mau pergi ke manapun tinggal nyetater. Tapi kalau tiap hari menghadapi macet terus-terusan lama-lama jadi tekor. Saat macet bahan-bakar lebih banyak terbuang, lho!

Coba kita hitung pengeluaran saat membawa kendaraan sendiri. Mulai dari biaya bensin, biaya parkir, biaya perawatan kendaraan yang kayaknya lebih boros karena seringnya berada di jalanan macet. Jangan lupa juga biaya pajak kendaraan bermotor yang setiap tahunnya menjadi kewajiban bagi pemilik kendaraan.

Pengalaman saya memarkir kendaraan di Mall butuh waktu hampir sejam. Ini juga jadi bahan pertimbangan membawa kendaraan sendiri.

Setiap manusia membutuhkan sebuah kepraktisan. Apalagi di jaman modern yang serba instan ini. Akan tetapi disadari atau tidak, kendaraan pribadi tidak selamanya bisa memudahkan segala urusan. Ada saatnya kita kembali memanfaatkan transportasi umum.

Terakhir kali ke Jakarta saya sudah mulai menggunakan kendaraan umum. Apalagi ada angkutan umum berukuran kecil yang jangkauannya masuk ke dalam jalanan kompleks. Malah lebih praktis, saya hanya tinggal duduk nyaman tanpa khawatir memikirkan situasi jalanan.

Kepala Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) Bambang Prihartono mengatakan dari kemacetan yang terjadi saat ini di wilayah Jabodetabek mengakibatkan kerugian setiap tahunnya. Kerugiannya sendiri mencapai Rp 100 Triliun. Bayangkan betapa sedapnya jika nilai kerugian ini diinvestasikan..

Dan bukan itu saja, kemacetan bisa menurunkan produktivitas kerja. Pegawai suatu kantor tidak selamanya beraktivitas dalam kantor. Ada yang mobilitasnya tinggi misalnya keperluan meeting atau dinas luar. Namun, gara-gara macet menyebabkan ketidaktepatan waktu sampai di kantor yang akhirnya berimbas pada rantai pekerjaan dan berakhir pada terganggunya aktivitas bisnis.

Pemerintah sendiri melalui Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) telah melakukan berbagai macam cara untuk mengurangi kemacetan di area Jabodetabek.

Berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan nomor PM 18 Tahun 2018 tentang Pengaturan Lalu Lintas Selama Masa Pembangunan Proyek Infrastruktur Strategis Nasional di Ruas Tol Jakarta – Cikampek, terdapat 3 hal yang diatur untuk mengurai kemacetan di Tol Jakarta – Cikampek. Diantaranya adalah:

1. Pengaturan Kendaraan Pengangkut Barang
2. Pemberlakuan Ganjil Genap Untuk Kendaraan Pribadi
3. Penggunaan Lajur Khusus Untuk Angkutan Umum

 

View this post on Instagram

 

Menikmati transportasi umum di Jakarta OKtrip, dapat GRATIS, mereka sedang melakukan trial sampe pertengahan April. Model angkot tapi supirnya ramah. Duduk sampai bokong kemeng, gak mbayar blas! Malah dikasih senyuman terima kasih dari supir muda yang seger KRL, ganti sampai 3 lintasan bayar 4000 saja. Sampek mblenger, sampe capek ganti kereta, bayar cuma sekali Transjak, transportasi murah dan nyaman. Tapi ya gitu kalau macet ya macet. Begitu dapat ruas kosong, eh rebutan sama kendaraan pribadi. Pernah sekali naik dari CP ke UKI 3 jam! Naik jam 5 sore sampe UKI jam 8 malam. Istimewa! Angkot, masih laku. Untuk jarak-jarak pendek bolehlah Ojek Online mobil, gampang didapatkan, nyaman, cepet, tapi klo terus-terusan naik ojek online jembuk duwikku Kesimpulannya ke Jakarta perbanyak koleksi emoney trus jangan lupa isi saldo😌

A post shared by Mama Minta Piknik (@yuniarinukti) on

Mulai 16 April 2018, Pemerintah menerapkan paket kebijakan penanganan kemacetan di jalan tol Jakarta – Tangerang dan jalan tol Jagorawi (ruas Cibubur – Jakarta). Paket kebijakan tersebut diantaranya penerapan skema ganjil genap untuk kendaraan pribadi di pintu tol Kunciran 2 dan Tangerang 2 arah Jakarta (ruas tol Tangerang – Jakarta) serta pintu tol Cibubur 2 arah Jakarta (tol Jagorawi ruas Cibubur – Jakarta), setiap Senin – Jum’at pukul 06.00 s/d 09.00 WIB (kecuali hari libur).

Sebagai bagian dari implementasi kebijakan ini Pemerintah dalam hal ini Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) bekerja sama dengan berbagai operator telah menambah kekuatan armada bus premium baik di Tangerang maupun Cibubur guna mendorong pengguna kendaraan pribadi beralih menggunakan angkutan umum.

“Memang pengguna kendaraan pribadi masih memiliki alternatif melalui akses pintu tol lain atau berangkat lebih pagi, namun kami harapkan semakin banyak mereka beralih ke angkutan umum,” kata Bambang Prihartono Kepala BPTJ.

Lebih lanjut Bambang menjelaskan untuk saat ini di Tangerang telah tersedia 43 armada bus premium JR Connexion, sementara di Cibubur telah siap 60 armada bus premium JR Connexion.

Di Tangerang, bus tersebut tersedia di beberapa lokasi yaitu BSD Griya Loka, ITC BSD, Alam Sutera, Tangerang City dan Summarecon Mall Serpong dengan tujuan ITC Mangga Dua, Blok M, Pasar Baru, Sudirman, Kelapa Gading, Atrium Senen dan ITC Kuningan. Sementara itu bus premium JR Connexion di Cibubur tersedia berbagai komplek perumahan yaitu Metland Transyogi, Legenda Wisata, Citra Grand, Cibubur Country, Cibubur Residence dengan tujuan Sudirman, Kuningan, Simatupang, Kelapa Gading dan Thamrin.

Selain manambah Armada, BPTJ juga memberikan kenyamaan dengan aneka transportasi premium yang tentunya lebih mudah dinikmati banyak orang. Sehingga stigma naik kendaraan umum tidak nyamaan, kendaraan tidak laik jalan, bisa terpatahkan dengan penambahan Armada baru ini.

Pemerintah menyediakan lebih banyak angkutan umum selama Asian Games sebagai kompensasi dari kebijakan transportasi untuk menyukseskan Asian Games.

Bus dari bandara ke venue, dari hotel ke venue & bus wisata dipastikan gratis. Semua ini untuk mendukung masyarakat menggunakan angkutan umum. Jakarta sudah sangat dipadati kendaraan pribadi. #AsianGames2018 bisa jadi momentum kita beralih dari kendaraan pribadi ke angkutan umum.

Setelah implementasi selama 6 minggu, pada ruas jalan yang diberlakukan perluasan kawasan ganjil genap arus lalu lintas mengalami kenaikan kecepatan rata-rata sebesar 44,08%.

Begitu pula setelah minggu ke-6 kebijakan perluasan ganjil genap di Jakarta, VC ratio pada ruas jalan yang diberlakukan ganjil genap mengalami penurunan rata-rata sebesar 20,37%. VCVC Ratio adalah perbandingan jumlah kendaraan dengan kapasitas jalan dalam satu waktu.

Dan 6 minggu implementasi perluasan kawasan #ganjilgenap di jalan arteri Jakarta, pada ruas jalan yang diberlakukan ganjil genap mengalami penurunan emisi CO2 rata-rata sebesar 20,30%. Kalau kita konsisten bepergian menggunakan angkutan umum, emisi CO2 niscaya akan terus turun. Jakarta pastinya akan lebih nyaman dan memiliki kualitas Udara yang lebih baik.

Baru 6 minggu, sudah terasa cukup signifikan perkembangan dari upaya pemerintah dalam mengurangi kemacetan Jabodetabek. Tidak mudah menyelesaikan permasalahan yang rumit tentang kemacetan di wilayah jabodetabek. Itulah kenapa dibentuk BPTJ, lembaga khusus yang mengatur dan mensinergikan kebijakan lintas departemen dan pemerintahan yang terdampak.

Agar lalu lintas Jakarta semakin baik, yuk dukung turut berpartisipasi. Caranya kurangi penggunaan kendaraan pribadi dan segera beralih menggunakan kendaraan umum. Selain mempermudah diri sendiri, naik kendaraan umum juga ternyata bisa jadi dukungan nyata kita terhadap pemerintah. Dengan indikator peningkatan kualitas lalu lintas setelah 6 pekan berjalan semoga bisa memberikan dampak signifikan terhadap kualitas hidup berlalu lintas di Jabodetabek. Secara langsung dampaknya pun akan terasa pada produktivitas pekerjaan.

 

View this post on Instagram

 

A post shared by Mama Minta Piknik (@yuniarinukti) on

Mau Lebih Produktif ? Yuk mulai sekarang naik angkutan umum!

One Comment

  • Idah Ceris

    Menurutku, Surabaya macetnya masih wajar, kok. Tapi itu aku rasa puluhan tahun lalu, pas aku ke SBY. Wkwkwk. Kalau pada beli kendaraan baru, ya sama saja nambahi macet memang. Cintai angkutan umum bae.

    Eh btw sumpah, ini postingannya penuh penelitian. Hahaha.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *