Keluarga

Rokok Harus Mahal, Selamatkan anak Indonesia dari bahaya Stunting

Jika bicara stunting, saya jadi teringat dengan curhatan seorang teman yang mengeluhkan kondisi tubuh anaknya tidak tinggi, bahkan cenderung mungil. Awal masuk Sekolah Dasar usianya 6,8 tahun, tetapi Ia masih kesulitan untuk duduk di bangku kayu di sekolahnya.

“Kenapa, ya, anak saya badannya imut, padahal makannya banyak. Tiap kali ke dokter, berat badannya tidak nambah-nambah” keluhnya.

Karena saya bukan dokter, teramat rumit untuk memikirkan jawabannya.

Kebetulan hari Rabu, 25 Juli 2018, lalu, saya mendengar siaran online Program Radio Ruang Publik KBR dengan tema Rokok Murah Sumbang Penyebab Stunting yang disiarkan di radio jaringan KBR.ID

Bukan mau menjudge anak teman saya itu stunting, namun saat mendengar siaran radio itu, saya langsung teringat akan suami teman saya yang seorang perokok aktif.

Apakah ayah perokok berpengaruh pada anak stunting?

Simak ulasan saya hasil mendengarkan program Ruang Publik KBR Talkshow Serial #RokokHarus Mahal edisi 7 yang menghadirkan 2 narasumber:

1. Dr. Bernie Endyarni Medise, SpAKMPH sebagai Ketua Satuan Tugas Remaja Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI)

2. Teguh Dartanto, PhD, Ketua Departemen Ilmu Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia

Bahaya Stunting akibat rokok dalam perspektif ekonomi

Diam-diam aktifitas keluarga merokok diperhatikan oleh pengamat ekonomi. Padahal selama ini rokok seringnya berhubungan dengan kesehatan.

Pengamat ekonomi dan kesehatan telah melakukan uji di 13 provinsi selama beberapa tahun terhadap orang yang sama dan keluarga yang sama untuk meneliti kebiasaan keluarga perokok terhadap keluarga.

Secara perspektif ekonomi, dalam rentang tahun 1993 hingga 2014, terjadi peningkatan pengeluaran anggaran rumah tangga untuk konsumsi rokok sebesar 2%. Sayangnya prosentase kenaikan itu bukan untuk anggaran makanan sehat yang berkaitan dengan zat gizi. Tapi lebih kepada konsumsi rokok.

Pusat Kesehatan Jaminan Sosial Universitas Indonesia menemukan bahwa:

1. Anak dengan orang tua perokok ternyata mengalami berat 1,5 kg lebih rendah dari orang tua yang bukan perokok

2. Anak yang dengan orang tua perokok ternyata mengalami tinggi 0,34 cm lebih pendek dari orang tua yang bukan perokok.

Hal ini dikarenakan dalam keluarga perokok, seorang anak tidak mendapatkan pemenuhan zat gizi yang cukup.

Rokok dan penyebab Stunting

Stunting adalah gangguan pertumbuhan pada anak yang disebabkan tidak mendapatkannya asupan gizi yang cukup. Anak yang mengalami stunting cenderung memiliki tubuh yang pendek, rentan terkena penyakit, dan memiliki kecerdasan dibawah rata-rata.

Dari segi penampakan secara langsung, memang tak terlihat seorang anak mengalami stunting karena secara genetik tinggi badan anak berpengaruh pada kondisi orang tuanya.

Namun yang lebih nampak jelas, keluarga dengan anggota perokok aktif dapat mempengaruhi perkembangan anak-anak.

Persoalan stunting bukan sekedar perkara pemendekan badan semata, namun lebih kepada malnutrisi yang kronis. Pada seorang janin dimana masa ini merupakan masa 1000 HPK, asap rokok dapat mempengaruhi fungsi otaknya.

Ketika seorang Ibu dinyatakan hamil, seharusnya ibu dan bayi mendapatkan asupan gizi yang cukup agar perjalanan 1000 Hari Pertama Kehamilan berjalan lancar. Tetapi karena ayah si calon janin merokok, secara tidak langsung asapnya mempengaruhi tumbuh kembang mereka. Asap rokok dihisap oleh ibu hamil, sementara asap rokok masuk ke dalam tali pusar janin.

Ciri-ciri anak mengalami stunting antara lain:

1. Memiliki perawakan pendek
2. Anak rentan terkena penyakit
3. Kecerdasannya dibawah rata-rata
4. Kecerdasan yang rendah biasanya bersifat permanen

Paparan Asap Rokok terhadap Tumbuh Kembang Anak

Hati-hati dengan asap rokok. Sekali asap berhembus, ia dapat menempel di mana saja dan bertahan selama 3-4 jam. Satu orang saja anggota keluarga yang merokok, 6000 – 7000 zat kimia akan mencemari semua anggota keluarganya. Sekalipun merokoknya tidak secara langsung di hadapan mereka.

Misalkan seorang Ayah yang merokok tidak di depan anak-anak, namun baju yang dipakai tetap dapat menganggu kesehatan keluarga. Keadaan ini jelas dapat mempengaruhi kondisi mereka seperti terkena asma, mudah sakit, dan menghambat asupan zat gizi yang tidak dapat menyerap sempurna ke dalam tubuh.

Selamatkan Anak Indonesia dari bahaya Stunting

Anak disebut stunting jika perawakannya pendek dan tinggi badannya dibawah minus 2 standar devisiasi kurva WHO. Penyebab anak stunting dikarenakan malnutrisi yang kronis. Kekurangan zat gizi yang berkepanjangan menyebabkan tubuh anak-anak tidak dapat tumbuh dengan semestinya sehingga mengganggu fungsi kognitif anak.

Tahun 2017, angka stunting di Indonesia cukup tinggi, yakni sekitar 37%.

Banyaknya keluarga miskin yang memiliki kebiasaan merokok juga menjadi pemicu tingginya angka stunting di Indonesia. Terjangkaunya harga rokok membuat anggaran rumah tangga yang sejatinya untuk membeli makanan bernutrisi jadi teralihkan untuk membeli rokok.

Ada 2 penyebab terbesar rokok menyebabkan stunting, yakni:

1. Biaya untuk membeli makanan bergizi anak-anak, teralihkan untuk membeli rokok
2. Asap rokok berpengaruh pada asupan penyerapan makanan

Agar anak-anak kita dan generasi selanjutnya terhindar dari bahaya Stunting, ada beberapa hal yang kita lakukan:

1. Memberikan anak-anak asupan gizi yang cukup dan nutrisi yang tepat dan seimbang
2. Jauhkan anak-anak dari bahaya asap rokok yang dapat mengganggu pertumbuhan mereka
3. Untuk orang tua perokok, mulailah berpikir ulang efek dari kebiasaan merokok. Dari pada uang habis digunakan untuk membeli rokok, lebih baik dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan gizi anak-anak
4. Dukung harga rokok mahal #HargaRokok50ribu agar keluarga miskin tidak dapat menjangkaunya
5. Ikut menandatangani petisi di www.change.org/rokokharusmahal

Semoga apa yang kita lakukan ini dapat membantu anak-anak mendapatkan haknya sebagai warga negara yang bebas. Yuk selamatkan anak-anak dari bahaya stunting demi generasi penerus bangsa yang cerdas

One Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *