Keuangan

Sehari tanpa gadget: Biasa aja lagi..

Bila bicara gadget pikiran saya langsung melayang ke tahun 2003, tahun pertama saya punya HP. Ketika itu ragam HP masih monochrome. Belum warna seperti sekarang. Menu yang ditampilkan masih standart telp, SMS, dan permainan yang.. yah jauh bedalah kalau dibanding candy star. Walau candy star sendiri termasuk mainan gampangan. Tapi ngangeni looh 😀

Candy Star yang ngangeni itu. Gambar dari sini
Candy Star yang ngangeni itu. Gambar dari sini

Masa berubah. HP berganti menjadi smartphone canggih yang bisa dipakai buat buka sembarang. Telpon, SMS, Ngegame, Chatting, Browsing, Download sepuasnya. Hampir mirip seperti fitur komputer.

Tapi bukan Yuni namanya kalau kemana-mana pegang HP. Walaupun sudah punya HP yang bisa dipakai online setiap saat tapi seorang Yuni masih belum secaggih smartphonenya.

Disaat teman-teman asyik BBM-an, saya malah gak mau pakai BB. Disaat teman-teman sibuk chatting pakai HP, saya malah buka laptop pasang modem. Daaan… disaat semua orang sudah ngetwit ribuan kali hingga memiliki follower ratusan bahkan ribuan, saya masih sedang belajar mendalami karakter si burung biru ini. Duh, alangkah ngenes hidupmu, nduukk..

Ngetwit cuma buat daptar GA :D
Ngetwit cuma buat daptar GA 😀  Difolo-difolo 😛

Jujur, akhir-akhir ini saya sering merasa galau sendiri melihat banyaknya sosial media yang saya ikuti. Ditambah banyaknya grup yang bermunculan sehingga membuat diri saya seolah semakin lama semakin ditimbuni kata-kata status. Saya jadi bingung menempatkan diri saya. Disisi lain saya ingin mencari tambahan ilmu dan berbagi bersama teman-teman grup, namun disisi lain saya juga harus mengupdate blog sembari Blogwalking. Jangankan buka twitter, buka facebook aja bisa 2-3 jam-an. Belum ngedraft postingan. Lalu BW. Trus kapan makannya? Kapan pacarannya?
Untung saya gak punya BB, coba ada mungkin saya sudah nungging-nungging saking pusingnya

Sebetulnya kalau dibilang penting, sosial media itu penting. Andai saya punya laptop yang layarnya super lebar, mungkin saya akan membuka semua aplikasi sosial media, dimana ditiap sosial media yang terbuka itu saya pasangi robot hasil kloningan otak saya sehingga mereka bisa memasang status dan komentar seperti mau saya.

Tetapi karena keterbatasan jari, otak dan waktu, maka lebih baik saya pasif aja. Memiliki gadget dipakai sekedarnya saja. kembali ke niat awal gadget sebagai alat komunikasi praktis. Yang penting saat butuh dihubungi saya ready.
Mending gitu kan dari pada semua akun sosmed di punyai tapi ketika dibutuhkan gak ada respon sama sekali.
Seandainya suatu hari nanti ada pencanangan Hari tanpa Gadget seperti yang di hayalkan Mbak Iyha, saya adalah orang pertama yang ngacung tinggi-tinggi.

Lalu apa yang saya lakukan jika sehari tanpa gadget?

1.Biasa saja. Emang sudah biasa gak ada gadget. Kalau gak ingat batere habis, saya biarkan aja dia dibawah bantal sebagai pengganti alarm
2. Baca buku. Ini paling penting. Secara saya hobi beli buku tapi kurang hobi baca buku. Setidaknya jika tidak ada gadget waktu luang saya lebih banyak saya habiskan untuk menyelesaikan buku-buku yang sudah lama dibeli dan hingga sekarang masih jadi pajangan.
3. Jalan-jalan. Ini yang paling saya suka. Secara di Surabaya banyak bermunculan hal-hal unik yang tak terduga. Beberapa kali saya keliling kota bersama suami, disaat itu pula lah tanpa sengaja saya ketemu sama Bu Walikota. Terkadang ditengah perjalanan saya mampir sebentar disuatu tempat untuk melihat pertunjukan reog ponorogo atau jaran kepang yang kami temui tanpa sengaja.
4. Main Monopoli dan ular tangga sama keponakan. Hoho… mainan ini favorit banget. Apalagi kalau yang main 3-4 orang. Bangkrut-bangkrut deh, habis uang dikenai pajak sana sini 😀
5. Ngumpulin koran sebanyak-banyaknya lalu mengkliping sesuatu yang menarik. Seperti cerpen, cerbung, dan cerita unik lainnya untuk dijadikan referensi penulisan. Satu lagi, resep dan foto masakan. Kayaknya ini penting banget buat pegangan hidup saya nanti jika sudah jadi orang 😛
6. Yang terakhir saya akan berdoa lama agar saya diberikan kecerdasan otak buat berpikir lebih melebihi kecerdasan otaknya smartphone hehe..

10 Comments

Leave a Reply to Lidya Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *