Tips & Resep

Tekad lari dan semangat melangsingkan tubuh

Ini tentang lari. Wall Facebook saya akhir-akhir ini banyak foto teman-teman yang berpartisipasi dalam ajang Run sekian kilometer. Dari yang 5K hingga 20K. Penyelenggaranya dari bermacam-macam brand, dan kalau diperhatikan sebulan bisa beberapa kali acara. Salah satu diantaranya seorang teman yang baru saya kenal.

Setahun lalu, saya janjian ketemu teman baru dari Jakarta. Perawakan teman saya ini tinggi, badannya bagus, dan terlihat segar. Beberapa lama ngobrol, terbukalah aib bahwa sebelum memiliki tubuh indah, badannya dulu gembrot. Astaga, saya sampai melongo tak percaya!

Demi meyakini ketidakpercayaan saya, teman ini sampai membuka foto-foto di kameranya yang tersimpan setahun lalu di galeri smartphone.

“Ini kamu, Mbak?” tanya saya masih tak percaya.

sepatu lari

Siapa, toh, yang nggak mupeng lihat orang sukses melakukan diet? Dari yang sebelumnya bertubuh buesar, lalu berubah jadi langsing. Saya pun ngepoi trik bagaimana mendapatkan badan ideal seperti dirinya. Walau badan saya gak gembrot banget, pertumbuhan usia telah berhasil memicu body saya tumbuh kesamping. Sebel gak, sih!

Saya berhasil membujuknya! Rahasia tubuh indahnya terletak pada kebiasaannya berlari. Resep yang dia bagikan adalah, saat mulai memantapkan diri mengurangi berat badan, Ia berlari dengan jarak yang pendek-pendek. Hari pertama Ia berlari sepanjang 30 meter. Bagi saya, jarak 30 meter itu kecil, tapi bagi dia, lari 30 meter dengan badan yang besar membuatnya ngos-ngosan.

Hari kedua Ia tambahkan jaraknya menjadi 40 meter. Nambahnya sih sedikit, namun karena konsisten dilakukan, lama-lama jadi terbiasa. Olahraga lari itu Ia lakukan setiap hari selama 3 bulan, hingga kemudian Ia dapat berlari 1 K setiap hari. Hasilnya, pelan-pelan berat tubuhnya berkurang. Bayangkan, 3 bulan saja! Saat saya tanya pola makan, Ia tak membuat pola apa-apa. Makan, ya makan. Nggak ada menu diet-dietan. Hanya saja Ia memperbanyak porsi buah dan sayur.

Sejak pertemuan itu, saya hanya melihatnya via facebook. Foto-foto larinya sering menghiasi wall saya. Badannya? Singset, bok!

Lah saya? Makin bergelambir, huhuhu….!

Tau nggak, setelah mendengar kisah inspiratifnya, saya sudah menyusun tekad besar untuk mengikuti jejaknya. Jejak menjadi pelari kelas teri. Namun apalah, tekad hanyalah tekad. Prakteknya yang belum kesampaian. Padahal jaman sekolah dulu, saya selalu jadi orang pertama yang datang lebih dulu saat pemanasan pra pelajaran olahraga. Tambah gede soyo tambah loyo.. haha..

Satu lagi kisah inspirasi yang datang dari seorang blogger di Surabaya yang saat ini rajin ikut even lari. Namanya juga ambisi, teman blogger ini tak lepas dari investigasi saya. Saat duduk bersama, saya kejar terus dengan pertanyaan, gimana larinya? Capek nggak? Lari paling jauh berapa kilometer? Kalau finish dapat apa? Hingga pertanyaan alakazam, medalinya bisa dijual nggak? Hehe..

Yang paling alakazam lagi, dia cerita bahwa sepatunya dapat endorse. Harganya hampir sejutaan. Lalu, lalu, dia iming-imingi saya, “Makanya ikut lari supaya ditawari endorse sepatu. Kamu, kan, senang dapat barang endorsan!” minta di sulap abakadabra juga nih orang! 😀

Jujur saja, sejak mendengar lari bisa melangsingkan badan, saya terobsesi memiliki sepatu lari. Minimal punya sepatunya dulu, deh. Urusan lari melari itu belakangan. Yang penting sanggup menyerang kemalasan bangun pagi!

Sepatu lari

Dari pada olahraga lainnya, lari paling gampang dilakukan orang. Tapi kok ya, yang paling gampang begini, justru paling sulit dilakoni. Ah, mumpung tekad masih ada, saya harus mempertahankannya. Segala hal kan harus dimulai dari niat, kan ya, meskipun prakteknya nanti saja.

Mumpung sebentar lagi Harbolnas, saatnya hunting sepatu yang kasih diskon besar. Tekad masih kuat, semangat belanja biasanya meningkat. Kolabarorasi yang pas, deh!

3 Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *