Keluarga

Maskara’an pakai Eye Liner

Ada rasa penasaran ketika beberapa kawan membahas lipstik Purbasari yang fenomenal akan ke-matte-annya. Konon lipstik ini terkenal super awet dan tidak terlihat mengkilap saat dipakai. Gak seperti trend lipstik sebelumnya, yang justru semakin berkilau semakin tampak sensual. Antara ngerti dan gak ngerti mengikuti obrolan mereka, apalagi muncul istilah-istilah yang sulit dipahami, seperti transfer, glossy, creamy. Sebenarnya mereka ini pada ngomongin lipstik apa makanan, sih? 😀

Revlon8

Dan sejujurnya saya sendiri juga bertanya-tanya lipstik matte itu yang kayak apa?
Sementara belum selesai mikir lipstik model matte, saya teringat lipstik Viva yang sudah, kayaknya lebih dari 3 tahun, saya pakai gak habis-habis. Sudah waktunya dibuang supaya bisa pakai lipstik baru lagi yang udah antri dari 9 bulan yang lalu.

Pada suatu hari saya diajak teman blogger menghadiri acara launching produk kosmetik. Sadar bahwa saya tidak bisa dandan, sadar bahwa saya bukan beauty blogger, saya menolak ajakannya. Bukannya mencari blogger lain, saya malah dipaksa ikut.

“Tapi, aku gak bisa nulis kosmetik!”

“Udahlah ikut aja!”

Karena teman itu ngeyel, dan saya tak kuasa menolak derajat kengeyelannya, saya pun datang. Selama acara teman itu selalu melindungi saya. Kalau ada istilah yang aneh, dia berbisik dan menjelaskan artinya. Begitupun saat melihat-lihat produk, Ia juga menjelaskan fungsinya masing-masing. Saya pun hanya bisa mengangguk, sambil dalam hati mengakui, ternyata dunia perkosmetikan itu ruweeeett…

Rupanya teman ini gak kapok juga ngajak saya ke acara yang berbau kecantikan. Meskipun tawarannya selalu saya tolak, Ia tetap maksa minta saya ikut. Dia baik dan ngerti, pokoknya sebelum menyetujui ajakannya saya selalu meninggalkan syarat, “Opo jare sampean, lho yo..”, Intinya saya pasrah bongkokan aja ama dia.

Pada suatu hari ada sebuah brand lipstik mengadakan launching lipstik matte di Surabaya. Ketika saya datang, sang teman ini kena macet di perjalanan. Untungnya ada beberapa blogger lain yang sudah kenal baik dan sering ketemu diacara even. Saya milih duduk semeja dengan mereka. Maksudnya cari perlindungan bila nanti sewaktu-waktu ditanya seputar kosmetik ada yang bantuin jawab haha..

Tiba saatnya acara akan dimulai. Teman yang ngajak saya ini datang. Meskipun telat, dia masih bisa duduk semeja ama saya. Konsep acaranya satu meja bundar untuk 3 orang. Dan kami mepetin 2 meja sehingga duduknya bergerombol jadi 6 orang. Makin merasa aman dong saya, setidaknya banyak teman-teman baik berada didekat saya haha..

Sebelum acara mulai, ada Mbak-Mbak yang menaruh sekotak besar perangkat kosmetik di atas meja kami. Setiap orang dikasih cermin berbingkai satu persatu. “Wah, disuruh ngapain nanti, nih?” saya deg-degan. Takut kalau disuruh make over!

Melihat isi kotak kosmetik itu dada saya makin berdesir. Isinya macem-macem. Lengkap dari mulai pelembab hingga eyeshadow! Alis, maskara hingga eye liner! Cari-cari lipstik gak nemu. Ternyata, lipstik milik brand ini kemasannya gak seperti lipstik biasanya, yang langsung bisa dipoles ke bibir. Kemasan lipstiknya menggunakan kuas yang nempel di tutupnya. Sebutannya Liquid Lipstick. Istilah apapula itu! haha..

Saya bingung, untuk apa perangkat sebanyak ini digelar di meja. Gelagatnya mulai gak enak, nih.. Dan benar, ternyata ada make up challenge. Siapa yang paling bener pakai make up, dialah pemenangnya. Duh, lemes saya. Rasanya pengen lari pulang. Kenapa harus terjebak dalam situasi seperti ini? Pasrah dah, kalah, kalah aja…. 😀

Waktu yang dikasih untuk make up selama 20 menit. Selama itu rasanya seperti 3 tahun, 8 bulan, 29 hari! Lamaaaa banget!

Sambil nunggu yang lain, saya menyibukkan diri dengan bedakan, nyoba rasanya lipstikan pakai lipstik MATTE, molesnya pun sengaja dilamain. Makin bingung aja lihat teman-teman sibuk menata alis mata. Akhirnya saya pun ikut-ikutan pakai maskara. Mbuh piye caranya, pokoknya bulu mata harus di sapu pakai stick berwarna hitam.

“Ini maskara, ya?” tanya saya ke teman sebelah.
“Maskara yang ini, Mbak” kata teman sebelah menyodorkan sebatang alat kosmetik berwarna hitam

Tanpa melihat kanan kiri, saya pun mengoleskan di bulu mata. Asik juga, lho, maskaranya! Model bulunya lurus kedepan, bentuknya beda, gak spiral seperti maskara-maskara yang lain. Dengan PD saya sapu bulu mata dengan pelan dan lama. Entah ada efeknya apa nggak, pokoknya bulu mata itu berusaha saya naikkan biar kelihatan lentik.

“Lho, sampean ngapain, Mbak? Itu eyeliner, bukan maskara!” tiba-tiba ada yang nyeletuk. Spontan teman semeja, eh dua meja, ding, noleh ke arah saya.

Dengan muka tanpa bersalah, gak merasa bersalah juga, saya berbalik lihat ke mereka. “lho, tadi kata si anu, ini maskara”

“Maskara itu iniii..” kata teman saya sambil menyodorkan maskara yang ujungnya spiral.

“Tapi enak maskaraan pakai ini” kata saya sambil tetap memegang eyeliner. Mereka saling pandang-pandangan.
“Wes, jarno. Ben sak karep’e..” (Udah biarin aja. semaunya dia) teman-teman ngakak beruntun.
Saya pun kembali melanjutkan kegiatan maskaraan menggunakan eye liner, bhuahaha..

Berani No Make Up?

Pertanyaan Mak Lia Harahap saya jawab tegas, Berani! Kenapa harus gak berani, justru akan gak berani kalau saya keluar rumah pakai makeup! Gak ada kePD-an!

Kebiasaan gak pernah make up-an selain pelembab sama lipstik tipis-tipis, membuat saya tidak sepenuhnya memahami fungsi alat kosmetik. Contohnya pakai alis aja. Kayaknya gampang, ya, nggambar alis. Tinggal srat sret srat sret ngikuti bentuk alis, selesai. E, ternyata nggambar alis kudu pakai garis. Teorinya beda banget dengan gaya Ibu saya saat alisan. Dan saya pun gak memahami keduanya!

Dan saya senang dengan keadaan tanpa kosmetik. Rasanya seperti bebas dari beban hidup. Andaikan saya menang lomba make up, saya yakin jurinya kasihan ama saya. Kalau nggak kasian, alasan lain karena terpesona manisnya muka saya. Dan jika saya memenangi lomba blog berhadiah kosmetik seharga 10 juta, saya akan menjadi orang paling pusing seIndonesia. Mau diapain make up sneilai sepuluh juta! Hahaha..

Ngomong-ngomong kosmetik, saya jadi ingat godiebag berisi kosmetik. Jangan-jangan udah expired.. 🙁

Catatan tambahan:
Barusan sang teman beauty komplian, gini katanya: Tulisan yang bener mascara, bukan maskara. Mascara tidak bisa dibahasa Indonesiakan jadi maskara bhuahahaha

“Mascara bahasa Indonesianya maskara!”

Dijawabnya tegas, “Nggak ada istilah maskara dalam bahasa Indonesia maupun bahasa Jawa!

Haduuuh, makin rumit aja sik! wakakakak..

Karena komplainmu sangat berharga, maka dengan bangga mascara yang bermasalah dengan huruf ‘k’ itu sengaja gak saya edit. Akan ada kenangan indah pada suatu hari nanti, noted: MASCARA! hahaha..

37 Comments

Leave a Reply to Diah Kusumastuti Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *