Cerita Yuni

Bersahabat dengan kegagalan

Hanya yang #BeraniLebih lah yang bersyukur mendapat penolakan, hibur saya pada diri sendiri saat mendapati naskah nonfiksi saya dikembalikan oleh penerbit. Di tengah gelombang kekecewaan, sakit hati, dan marah yang entah ditujukan pada siapa, membuat saya berusaha berpikir positif dan tidak mencari-cari kesalahan. Mungkin penolakan ini sebagai pecutan untuk berusaha lebih keras lagi.

Setelah susah payah mengenyahkan perasaan takut gagal saya kembali bangkit dengan mencoba membuat naskah dengan genre yang berbeda, yakni fiksi. Jiwa besar saya mengatakan barangkali genre fiksi lebih cocok untuk karakter saya. Demi mencoba menguasai hal baru ini saya berupaya membeli buku-buku fiksi, tips-tips menulis fiksi, dan mengikuti pelatihan-pelatihan penulisan. Namun rupanya usaha saya belum mendapatkan hasil, kenyataannya tulisan fiksi yang saya buat mandeg di tengah halaman. Kepala saya mampet, alur acak-acakan serta konflik yang saya rencanakan amburadul. Saya kecewa pada diri sendiri, saya merasa cita-cita sebagai penulis tidak dapat berjalan sesuai rencana. Harapan menjadi penulis pun sirna.

Dalam usaha meredam kemarahan, saya membeli lebih banyak buku-buku fiksi dan nonfiksi. Mungkin dengan memiliki banyak buku saya dapat menghibur diri sendiri dan mengenal lebih banyak gaya penulis buku best seller. Saya masih ingat nasehat tutor saya saat mengikuti pelatihan menulis bahwa untuk menjadi penulis sukses kenalilah penulis favoritmu dan carilah inspirasi darinya, selain juga himbauan untuk terus menulis, menulis, dan menulis.

“Yun, belajarlah membuat tulisan-tulisan pendek, lalu posting ke dalam blog” kata Papa Mertua membesarkan hati saya.

Blog?
Sudah lama saya mendengar kata blog, namun tak ada sedikitpun pikiran kesana. Mungkin yang dibilang Papa benar, saya harus membuat tulisan pendek agar ketrampilan menulis saya terasah.

Berbekal buku-buku blogging saya mulai belajar dan mempraktekkannya langsung. Dimulai dari membuka akun di platform gratisan, saya mulai mengisi konten sedikit demi sedikit.

Aktifitas ngeblog yang saya jalani mulai menemukan keasyikan tersendiri. Dari blog saya menemukan banyak hal-hal baru, pengalaman baru, teman baru, dan yang tak lebih membahagiakan saya dapat berkenalan dengan orang-orang hebat di dunia literasi serta bertemu dengan tokoh-tokoh yang memberi inspirasi.

Di tengah-tengah peserta ASEAN Blogger 2013, Solo Capture by Fitri Rosdiani
Di tengah-tengah peserta ASEAN Blogger 2013, Solo
Capture by Fitri Rosdiani
Bersama blogger lintas propinsi event Blogger Nusantara Jogya
Bersama blogger lintas propinsi event Blogger Nusantara Jogya
Bersama penulis favorit, Bang A. Fuadi
Bersama penulis favorit, Bang A. Fuadi
On Air Media di radio Suara Muslim Surabaya
On Air Media Radio
blogger4
Menerima hadiah juara pertama lomba menulis Earth Hour di hotel Surabaya
Bersama Bapak Wishnutama
Bersama Bapak Wishnutama

Kini cita-cita menjadi penulis telah saya raih. Meski bukan penulis buku, tapi saya bahagia menjadi penulis blog. Ratusan tulisan telah saya hasilkan, dan rata-rata 400 orang perhari membaca tulisan saya. Meski nama saya belum beredar ditoko buku, namun didunia maya nama saya terukir indah. Setidaknya mesin pencarian sudah mengenali saya. Kalau tidak percaya cobalah ketik nama saya, Yuniari Nukti, pasti terpampang di halaman pertama hehe..

Liburan di Bromo bersama Idah Ceris, sobat blogger dari Banjarnegara
Liburan di Bromo bersama Idah Ceris, sobat blogger dari Banjarnegara

#BeraniLebih telah membuktikan bahwa tak ada usaha yang sia-sia. Meskipun gagal kita telah mencapainya. Ayo #BeraniLebih!

 

Facebook: Yuniari Nukti
Twitter: @yuninukti

11 Comments

Leave a Reply to Hilda Ikka Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *