Kuliner

Rujak Cingur untuk kawan dari Jepang

“Yun, disitu ada yang jual rujak cingur? Tolong nanti bawain 2 bungkus ya, sambalnya dipisah aja” pesan seorang kawan ketika saya berada di daerah jalan Rajawali.

Rucak Cingur? Duh dimana, ya, batin saya panik. Saat dihubungi posisi saya sedang dijalan, lokasinya pas dibelakang tembok penjara Kalisosok. Entah kenapa saya begitu penasaran dengan penjara legendaris ini, konon penjara ini sedang proses tawar-menawar antara pemilik dan Pemkot.

Ah, ini kan Surabaya, mana mungkin gak ada penjual rujak cingur di daerah sini. Yang pasti saya harus lebih teliti membaca satu persatu nama menu makanan yang tertulis di tenda di jajaran warung sekitaran Jembatan Merah Plasa. Dengan lapak berjajar sebegini banyak pasti ada salah satu yang menawarkan rujak cingur. Benar saja, setelah memacu motor mengikuti arus, mata saya tertambat di sebuah warung di jalan Kembang Jepun. Warungnya agak nyelempit kedalam dan hampir-hampir ketutupan tenda tetangganya. Warung itu menawarkan aneka jenis rujak. Ada rujak cingur, rujak tolet, rujak manis, dan menu pelengkap lainnya lontong balap serta kolok/kolek.

Mengapa saya berusaha keras mendapatkan makanan legendaris khas Surabaya ini, tak lain adalah karena sang penikmat rujak adalah orang spesial. Mungkin di tempat tinggalnya sana, beliau tidak menemukan penjual makanan yang berbumbu utama petis, kacang dan pisang batu.

Mbak Imelda, nama seorang teman yang lagi ‘ngidam’ rujak cingur itu. Sudah pada tau, kan, beliau itu siapa. Yup, beliau adalah seorang blogger yang berdomisili di Jepang. Kalau kita lihat di tiap postingannya, mbak Imelda selalu mengenalkan budaya Jepang kepada teman-teman Indonesianya. Walaupun sedang menulis tentang aktifitasnya dirumah mbak Imelda selalu menjelaskan segala sesuatu di Jepang yang belum diketahui teman-teman Indonesia. Misalnya, hari ini hari apa. Menurut mbak Imelda setiap hari orang Jepang selalu merayakan hari bersejarah. Jadi kalau setahun ada 365 hari, berarti orang Jepang merayakan hari penting sebanyak 365 kali, pula. Waahh kira-kira mereka hapal semuanya nggak ya..

Setelah mendapatkan 2 bungkus rujak cingur segera saya meluncur ke tempat yang telah disepakati. Yang jelas tempat ini tak asing bagi warga Surabaya termasuk saya. Saking terkenalnya sampai-sampai saya belum pernah masuk ke sana. Tempat itu adalah Hotel Majapahit! “Ah, semoga gak ada penampakan”. Lho apa hubungannya sama penampakan? Oh Eh Anu.. gak papa.. bukan apa-apa kok.. 😀

Jadi begitulah awal cerita saya bertemu dengan mbak Imelda. Pertemuan saya ini juga atas prakarsa Kang Yayat, sang kawan yang minta dibawain rujak cingur tadi. Mulanya kami janjian di Museum H.M. Sampoerna, sayangnya pertemuan tidak sampai terjadi, karena saya kesiangan datang. Hikmahnya saya diberi kesempatan menikmati suasana didalam Hotel Majapahit tempat menginapnya mbak Imelda. Asyiikk..
Eh tapi kapan-kapan aja ya saya pajang foto Hotel Majapahitnya, biar kesannya lebih spesial hihi.. sekarang saya kasih ini aja

Nggaya di taman Hotel Majapahit
Nggaya di taman Hotel Majapahit

Seperti yang saya duga mbak Imelda adalah sosok yang ceria. Lihat saja disetiap fotonya mbak Imelda selalu menyunggingkan senyum. Beliau ramah dan tak pelit ilmu.

Ada kejadian lucu ketika baru masuk kamar. Saat Kai akan meluncur di atas kasur mbak Imelda dengan cepat melarang. Dengan bahasa yang gak dipahami kuping saya, mbak Imelda menahan mereka agar jangan mendekati kasur. Ternyata mbak Imelda ingin mendokumentasikan dulu interior kamar! Haduuh.. ternyata dimana-mana blogger itu sama, ya! Haha..

Sorenya kami kopdar rame-rame. Yang pasti formasinya lebih lengkap dan meriah karena ada sesi selfie-selfienya gitu..

YUNI3764

*Maaf fotonya pelit, kerapian nyimpen sampai lupa naruh*

11 Comments

Leave a Reply to prih Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *